Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Peneliti gunung api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Mamay Surmayadi mengatakan, sejak tanggal 10 Januari 2019 hingga saat ini belum terpantau terjadinya letusan Gunung Anak Krakatau.
Baca: Misteri Rentetan Gempa Selat Sunda: Vulkanis atau Tektonis?
Baca: Retakan Gunung Anak Krakatau, Kemungkinan Tsunami Sangat Kecil
Baca: PVMBG: Posisi Kawah Gunung Anak Krakatau di Permukaan Laut
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sejak tanggal 10 Januari hingga hari ini tidak nampak letusan. Dalam kondisi beberapa hari ini mungkin Anak Krakatau sedang istirahat,” kata dia saat dihubungi Tempo, Senin, 14 Januari 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mamay mengatakan, kendati aktivitas erupsinya terhenti, aktivitas Gunung Anak Krakatau masih berpotensi berubah. “Ini masih fluktuatif karena potensi-potensi letusannya, berdasarkan rekaman gempa, gerakan magma di bawah masih ada,” kata dia.
Mamay mengatakan, Gunung Anak Krakatau masih dipantau ketat. “Kami belum bisa menyatakan bahwa periode aktivitas Gunung Anak Krakatau selesai. Kemungkinan masih fluktuatif. Jadi kami masih memantau dan melihat perkembangan ke depan,” kata dia.
Status aktivitas Gunung Anak Krakatau juga masih belum diturunkan. “Status aktivitas Gunung Anak Krakatau masih tetap dalam Level III, Siaga, dengan radius bahaya dalam 5 kilometer,” kata Mamay.
Pekan lalu, tanggal 10 Januari 2019, BMKG mencatat sejumlah gempa misterius terjadi di seputaran Pulau Gunung Anak Krakatau. Mamay mengatakan, peralatan sismograf di Pulau Sertung yang mengamati aktivitas kegempaan Gunung Anak Krakatau juga mencatatnya. “Kalau yang ditanyakan tadi itu gempa tektonik,” kata Mamay.
Mamay enggan menjelaskan lebih lanjut karena gempa tektonik menjadi wilayah kajian BMKG. “Yang dirilis BMKG selalu gempa tektonik, yang dirilis kami itu gempa vulkanik. Itu bisa dikonfirmasi ke BMKG,” kata dia.
Gempa relatif berkekuatan cukup besar juga sempat terjadi di Selat Sunda pada Sabtu, 12 Januari 2019 pukul 19.04 WIB. BMKG mencatat sumber gempa dengan kedalaman 10 kilometer tersebut berjarak 176 kilometer barat daya Tanggamus Lampung.
PVMBG merilis keterangan tertulis yang menyatakan gempa tersebut berasosiasi dengan aktivitas penunjaman Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia. Gempa tersebut terjadi pada bidang gesek kedua lempeng tersebut.
Mamay mengatakan, secara teoritis gempa bisa berpengaruh pada peningkatan aktivitas gunung api. “Tapi tidak semua. Sementara sampai sekarang, kejadian gempa kemarin tidak terlalu banyak berpengaruh terhadap Gunung Anak Krakatau,” kata dia.
Mamay mengatakan, laporan pengamatan terakhir Gunung Anak Krakatau hari ini sejak pukul 00.00 WIB sampai 06.00 WIB tidak terekam terjadinya letusan. “Yang tercatat hanya ada gempa tektonik lokal, jumlahnya 10, dengan amplitudo antara 10 milimeter sampai 15 milimeter. Tidak tercatat adanya letusan,” kata dia.