Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Primadona yang sedikit sombong

Boeing 747-400 diperkenalkan sebagai pesawat terbang mutakhir produksi tahun 1989. berbagai teknologi tinggi diterapkan guna memperkecil kemungkinan kecelakaan. muatan lebih banyak & mesin modern.

20 Mei 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LANGIT cerah di atas bandar udara John F. Kennedy, New York, suatu pagi di bulan Maret lalu. Dalam cuaca seperti itulah petugas bandara melayani tamu istimewanya: pesawat mutakhir Boeing 747-400 bernama Northwest-17 milik United Airlines, salah satu maskapai penerbangan AS. Hari itu Northwest-17 siap mengarungi Lautan Pasifik menuju Tokyo, Jepang. Dalam tubuhnya tersimpan 402 penumpang, belasan ton barang kargo, plus bahan bakar 112.500 kg. Jarak New York-Tokyo, hampir 11.000 km, ditempuhnya tanpa istirahat. Inilah yang menyebabkan ia disebut tamu istimewa. Belum ada jenis pesawat penumpang mana pun bisa terbang langsung New York -- Tokyo tanpa menambah bahan bakar. Burung besi produk 1989 itu tiba di Tokyo 14 jam kemudian -- waktu yang normal. Memang, kecepatannya tidak luar biasa dibandingkan dengan jenis Boeing-747 terdahulu. Namun, mesinnya yang tangguh, rancang bangun tubuhnya yang canggih, dan daya angkutnya yang bear telah mengantar pesawat ini menjadi primadona udara. Konon, kehadirannya dinanti oleh hampir semua maskapai pener bangan -- termasuk Garuda Indonesia, yang merencanakan mengoperasikan pesawat ini dalam 2-3 tahun mendatang. Boeing 747-400 itu memang telah diakui mengantungi sejumlah keunggulan. Kulit tubuhnya pada bagian sayap terbuat dari bahan campuran aluminium yang ulet dan ringan, seperti yang dipakai pada jenis Boeing 757 dan 767. Dengan kulit baru itu, pesawat jenis ini bisa memangkas berat tubuhnya sampai 2.250 kg, tanpa harus mengurangi daya angkutnya. Maka, otomatis daya angkutnya pun meningkat 2.250 kg pula. Pemangkasan berat juga dilakukan pada bagian rem. Batang penyodok rem dari besi, yang terpasang pada Boeing-Boeing terdahulu, mulai ditiggalkan, diganti dengan batang karbon. Hasilnya, penghematan berat sebesar 810 kg. Pada kedua ujung sayap Boeing mutakhir ini juga dipasang fasilitas baru: berupa sayap ekstra sepanjang dua meter, yang melipat ke atas dengan sudut 30 derajat. Wingtip, begitu sebutan teknisnya, telah teruji mampu membuat tubuh pesawat lebih aerodinamis. Daya ambang pesawat meningkat, memperbesar daya angkutnya. Si wingtip atau ujung sayap itu pun berfungsi sebagai juru selamat. Manakala terjadi badai, saat angin beliung berputar naik dari bawah, si ujung sayap akan menangkal pukulan angin itu. Bak tangkisan jurus silat yang memusnahkan tenaga lawan, wingtip berfungsi menampung tenaga pukulan angin. Dengan begitu, tubuh pesawat tak perlu terguncang-guncang. Adapun nyawa pesawat ini, yang disebut mesin, adalah dari jenis Pratt & Whitney yang efisien. Dengan ukuran yang sama, mesin Boeing mutakhir ini sanggup menghasilkan tenaga 20% lebih besar dibandingkan mesin-mesin pada pesawat Boeing 747 generasi pertama. Berbekal mesin yang tangguh dan bodi yang ringan itu, konsumsi bahan bakar bisa ditekan hingga lebih irit 30 persen. Itu semua masih ditambah adanya "deregulasi" di kabin pilot. Pada jenis Boeing 747 lama, tombol-tombol, lampu indikator, saklar, dan layar metering berjumlah tak kurang dari 970 unit. Semuanya mesti dihafal oleh pilot di luar kepala. Boeing 747-400, yang berbobot 405.000 kg, panjang sekitar 70 meter dengan rentang sayap 66 m itu hanya memiliki 365 buah panil. Jumlah itu terhitung sedikit, bahkan lebih kecil dibandingkan pesawat-pesawat lain yang ukurannya lebih mini, seperti pada Boeing 737 atau DC9. Tentu, ini sangat memudahkan pilot menerbangkan Boeing jenis baru ini. Penyederhanaan itu berkat 150 mikroprosesor yang memungkinkan beberapa sensor, yang sebelumnya terpisah, digabungkan dalam satu jaringan. Sensor-sensor pemantau tekanan udara di pelbagai ruang, misalnya, bisa dirangkai jadi satu. Dengan begitu, pilot akan mengetahui kondisi tekanan udara di beberapa titik, cukup dengan satu layar monitor. Ketidakberesan pada satu ruang akan cepat diketahui, tanpa harus melirik pada lampu-lampu indikator, sebagaimana pada Boeing tipe lama. Bila keadaan memaksa, pesawat ini juga bisa dikendalikan oleh komputer. Cukup dengan menekan tombol autoflight, Northwest-17 sanggup terbang melintasi Pasifik dan mendarat di bandar udara Narita, Tokyo, tanpa meminta banyak campur tangan dari awak pesawat. Yang harus dilakukan pilot hanya memasukkan data koordinat tempat tujuan. Pendaratan secara otomatis pun bisa dilakukan. Fasilitas sensor dan komputer Boeing mutakhir ini sanggup berperan bak indera dan otak yang mampu menangkap dan mencerna sinyal-sinyal radio dari ujung landasan. Selanjutnya roda pesawat akan keluar secara otomatis, dan rem bakal bekerja tanpa diperintah. Pokoknya pilot boleh santai, semua tugasnya sudah dilakukan oleh mesin dan komputer. Walhasil, inilah pesawat canggih yang efislen dan nyaman serta aman. Berbagai teknologi tinggi diterapkan guna memperkecil kemungkinan kecelakaan. Dan karena itu Northwest. 17 sedikit sombong. Ia tak memerlukan tenaga teknis penerbangan selagi terbang. Tugas flight engineer bisa dirangkap oleh pilot tanpa harus kerja ekstra.Putut Tri Husodo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum