Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Padang - Profesor di Universitas Andalas, Marlina, memperkenalkan kosmetika berbasis stem cell. Produk berupa krim anti aging, serum wajah, dan hair tonik penumbuh rambut itu diklaim sangat bagus lewat hasil uji yang telah dilakukan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Marlina, kini Ketua Program Studi Bioteknologi Pasca-Sarjana Universitas Andalas, memproduksinya lewat Ina Lab, laboratorium yang dibangunnya secara mandiri bersama kolega. Adapun bahan baku yang digunakannya adalah sekretom, bagian dari stem cell yang menjadi tempat media sel itu hidup.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Hasilnya sangat bagus,“ ujar Marlina saat ditemui akhir Maret lalu untuk menjelaskan perihal Pusat Riset Stem Cell dan Biobank Universitas Andalas yang baru saja diresmikan. Marlina, adalah penggagas pusat riset itu.
Marlina dan timnya pula yang dianggap menjadi fondasi untuk pusat riset itu. Selain riset kultur stem cell dari jaringan adiposa, mereka juga mengembangkan penelitian menggunakan sekretom--yang dibeli sudah terstandar.
Hasilnya, untuk krim anti-aging, produk diklaimnya sangat bagus untuk meregenerasi kulit wajah. Telah dicoba pula untuk menghilangkan flek hitam dan keriput. "Saya juga memakainya,” kata Marlina.
Ia juga membuat obat untuk luka bakar dalam bentuk lapisan film tipis yang diberi sekretom. Yang satu ini sudah diuji pada tikus dan, menurutnya, hasilnya pun bagus.
Produk terbaru yang sedang dikerjakan dari sekretom adalah antijerawat. “Produk anti jerawat ini sudah diuji dan ternyata bisa membunuh bakteri juga,” ujarnya menambahkan.
Hasil penelitian untuk produk-produk kosmetik dari turunan berbasis stem cell dengan menggunakan sekretom itu sudah dipatenkan dengan merek menggunakan nama Zinzana. Sebagian produk dijualnya untuk diteliti kembali. "Sudah banyak peminatnya, cuma persyaratan izinnya belum ada,” katanya
Marlina menyadari, seluruh hasil risetnya itu harus melalui tahap uji klinis untuk bisa diaplikasi kepada pasien atau masyarakat luas. Untuk itu produksi harus melibatkan laboratorium dengan spesifikasi atau standar yang lebih tinggi daripada Ina Lab. "Setelah melalui tahap ini baru bisa izin BPOM,” katanya.
Untuk melengkapi laboratoriumnya yang jauh dari cukup, Marlina sangat membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. “Jika peralatan laboratorium sudah lengkap, pada 2024 ini kami akan melakukan uji klinis sampai 2025 agar produk riset bisa digunakan untuk orang banyak,” ujarnya.
CATATAN: Artikel ini telah diubah pada Jumat, 7 April 2023, pukul 17.05 WIB. Perbaikan antara lain terhadap nama merek produk dari Ina Lab.
Pilihan Editor: Badai Tropis Dekati NTT, Potensi Mirip Siklon Seroja