Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Sang arjuna sampah

Sampah bisa diolah jadi batu padas & kayu buatan, yang tak keras bila diukir, tapi cukup padat. ditemukan mar'i talib dari bali, yang memberi harapan para pematung. kualitasnya bagus & harganya murah.

18 Juli 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH relief dari batu padas, berukuran sekitar 2 X 1 meter, menarik banyak pengunjung di ruang pameran Pesta Seni Bali, pesta kebudayaan yang berlangsung sebulan di Denpasar dan ditutup pekan ini. Ceritanya tidak baru: cuplikan dari perang Baratayudha, tatkala Arjuna loyo setelah melihat yang meniadi musuhnya adalah guru-gurunya sendiri. Lalu, kenapa relief begini menarik perhatian? Ada komentar yang ditulis dengan huruf-huruf besar di bawah relief itu. Bunyinya, "Arjuna loyo berperang, karena dia sadar dibuat dari sampah." Ini bukan kelakar. Batu padas yang diukir itu betul-betul dibuat dari sampah. Batu padas dari sampah, boleh jadi, sebuah penemuan baru, setidak-tidaknya di Bali. Ini berita menggembirakan, pada saat batu padas yang bisa diukir itu menjadi langka lantaran penggaliannya di beberapa tempat ditutup untuk melestarikan lingkungan. Selain itu, sarnpah tetap menjadi masalah di setiap kota besar. "Di negara industri maju saja, pemerintahnya belum mampu menangani sampah secara tuntas. Bersyukurlah, di Pulau Dewata yang penuh dengan kekuatan gaib ini, sampah tunduk pada manusia," tulis Mar'i Talib dalam brosur yang mengantar pameran ukiran berbahan sampah itu. Talib, 41 tahun, kelahiran Bali tapi keturunan Arab, mengaku sudah hampir sepuluh tahun mengadakan percobaan sampai pada penemuannya ini. Percobaan itu dimulainya sambil menuntut ilmu di Jerman Barat, 1978. Ia sendiri, katanya, lulusan Universitas Technische Hashsule Koustant, Jerman Barat, jurusan elektronik pada 1971. Sejak kembali dari Jer-Bar, 1981, ia mulai dengan bengkel percobaannya di Bukit Jimbaran, daerah gersang di ujung selatan Bali. Peralatan di bengkelnya itu tergolong "sampah". Mesin penggeraknya dirakit dari mesin truk Mercedes tahun 1964. Tabung sentrifugal, kondensator, vacuum mixer, semuanya terbuat dari barang bekas. Menurut Talib, segala jenis sampah bisa dijadikan bahan baku. "Tetapi karena yang dicari adalah abunya, sebaiknya sampah yang mudah terbakar dan abunya banyak. Misalnya segala macam kertas, dedaunan, jerami, dan sekam," katanya. Setelah lewat pembakaran itu, abu sampah ini dimasukkan dalam sebuah unit yang disebut "sentrifugal tinggi". Alat yang panjangnya 3 meter dengan garis tengah 1,5 meter ini berputar dengan kecepatan tinggi sampai kurang lebih 7.500 rpm. Akibatnya, terjadi reaksi panas yang mencapai 1.200 derajat Celsius. Hasil pengolahan ini lantas dikeluarkan dari sentrifugal dan didinginkan. Material ini, menurut Talibj tidak mengandung unsur-unsur yang bersifat asam dan hanya mengandung alkali. "Material ini sudah 50% siap sebagai bahan bangunan," kata ayah empat anak ini. Proses selanjutnya, material ini didinginkan Cukup ditaruh di tempat yang banyak anginnya, asal terlindung dari sinar matahari. Setelah mencapai suhu sekitar 20 derajat C, material ini siap untuk dicampur dengan material lain yaitu sedikit semen dan larutan kimia. Yang terakhir ini diracik sendiri oleh Mar'i Talib dan apa unsur-unsurnya sangat dirahasiakannya. Larutan itu warnanya putih. "Yang jelas, bahan-bahan untuk larutan ini tak ada yang impor," ujar Talib. Campuran inilah yang kemudian dimasukkan dalam sebuah alat yang disebut vacuum-mixer. Tabung ini, yang besarnya hampir sama dengan sentrifugal, kemudian diputar dengan kecepatan yang bisa diatur sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, kalau untuk memproduksi batu padas hanya diperlukan temperatur 70 sampai 90 derajat C. Untuk batu asah diperlukan temperatur 200 sampai 350 derajat C. Untuk kayu buatan (kayu ini bisa diukir pula) temperaturnya 100 sampai 130 derajat C. Untuk batu beton pengeras jalan diperlukan temperatur 130 sampai 200 derajat C. Sebagai perbandingan untuk mengatur kecepatan, dengan putaran 400 rpm diperoleh temperatur 350 derajat C. Sebelum batu padas dari sampah ini dipamerkan di Pesta Seni Bali, Talib sudah melakukan terobosan yang bagus. Ia menawarkan sejumlah batu padas, dari yang bisa diukir sampai yang lebih padat, untuk pembangunan sebuah Pura di Desa Tuak Ilang, Kabupaten Tabanan. Ternyata, batu padas bahan sampah ini diterima umat Hindu. Talib pun semakin yakin, kalau untuk pembangunan pura, sesuatu yang suci bagi umat Hindu, dibolehkan, untuk keperluan lain tak jadi masalah. Tapi bagaimana dengan mutu? Penemuan ini sudah diteliti di Laboratorium Pengujian Tanah Kanwil Departemen PU Provinsi Bali. "Hasilnya bagus, unsur kimia yang membuat batu padas sampah itu lebih kuat," kata Cokorde Putra, analis penguji dari Kanwil Departemen PU ini. Hasil pengujian lainnya, daya desak batu padas buatan ini hampir dua kali lipat lebih kuat. Batu padas ini belum diteliti oleh Balai Penelitian Bahan Bangunan PU yang ada di Bandung. "Saya belum bisa memberi komentar. Kalau prosesnya benar seperti itu, bukan suatu proses yang sederhana," kata Zulkarnaen Aksa, Kepala Balai ini. Batu padas buatan Talib tampaknya punya masa depan cerah. Banyak pematung menyukainya. Antara lain karena kualitasnya bagus dan harganya lebih murah. Batu padas alam ukuran normal untuk diukir harganya Rp 900/biji. Produksi Talib hanya Rp 350/biji. "Sudah banyak pesanan yang saya terima," kata Talib. Termasuk pesanan dari satu hotel di kawasan Nusa Dua, yang tak jauh dari bengkel kerjanya ini. Putu Setia, laporan I.N. Wedja

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus