SENJATA api dari plastik bisa lebih ampuh katimbang senapan baja. Ini mengkhawatirkan Robert Dole, seorang senator dari Kansas, Amerika. Betapa tidak. Senjata plastik bisa mengelabui petugas keamanan lapangan terbang, karena tidak terdeteksi oleh detektor logam, dan menyusup ke kabin penumpang pesawat. Lantas di tangan pembajak pesawat, senapan ini bisa menebarkan maut seperti juga senjata api dari baja. Berkat kerja keras Dole, akhirnya Senat AS menerima sebuah RUU pengendalian senjata api akhir Mei lalu. Rancangan undang-undang itu, antara lain, menegaskan bahwa pembuatan dan penjualan senjata api plastik dinyatakan terlarang di bumi Amerika. Senapan yang boleh beredar, menurut RUU itu, adalah jenis yang mudah dikenali oleh detektor logam di bandar udara. RUU itu juga memerintahkan agar detektor di bandar udara ditingkatkan kepintarannya. Detektor, dalam aturan itu, harus bisa membedakan senjata api dengan benda metal lain yang tak membawa ancaman, gesper atau korek api, misalnya. Pistol mainan pun tak luput dari tatapan para senator itu. Maklum, sering pula terjadi, pistol plastik mainan mirip pistol beneran - digunakan untuk mengancam orang. Maka, RUU ini menghendaki agar semua pistol mainan, apa pun bentuknya, harus diberi tanda khusus: ujung larasnya diberi warna jingga. Dua pekan sebelumnya, komlsl kehakiman DPR Amerika juga mengeluarkan RUU sejenis. Senapan yang diproduksi di Amerika, menurut RUU versi DPR itu, harus terbuat dari bahan yang mudah tercium oleh detektor sinar-X. Jadi, bila senjata itu dilewatkan pada detektor, sosok senapan akan terpampang jelas pada layar monitor. Agar bisa dikenali oleh metal detektor dan sinar-X, para anggota komisi itu meminta agar setiap unit senjata api mengandung baja sedikitnya 3,7 ons. Boleh jadi, para calon teroris akan kehilangan sejumlah kemudahan jika ketentuan itu disahkan menjadi UU. Namun, yang pasti, peraturan itu akan menabrak proyek kawan sendiri, yakni angkatan darat. Sejak Oktober tahun lalu, kabarnya, AD Amerika Serikat telah meneken kontrak kerja sama pengembangan senjata plastik dengan Red Eye Arms Inc., sebuah perusahaan senjata di Winter Park, Florida. Senjata-senjata yang tengah dikembangkan di situ terdiri atas bermacam Jenis dan kaliber, dari yang ringan sampai senjata artileri berat. Kerja sama itu 8kini telah sampai tahap operasional. Prototipe senjata plastik pertama berupa pelontar granat kaliber 40 mm, kabarnya, akan lahir pertengahan 1989, setahun lagi. Angkatan darat Amerika menganggap senjata plastik memiliki sejumlah keunggulan dibanding baja. "Lebih ringan dan tahan lama," kata John Floren, Dirut Red Eye Arms. Bobot sebuah howitzer, misalnya, akan mencapai 8,1 ton jika dibikin dari baja. "Akan sulit transportasinya," ujar Floren. Bila dibuat dari plastik, senjata itu hanya 3,6 ton. Karena itu, "Howitzer ini kelak bisa diangkut oleh sebuah jip," kata Floren. Selain itu, senjata plastik buatan Red Eye itu konon akan mampu bertahan dalam hujan dan panas, tanpa terancam karatan. Keunggulan lainnya, seperti diakui oleh Tohn Floren, senjata plastik itu sulit dikenali oleh detektor logam. Namun, Dirut pabrik senjata itu bcrjanji bahwa pabriknya tidak akan menyediakan fasilitas apa pun untuk para pembajak. Senjata-senjata hasil produksinya tak akan jatuh ke tangan teroris. "Tapi siapa yang berani memberi jaminan?" kata Senator Howard Metzenbaum, yang ikut merancang RUU antisenjata plastik itu. Maka, senator ini menganjurkan agar pada bahan plastik pembangun tubuh senjata itu ditaburkan serbuk bariumsulfat, sehingga tubuh senapan masih bisa dikenali oleh mesin detektor sinar-X. Yang kini juga telah dijual luas di Amerika adalah Glock-17. Harganya sekitar Rp 700 ribu per buah. Pistol ini panjangnya 18 cm dengan kaliber 9 mm. Glock merupakan hasil modifikasi dari pistol standar angkatan darat Austria. Di Amerika jenis ini termasuk yang disukai orang, karena ringan, hanya 600-an gram, lebih ringan dibanding pistol Barreta 9 mm, standar AD AS, yang hampir sekilo beratnya. Tubuh Glock-17 memang boleh dikatakan dibungkus dengan plastik. Laras pistol dan ruang peledakan dibuntal dengan lapisan polimer, dan gagangnya malah seratus persen plastik. Namun, Glok-17 bukan jenis yang mudah memperdayai detektor lapangan terbang. Baik detektor metal maupun mesin sinar-X bisa mengenali kehadirannya. Kendati belum pernah terjadi ada pembajakan dengan pistol plastik, Senator Howard Metzenbaum yakin betul bahwa pistol plastik telah beredar di Amerika, dengan jual-beli secara ilegal. Boleh jadi, yang dia maksudkan adalah pistol berbentuk seperti segi empat. Pistol kaliber 5,6 mm itu panjangnya sekitar 12 cm, tingginya kurang lebih 10 cm, dengan tebal 2 cm. Sangat ringan karena seratus persen bahannya dari plastik. "Jenis pistol ini memang tidak diperjualbelikan," kata seorang pakar senjata di BPP Teknologi yang pernah meneliti pistol itu. Senjata buatan Amerika itu hanya digunakan untuk kepen tingan strategis. Badan pistol itu dibuat dari jenis teflon dan serat karbon yang kekuatannya sekelas dengan besi baja. Teflon yang licin digunakan untuk melapis sisi dalam lar.ls pistol. Sedangkan serat karbon yang keras dan liat digunakan untuk sisi luarnya. Bagian lainnya, termasuk ruang peledakan, mengunakan teflon. Jenis pistol ini memiliki 8 buah peluru. Baik selongsong maupun anak peluru juga terbuat dari plastik. "Praktis, pistol ini sulit dideteksi," ujar ahli tersebut. Kepala Laboratorium Material pada Jurusan isika Teknik ITB, Ir. Sulardjo Kertoatmodjo, M.Sc., membenarkan bahwa plastik bisa diolah hingga kekuatannya sekelas dengan baja. Hasil olahan itu memang bisa diandalkan untuk bahan senjata api, bedil atau pistol. Ledakan mesiu yang menghasilkan panas 150-220" C, menurut Sulardjo, tidak akan membuat bahan plastik oahan itu meleleh. Anak peluru pun bisa dibuat dari plastik. Agar memiliki daya tembus yang baik, menurut Sulardjo, ke-dalam anak peluru plastik itu perlu disisipkan bola baja kecil. Jika pembungkusan besi itu rapat betul, "!ogam itu tak akan dikenali oleh detektor,' ujarnya. P. Nasution (Washingon) & Putut TH (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini