Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Orang dengan HIV AIDS (ODHA) bisa menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadan. Syaratnya menurut dokter dan konselor HIV di Bandung, Ronald Jonathan, ODHA harus berkonsultasi lebih dulu dengan dokter yang menanganinya. “Bisa tidaknya tergantung kondisi ODHA,” katanya, Selasa, 7 Mei 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ODHA yang bisa berpuasa adalah mereka yang dalam keadaan sehat. Artinya tidak mengalami penyakit atau infeksi oportunistik yang berat. Misalnya meningitis atau radang selaput otak yang bisa disebabkan jamur atau TBC, dan pneumocystis jiroveci (PCP).
“Untuk ODHA dengan stadium HIV 1 dan 2 biasanya tidak masalah karena kekebalannya masih relatif baik,” ujar Ronald. Jenis sel darah putihnya atau CD4 lebih dari 350 sel per mikroliter.
Adapun untuk pasien dengan HIV stadium 3 dan 4 ,kata Ronald, boleh puasa bila infeksi oportunistiknya sudah tertangani dan sudah minum obat Anti Retroviral (ARV). “Minimal 6 bulan hingga satu tahun dan keadaan fisiknya sehat yang ditentukan atas dasar pemeriksaan dokter.”
Khusus bagi ODHA yang meminum obat ARV tiap 12 jam per hari, waktu minum obatnya digeser menjadi saat berbuka dan sahur. Setelah bulan puasa waktu minumnya kembali ke jam semula.
Ronald mengatakan ada beberapa manfaat bagi ODHA yang berpuasa. “Biasanya pola hidupnya lebih teratur,” katanya. Puasa yang dilakukan dengan sungguh-sungguh bisa membuat kondisi psikologis dan spiritual lebih baik. Akibatnya ODHA bisa merasa lebih damai, emosi- emosi negatif juga stres berkurang. “Stres yang berkurang akan meningkatkan kekebalan,” ujarnya.
Puasa juga, kata Ronald, memberikan kesempatan pada organ tubuh untuk istirahat dan mengalami penyegaran atau detoksifikasi alami. Kiat bagi ODHA yang berpuasa, ujarnya, tetap beraktivitas seperti biasa. Saat buka dan sahur ODHA disarankan makan dengan gizi seimbang dan cukup minum. Kemudian tetap melakukan olahraga sesuai kapasitas masing- masing.
Berdasarkan catatan di laman resmi Kementerian Kesehatan, sampai dengan Juni 2018 HIV/ AIDS telah dilaporkan keberadaannya oleh 433 dari 514 kabupaten dan kota di 34 provinsi di Indonesia.
Jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai dengan Juni 2018 sebanyak 301.959 jiwa. Sementara estimasinya 640.443 orang, paling banyak ditemukan di kelompok umur 25-49 tahun dan 20-24 tahun.