Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BAYANGKAN seekor serangga kecil—lalat atau capung—yang bisa terbang dan hinggap di mana saja sesuai dengan keinginan kita. Di punggungnya ada kamera supermini yang memotret area-area tujuan. Sumber energi alat-alat elektronik itu berasal dari kepakan sayap si serangga.
Mimpi? Tidak lagi. Sebuah lembaga riset independen, Defense Advanced Research Projects Agency, bekerja sama dengan Departemen Pertahanan Amerika Serikat, pertengahan tahun ini telah berhasil menciptakan serangga macam itu.
Gagasan dasarnya adalah search and rescue, alias operasi penyelamatan. Ketika suatu bencana alam terjadi, nyaris semua lokasi tak mudah dimasuki manusia. Padahal kebutuhan penyelamatan tak bisa menunggu, apalagi bila nyawa yang jadi taruhannya. Untuk itulah dibutuhkan solusi, dan modifikasi serangga ini dinilai sebagai jalan keluar terbaik.
Aktor kunci dalam riset ini adalah Profesor Khalil Najafi, Kepala Bagian Teknik Elektronika dan Komputer dari Universitas Michigan, Amerika Serikat. Sejak dulu Najafi ingin membuat robot serangga supermini untuk dikirim ke daerah yang baru ditimpa bencana. Namun timnya selalu terbentur soal sumber energi. Robot kecil tentu tak bisa membawa baterai A3 ke mana-mana.
Eureka. Najafi akhirnya punya ide. Dia menggunakan serangga hidup—seekor kumbang hijau—sebagai kelinci percobaan. Berbagai alat khusus—kamera, mikrofon, sensor, dan alat komunikasi lain—dibuat dalam bentuk renik dan dipasang di punggung kecil serangga.
Untuk mengendalikan gerak si serangga, Najafi "menanam" simulator di antena dan elektroda pada pusat sistem saraf (neuromuscular interface) serangga. Di bagian sayap, Najafi memasang perangkat mungil alat pengumpul dan pembangkit energi—generator—yang berasal dari gerakan sayap serangga. Dengan kecepatan kepakan sayap serangga yang luar biasa, generator yang dipasang di sayapnya bisa membuat tenaga listrik sebesar 45 mikrowatt. Cukup untuk pengoperasian kamera dan alat komunikasi.
"Sekarang kami bisa mengirim serangga-serangga tersebut ke lokasi-lokasi berbahaya yang tak terjangkau manusia, untuk memantau dan memberikan laporan langsung mengenai keadaan di tempat tersebut," kata Najafi, bangga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo