DERRY Sirna, jebolan Trisakti jurusan arsitektur, mendirikan
Teater Keliling bersama-sama dengan Rudolf Puspa, Buyung Z dan
Palmirta Pangiman. Ia masih belum menikah. Bergerak ke sana ke
mari, nyabet dan menyeruduk berbagai kemungkinan, orang inilah
yang menjadi motor Teater Keliling. Kegiatan teater ini mendapat
bantuan antara lain dari PT Indomilk, Berita Yzdha, AMPI
(Golkar), Majalah Mode, Pelni, Pelita Air Service, Wapres Adam
Malik, Menmud Abdul Gafur, dan Departemen P & K. Istana Negara
sudah mereka tembus, berkat bantuan Sampurna SH, KepaIa Rumah
Tangga Istana.
Anggota-anggota Teater Keliling berusia antara 16 sampai 32
tahun. Setiap kali silih berganti. Di antaranya tercatat Jajang
Pamoncak (bakal isteri Arifin) dan Cok Simbara (bintang film) --
keduanya sekarang tidak aktif lagi. Menurut Derry, pemain Teater
Keliling tidak diberi honor. Semua pendapatan disimpan untuk
biaya produksi berikutnya. Mereka melakukan pementasan di mana
saja. Di pasar, sekolah, kantor, di Rumah Sakit Jiwa bahkan di
depan orang buta. (Yang terakhir ini luar biasa). Naskah yang
dimainkan seringkali milik Arifin C. Noer, Putu Wijaya, Motinggo
Boesye dan terjemahan dari karya Chekov. Seringkali dengan
merombak dan menambah isi naskah, sesuai dengan penonton dan
kekuatan grup.
Untuk imbalan pada kebaikan para sponsor, mereka giat membawa
spanduk perusahaan dalam perjalanan. Pemerintah Daerah yang
mereka kunjungi pun membantu. Semuanya beres. Derry tidak mau
menyebutkan berapa besar sumbangan-sumbangan itu, kecuali bahwa
daftar penyumbangnya amat banyak. Ia hanya menyebutkan,
sumbangan di dalam jumlah uang belum ada yang sebesar Rp 1 juta.
Bahkan ia mengaku punya hutang. "Malahan kami berhutang satu
setengah juta dari berbagai pihak, karena pengeluaran sudah Rp
200 juta sejak didirikan," kata Derry.
Karena perjalanan panjang, pengalamannya pun banyak. Di Samosir
misalnya, mereka main di depan masyarakat yang tak faham
berbahasa Indonesia. Juga sempat bermain untuk bekas Romusya di
kebun Kelapa Sawit Malaysia. Di antara Romusya itu, ternyata ada
yang pernah menjadi anggota sandiwara Dardanella. Yang
mengharukan, dalam satu kesempatan di Natuna, seorang nenek
setelah usai menonton, mengelus Derry "Saya baru mau mati
setelah melihat orang Jakarta," ucapnya. Tidak jelas sekarang
nenek itu masih hidup atau sudah tutup usia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini