Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 Tekno berita hari ini dimulai dari topik tentang awan topi di Gunung Rinjani. Di balik keindahan topi awan di Gunung Rinjani, ada potensi bahaya yang mengancam warga di lereng gunung, dan juga bagi penerbangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, rambut mumi Mesir ditemukan dengan kondisi sempurna meskipun telah berusia lebih dari 3.000 tahun. Juga, gempa yang terjadi di Bali pada Selasa pagi, 16 Juli 2019, akibat aktivitas Lempeng Indoaustralia dan Lempeng Eurasia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berikut tiga berita terpopuler di kanal Tekno:
Fenomena topi awan Gunung Rinjani, Rabu, 17 Juli 2019. Kredit: Antara Foto/Rosidin
Fenomena topi awan di puncak Gunung Rinjani baru-baru ini menyajikan keindahan visual, bahkan dinilai sempurna, sehingga menjadi ajang selfie masyarakat dan turis.
Namun di balik keindahan topi awan, ada potensi bahaya yang mengancam warga di lereng gunung, dan juga bagi penerbangan.
Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca BMKG Agie Wandala Putra mengatakan, topi awan disebut sebagai awan altocumulus lentikular. Awan ini merupakan awan yang umumnya tegak lurus terhadap arah angin, dan seringkali menyerupai bentuk lensa. "Awan jenis ini biasanya ditemui di sekitar area gunung," beberapa waktu lalu.
Rambut mumi Mesir kuno bertahan selama 3.000 tahun. Kredit: Kurchatov Institute/east2west.ne
Rambut mumi Mesir ditemukan dengan kondisi sempurna meskipun telah berusia lebih dari 3.000 tahun. Penemuan mengejutkan ini dilakukan oleh kelompok peneliti Rusia yang tertarik dengan proses mumifikasi bangsa Mesir kuno.
"Kami punya ide bahwa komposisi pembalseman khusus digunakan untuk pemrosesan mereka, dan memutuskan untuk mencari tahu resep mereka,” ujar Dr. Viktor Pozhidayev, salah satu peneliti.
Bangsa Mesir kuno menerapkan serum balsam ke rambut mereka, sehingga bentuk ikal tetap terjaga lebih dari 3 abad. Balsam terkandung dari lemak sapi, minyak jarak, lilin lebah, getah pinus dan minyak aromatic pistachio, namun opsional.
Pemuka agama Hindu memantau kerusakan pada bagian candi yang runtuh akibat gempa di Pura Lokanatha, Denpasar, Bali, Selasa, 16 Juli 2019. Gempa yang mengguncang Bali pada 6 skala richter pukul 08.18 Wita tersebut tidak menimbulkan korban jiwa tapi sejumlah bangunan di beberapa kawasan di Bali mengalami kerusakan. ANTARA
Gempa yang terjadi di Bali pada Selasa pagi, 16 Juli 2019, akibat aktivitas antara Lempeng Indoaustralia dan Lempeng Eurasia.
"Lempeng Indoaustralia melakukan subduksi yang menyusup ke bawah Lempeng Eurasia sehingga mengakibatkan gempa," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo di Jakarta, Selasa.
Agus mengatakan gempa tersebut mengakibatkan satu orang luka-luka dan 38 bangunan rusak. Enam rumah rusak akibat gempa, dengan perincian satu roboh, satu rusak berat, dua rusak sedang, dan dua rusak ringan.
Selain tiga berita terpopuler di atas, Anda bisa membaca berita hari ini seputar sains dan teknologi hanya di kanal Tekno Tempo.co.