BUKU Belajar Membaca dan Menulis jilid IA, IB dan IC
terbitan Dep. P&K, diperintahkan untuk dipakai di semua Sekolah
Dasar di seluruh Indonesia. Semuanya disusun dalam Bahasa
Indonesia.
Landasan prinsip metode pengajaran membaca permulaan itu
diuraikan dengan panjang lebar dalam buku Petunjuk Mengajarkan
Membaca dan Menulis Tanpa Buku. Disebut sistirn "Struktural
Analitik Sintetik" atau disingkat SAS. Dikemukakan bahwa yang
dipakai landasan adalah ilmu jiwa global, seperti dikemukakan
oleh antara lain Von Ehrenfels K. Koffka dan W. Kohler.
Perbedaan antara metode "Struktural Analitik Sintetik" dengan
metode global, yang dahulu kita kenal sebelum Perang Dunia II,
hanya dalam soal sintesa saja. Jika metode global dahulu
konsisten dalam melaksanakan proses deglobalisasi atau analisa,
maka dalam metode dari Dep. P&K itu di samping analisa, juga
dimanfaatkan kegunaan sintesa. Karena itulah yang diinstruksikan
oleh Dep. P&K itu diberi nama metode "Struktural Analitik
Sintetik".
Metode pengajaran membaca permulaan yang berlandasan ilmu jiwa
global, di Jerman sendiri -- tempat ilmu jiwa global itu
dilahirkan dan diperkembangkan -- sebelum pecah Perang Dunia II
sudah ditentang dan ditinggalkan orang. Hal itu dapat dibaca
dalam buku karangan Feliks Karnizewski The Theaching of Reading
yang diterbitkan oleh UNESCO di Paris dan IBE (International
Bureau of Education) di Geneve. Juga dalam buku karangan William
S. Gray The Teaching of Reading and Writing, terbitan UNESCO di
Paris dan IBE di Geneve.
Yang di Jerman pertama-tama mengeluarkan kritiknya terhadap
metode global, adalah para ahli pendidikan yang beraliran ilmu
jiwa struktur Dilthey dan Spranger, terutama Oswald Kroh
penyusun buku Psychologie des Grundschulkindes. Mereka
mengatakan bahwa cara penglihatan global dan proses
deglobalisasi pada anak-anak itu tidak mungkin berjalan sama.
Di Inggeris metode global itu dikecam oleh J.C. Daniels dan
Hunter Diack dalam karangannya Some Misconceptions in the
Teaching of Reading. Meskipun demikian, di negara-negara yang
berbahasa Inggeris masih ada yang mempertahankan metode
struktural analitik sintetik itu, karena- berbeda dengan
bahasa-bahasa yang lain di dunia -- dalam bahasa Inggeris itu
perbedaan antara tulisan dan lafalan luar biasa besarnya.
Dalam Bahasa Inggeris itu orang merasa perlu untuk menerbitkan a
pronouncing dictionary atau kamus lafalan, sedang dalam tiap
kamus Bahasa Inggeris di belakang kata Inggeris itu selalu
disertai tulisan fonetiknya.
Ada kalanya, karena mereka lebih mengutamakan latihan membaca
kata-kata, metode membaca global dalam bahasa Inggeris itu
disebut the words method. Mengingat perbedaan yang besar sekali
antara tulisan dan lafalan, dapat difahami jika dalam pengajaran
membaca permulaan dalam bahasa Inggeris, mereka itu terpaksa
harus memakai metode struktural analitik sintetik atau the words
method.
Keluh-Kesah Guru dan Orang Tua Murid
Setelah buku Belajar Membaca dan Menulis itu dipakai lebih dari
4 tahun, mulailah terdengar keluh-kesah serta kecaman guru dan
orang tua murid.
Kecaman utama dikemukakan karena pelajaran membaca permulaan itu
diberikan kepada semua murid di seluruh Nusantara dalam bahasa
Indonesia, padahal di daerah pedalaman banyak murid SD yang
belum pernah mendengar orang berbicara Bahasa Indonesia sebelum
anak itu masuk sekolah. Dalam "Kongres Bahasa Indonesia III"
bulan Nopember ]978 di Jakarta, banyak pembicara yang
mengeritik pengguna Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar
di kelas terendah sekolah dasar, kepada murid yang baru pertama
kali berkenalan dengan Bahasa Indonesia. Mereka menyarankan agar
supaya pengajaran membaca permulaan kepada murid macam ini
sebaiknya diberikan dalam bahasa ibu murid.
Menurut pengalaman para guru, setelah murid SD kelas I tamat
belajar membaca ketiga jilid buku yang diterbitkan oleh Dep. P&K
itu, ternyata mereka itu belum dapat membca, apalagi jika yang
harus dibacanya itu kata-kata lain yang tidak terdapat dalam
buku bacaannya. Malah setelah tamat belajar di kelas 2 SD pun
masih banyak murid yang belum pandai membaca. Untuk mengatasi
kesulitan itu, para guru -- terutama di sekolah swasta yang
cukup keuangannya memberikan buku pelajaran membaca lain di
samping buku pembagian dari Dep. P&K.
Kelemahan Buku Dep. P&K
Pemakaian metode global, yang disebut metode Struktural Analitik
Sintetik, sebenarnya suatu kebijakan yang keliru, karena tidak
mengindahkan struktur bahasa kita yang khas.
Pertama, berlainan dengan sifat dan struktur bahasa Inggeris,
kata dalam bahasa Indonesia itu terbentuk dari unsur suku kata,
yang polanya sederhana sekali. Dalam bahasa Indonesia misalnya
hanya ada 4 macam kombinasi, yaitu: vokal, vokal-konsonan,
konsonan-vokal dan vokal-konsonanvokal. Pola KKV, KKVK dan KVKK,
sebenarnya bukan pola suku kata bahasa Melayu Umum yang asli,
tetapi masuk ke dalam bahasa Indonesia dari bahasa asing atau
bahasa Jawa, seperti dalam kata-kata pu-tri, tri-ma, drum,
prak-tek, a-larm.
Kedua, ejaan bahasa Indonesia itu sangat fonetis. Antara tulisan
dan lafalan tidak ada perbedaan yang menyulitkan. Hanya ada
beberapa pengecualian saja, seperti: bau kerbau, mau melihat
harimau, belum tahu makan tahu, dsb.
Karena bahasa-bahasa di Indonesia terbentuk dari unsur suku kata
dan sistim ejaannya sangat fonetis, maka dapat difahami jika
semua huruf asli yang dipakai di Indonesia sedari zaman dahulu
seperti: huruf Rencong di Aceh, huruf Batak, huruf Lampung,
buruf Bugis, demikian juga abjad Hanacaraka yang dipakai di
daerah Sunda, Jawa, Madura dan Bali semuanya melukiskan suku
kata.
Itu sebenarnya sudah memberi petunjuk kepada kita dalam memilih
metode dan sistim pengajaran membaca permulaan di Indonesia,
yang seharusnya berlandasan sistim "kupas rangkai suku kata".
Salah satu syarat mutlak dalam pelajaran membaca permulaan yang
memakai metode global atau yang disebut metode Struktural
Analitik Sintetik, adalah penyajian bahan bacaan kata-kata yang
harus cukup tinggi jumlahnya dengan variasi yang cukup lengkap.
Karena dalam metode global atau metode Struktural Analitik
Sintetik itu tidak diberikan latihan membaca kata-kata terlepas,
maka kata-kata itu hanya dapat dikenal kembali atau dibaca oleh
anak didik, jika kata-kata itu dapat dijumpai dalam buku
bacaannya berulangkali dcngan frekwensi ulangan yang sangat
tinggi.
Tapi dibandingkan dengan buku pelajaran membaca permulaan yang
lain, jumlah macam kata yang disajikan dalam ketiga jilid buku
terbitan dari Dep. P&K itu justru termasuk yang paling sedikit.
Hanya 25% - 40% saja dari jumlah macam kata-kata dalam buku
pelajaran membaca yang lain.
Di bawah ini misalnya perbandingannya:
(1) Buku Belajar Membaca dan Menulis dari Dep P&K. Jilid IA
tebal 60 halaman berisi 109 macam kata. Jilid IB tebal 36
halaman berisi 227 macam kata. Jilid IC tebal 36 halaman berisi
406 macam kata. Jumlah semuanya 132 halaman berisi 732 macam
kata.
(2). Buku Gembira Membaca terbitan Ganaco. Jilid I tebal 641
halaman berisi 302 macam kata. Jilid 2 tebal 64 halaman berisi
670 macam kata. Jilid 3 tebal 64 halaman berisi 746 macam kata.
Jumlah semuanya 192 halaman berisi 1718 macam kata.
Dalam ketiga jilid buku pelajaran membaca permulaan terbitan
Dep. P&K, selain jumlah macam kata-katanya yang sangat sedikit
(hanya 25% - 40% saja dari isi buku pelajaran membaca yang
lain), intensitas frekwensi ulangannya pun rendah sekali. Dari
sejumlah 732 macam kata-kata yang disajikan, 347 buah atau
hampir setengahnya hanya tampil satu kali saja dalam ketiga
jilid itu. Jadi dapat difahami jika katakata itu tidak dapat
dikenal (dibaca) kembali oleh anak didik, betapa pintarnya pun
guru yang mengajar.
Dalam buku pelajaran membaca permulaan yang memakai metode Ejaan
(spelmethode) atau metode Kupas rangkai Suku kata, di samping
bahan bacaan berupa cerita dengan kalimat-kalimat singkat,
disajikan pula deretan berpuluh-puluh kata terlepas untuk
latihan membaca, sehingga anak didik itu terlatih benar dalam
membaca (mengenal kembali) katakata itu.
Kelemahan buku pelajaran membaca permulaan penerbitan Dep P&K
itu ditambah pula dengan cara penyajian bahan bacaan yang
samasekali tidak menarik. Malah dalam praktek sering memancing
untuk dipermainkan anak-anak yang sedang belajar membaca.
Pada satu halaman itu hanya ada satu kalimat bahan bacaan yaitu
sayur bayam atau budi bermain di halaman, yang diulang-ulang
sampai 9 kali. Dalam jilid IA yang tebalnya 60 halaman, terdapat
tidak kurang dari 25 buah bahan bacaan seperti contoh di atas.
Latihan menguraikan kalimat menjadi kata-kata, kemudian
kata-kata itu menjadi suku kata, yang akhirnya diuraikan lagi
sehingga tercapai huruf-hurufnya, untuk selanjutnya dirangkaikan
kembali, sebenarnya lebih baik diberikan di papan tulis secara
klasikal. Atau jika dapat disediakan alat peraganya, dapat pula
diberikan secara individual, tetapi jangan dimasukkan dalam buku
bacaan. Jika disajikan dalam buku bacaan seperti contoh di atas,
pasti sangat menjemukan.
Biarkan Guru dan Orang Tua Murid Yang Menentukan
Jika kita belum yakin benar akan kelemahan metode pengajaran
membaca permulaan yang diterbitkan oleh Dep P&K, baiklah kita
mendengarkan pendapat sejumlah guru SD yang mengajar di kelas 1.
Agar supaya mereka itu dapat memberikan penilaian
sejujur-jujurnya, baiklah mereka itu diminta untuk mengadakan
percobaan dengan jalan memberikan pelajaran membaca permulaan di
2 buah kelas I secara terpisah: satu kelas memakai metode
Strukturil Analitik Sintetik dari Dep P&K dan satu kelas lagi
memakai metode Kupas rangkai Suku kata yang mana saja, yang bisa
dibeli di pasar.
Apabila percobaan itu hasilnya harus meyakinkan benar sebaiknya
percobaan itu dilaksanakan oleh sejumlah guru di beberapa tempat
di Indonesia. Dan biarlah orang tua murid diminta untuk turut
serta menyaksikan hasil percobaan itu. Percobaan itu cukup
diadakan selama 3 bulan saja. Sudah pasti akan dapat diketahui
oleh guru maupun orang tua murid metode mana yang paling mudah
untuk guru dan murid dengan hasil yang paling baik. Kemahiran
membaca itu termasuk ketrampilan yang paling fundamental, yang
harus secepat-cepatnya dikuasai oleh anak didik untuk keperluan
dalam proses pendidikan dan pengajaran selanjutnya. Karena itu
harus dipilih jalan (atau metode) yang paling mudah, paling
cepat dan memberikan hasil yang paling baik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini