Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menjelang Hari Ulang Tahun Jakarta ke482 pada 22 Juni 2009, Gubernur Jakarta Fauzi Bowo menerima sejumlah wartawan dari berbagai media di rumah dinas gubernur yang tak jauh dari Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat. Tempo mendapat giliran wawancara terakhir. Selama melayani wawancara media lain, pria berkumis kelahiran Jakarta 61 tahun silam itu beberapa kali ganti pakaian.
Berikut ini petikan wawancara tim Tempo dengan doktor lulusan Fachbereich Architektur Raum und UmweltplanungBaungenieurwesen Universitat Kaiserlautern, Jerman, pada 19 Juni lalu.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jakarta 20002010 hampir habis, tapi mengapa belum ada rencana kelanjutannya, yaitu 20102030?
Kami sedang mengevaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah 20002010, agar nanti rencananya berkesinambungan, tidak terpotongpotong. Perencanaan itu kan dibuat untuk rakyat. Hidup rakyat tidak terpotongpotong. Karena berganti waktu, kebutuhan juga berubah. Itu yang disebut dinamika kebutuhan. Secara matematis bisa dibuat modelnya, secara komprehensif tidak mungkin diperkirakan 100 persen benar.
Maksudnya?
Dinamika di Jakarta berbeda dengan di Jerman. Di sana tidak ada penduduk yang bertambah secara eksplosif. Dalam situasi pertumbuhan yang sangat dinamis, kebutuhan itu harus menjadi pertimbangan. Ditambah lagi, DKI Jakarta sejak zaman Gubernur Ali Sadikin areanya tidak bertambah, tapi penduduknya bertambah. Artinya, imbalance antara ketersediaan lahan atau ruang dan jumlah penduduk.
Bagaimana menanganinya?
Ada strategi. Pertama, merencanakan secara dinamis. Kedua, pertumbuhan penduduk tentu menyebabkan beban tambahan terhadap kuantitas lahan yang terbatas, jadi harus diupayakan kualitas penduduk yang semakin baik. Sehingga dalam ruangan sembilan meter persegi, misalnya, hidup masih terasa nyaman. Ada maximal capacity untuk convenience.
Apa prioritasnya?
Pemerintah provinsi sedang berupaya menerapkan semangat mengkota baru, new urbanism, yang mengarahkan dan memprioritaskan orientasi pembangunan dan penataan kota pada pejalan kaki, pedestrian, dan kendaraan tidak bermotor. Perubahan paradigma mendasar ini menuntut kerja keras aparat dan profesional di bidang tata ruang. Semua upaya itu diharapkan akan berdampak pada perubahan tata ruang dan wajah kota yang lebih berada, atraktif, dan berkelanjutan.
Berubah seperti apa?
Konsep pembangunan yang berorientasi pada pola transportasi berbasis kendaraan pribadi harus diubah pada pola transportasi berbasis angkutan umum massal dan pejalan kaki. Itulah yang sampai kini masih terus digodok dan menjadi masukan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah yang hampir rampung untuk diajukan ke legislatif.
Tapi itu kan sudah jadwal yang seharusnya? Apalagi masa tugas DPRD akan segera berakhir, sedangkan yang baru akan bekerja setelah Oktober nanti. Bagaimana mengatasi hal ini?
Prinsip development tidak boleh bergantung pada pihak dan batas waktu tertentu. Akan terus berlanjut, pola berkesinambungan. Ini harus dipahami semua pihak, termasuk juga para pelaksana. We have to make sure, Jakarta city development harus berlanjut dengan prinsipprinsip pelaksanaan yang baik. Jadi, jangan orientasi proyek. Itu berlaku untuk semua orang, bukan hanya eksekutif. Kita bertumpu pada sistem.
Tapi perencanaan (RTRW) diperlukan agar orang bisa tahu bagaimana Jakarta dikembangkan?
Saya tahu, jabatan gubernur hanya lima tahun. Saya tidak pernah punya citacita untuk mengubah dunia. Tapi yang ingin saya kerjakan membangun satu landasan, supaya Jakarta bisa dibangun ke arah yang tepat. Untuk bisa bersaing dengan kota besar mana pun, baik dalam negeri maupun luar negeri.
Jadi, apa prioritas kerja Anda?
Tekad saya adalah mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, good governance. Karena, apa pun yang Anda lakukan, misalnya membangun mass rapid transit atau penaÂnganan banjir, kalau tidak ada tata kelola pemerintahan yang baik, ujungujungnya selalu bermasalah.
Contohnya?
Pengadaan busway yang dipermasalahkan. Karena tidak sesuai dengan kaidah tata keuangan yang baik, sekadar kejar target, lalu kini menjadi masalah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo