Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi baru mengungkap bahwa kebiasaan merokok ganja di masa remaja akan meningkatkan risiko depresi dan bunuh diri di kemudian hari, sebagaimana dilaporkan Daily Mail, 13 Februari 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para peneliti dari AS dan Inggris telah mengungkapkan ganja dapat merusak otak anak hingga memicu gangguan kesehatan mental di kemudian hari.
Dalam penelitian terbesar untuk topik ini, para ahli dari Universitas Oxford dan Universitas McGill memperkirakan bahwa lebih dari setengah juta orang dewasa di Inggris dan AS dapat diselamatkan dari gangguan kesehatan mental dengan menghindari ganja ketika remaja.
Tim itu memperingatkan bahwa ganja, yang legal di beberapa negara bagian AS dan digunakan oleh jutaan orang muda, adalah memiliki risiko kesehatan masyarakat yang signifikan dengan konsekuensi yang menghancurkan. Mereka mendesak para pejabat untuk menjadikan penanganannya sebagai prioritas.
Hubungan antara depresi dan penggunaan ganja saat remaja sebagian dikaitkan dengan peningkatan kekuatan ganja di jalanan saat ini - sebagai lawan dari jenis yang relatif ringan yang tersedia pada 1980-an dan 1990-an.
"Ini masalah kesehatan masyarakat dan kesehatan mental yang besar," kata penulis Profesor Andrea Cipriani, dari Universitas Oxford. "Jumlah orang yang terpapar ganja, terutama di usia yang rentan ini, sangat tinggi dan saya pikir ini harus menjadi prioritas bagi kesehatan masyarakat dan sektor kesehatan mental."
Para peneliti, di Universitas McGill dan Universitas Oxford, menganalisis data dari 11 studi yang melibatkan lebih dari 23.000 orang.
Penelitian ini, yang digambarkan sebagai meta-analisis terbesar hingga saat ini di bidang ini, mencakup remaja yang telah menggunakan ganja setidaknya sekali sebelum usia 18 tahun.
Sekitar tujuh persen kasus depresi orang dewasa mungkin tidak terjadi jika remaja berhenti merokok ganja, menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Psychiatry itu.
Ini berarti pada suatu saat hingga 60.000 kasus depresi di antara usia 18 hingga 34 tahun di Inggris dan 400.000 di AS dapat dikaitkan dengan penggunaan ganja selama masa remaja.
Namun, hubungan tidak ditemukan antara paparan ganja dan kecemasan di masa dewasa. Sementara risiko depresi adalah sedang, para peneliti mengatakan penggunaan umum ganja di kalangan remaja membuatnya menjadi perhatian.
Mereka mengatakan penelitian itu menyoroti pentingnya mendidik remaja tentang risiko menggunakan ganja. "Meskipun ukuran dampak negatif ganja dapat bervariasi di antara masing-masing remaja dan tidak mungkin untuk memprediksi risiko yang tepat untuk setiap remaja, penggunaan ganja yang meluas di kalangan generasi muda menjadikannya masalah kesehatan masyarakat yang penting,” ujar Profesor Cipriani.
DAILY MAIL | JAMA PSYCHIATRY