Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada malam pertama pertunjukan Onrop!, Joko Anwar mengenakan tiga topi: sutradara, penata lampu, dan penata artistik. "Maklum, masih belajar," katanya mencoba memaklumi gedung yang tata suaranya masih menjadi problem. Berikut ini petikan wawancara Ismi Wahid, Kurniawan, dan Pramono dari Tempo dengan sutradara yang pada beberapa malam dalam sepekan diganjar standing ovation itu.
Bagaimana asal mula Anda ingin terjun ke drama musikal dan kenapa Onrop!?
Saat kami sedang menyunting film Kala tiga tahun lalu, ide ini lahir karena adanya intoleransi beragama di Indonesia. Saya terusik. Kami semua terganggu. Onrop! idenya sudah tiga tahun lalu. Indonesia jadi terhambat karena semua orang menganggap kelompoknya paling benar. Semua orang menggunakan kelompok sebagai identitas untuk merasa eksis. Mereka tak segan menggunakan kekerasan. Lebih gawat lagi, sikap tidak toleran ini dibiarkan pemerintah Indonesia. Bahkan ada yang endorse.
Kenapa bisa muncul ide Pulau Onrop?
Saya berkhayal, jangan-jangan akan ada sebuah pulau, ada orang dianggap tidak memenuhi standar oleh kelompok tertentu lalu dibuang ke luar Indonesia. Jadilah namanya Pulau Onrop ini.
Kenapa dibuat dalam bentuk drama musikal?
Kalau ide ini dibuat sebagai film, terlalu grand, terlalu besar. Set harus realistis. Sedangkan teater bisa lebih mengajak penonton berimajinasi dengan set lebih sederhana. Lalu set ini tahun 2020, ada patung Ratu Plaza pakai baju. Skenario ini selesai tahun lalu. Eh, ternyata belakangan ada berita soal patung-patung yang harus mengenakan busana. Saya merasa bayangan saya tidak mengada-ada. Ternyata kita tak harus menanti hingga tahun 2020. Kenapa musikal, karena itu mudah diikuti dengan santai, bisa diserap tanpa menggurui, tanpa khotbah. Saya kan bukan orang yang suka menggurui. Makanya lagunya banyak yang ceria, pop dengan sedikit jazz, diiringi orkestra live.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo