Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Asyik sendiri

Grup teater keliling yang berdiri th 1974 berhasil menyelenggarakan pementasan ke daerah-daerah tanpa memikirkan mutu ekspresi. pengeluaran untuk perjalanan sudah 200 juta.(ter)

17 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEATER Keliling pimpinan Derry S. belakangan ini menarik perhatian, karena usahanya bermain sampai tembus ke Malaysia, Singapura dan Muanghai. Grup yang didirikan pada tanggal 13 Pebruari 1974 ini, disutradarai oleh Rudolf Puspa dengan memakai pemain-pemain yang bergantiganti. Salah satu dari sedikit anggotanya yang sejak semula bertahan hingga sekarang adalah Mayawati Direja. Gadis ini mula-mula dikenal di TIM lewat pementasan Umar Machdam dari Bogor. Derry maupun Rudolf Puspa, keduanya bekas anggota Teater Kecil. Mereka mengkhususkan dirinya menyelenggarakan pementasan ke daerah-daerah dengan naskah-naskah seperti Mega-Mega, Kapai-Kapai atau Adul. Taktik manajemennya lihai, sehingga sejak didirikan sampai sekarang mereka sudah menjelajahi 250 buah kota dengan 400 kali pementasan. Kesemparan yang demikian bisa bikin iri grup-grup yang lain. Tetapi semuanya itu tentu saja melalui penanganan yang getol, tekun dan pantang menyerah. Teater Keliling memiliki sebuah Sanggar di Bogor. Di sanalah mereka beristirahat menyiapkan diri, setiap hali hendak menjalani perjalanan yang baru. Tanggal 26 Januari yang lalu, mereka main di Istana Negara untuk menghibur karyawan Istana dan Sekretariat Negara dengan cerita Orang Kasar (Anton Chekov). Dan untuk pertama kalinya mereka tampil di Teater Tertutup TIM tanggal 7, 8 dan 9 bulan ini. Naskah yang dibawakan berjudul Jing-Jong dan Wayang. Keduaduanya ditulis dan disutradarai oleh Rudolf sendiri. Baik Jing-Jong maupun Wayang tehnik pementasannya masih ditandai dengan sisa-sisa pengalaman Rudolf di Teater Kecil. Cara penyusunan level, kostum, bloking, bahkan akting pemainnya, sangat mengingatkan stilisasi permainan yang dikerjakan oleh Teater Kecil. Hanya saja Teater Keliling tidak memiliki api, sebagaimana api yang mendorong seorang Anfin, itu pimpinan Teater Kecil, yang mengendap dan membuat pementasan jadi berarti. Teater Keliling juga menghadapi naskah yang sedemikian rupa keadaannya, sehingga lebih merupakan beban semata-mata. Jing-Jong didukung oleh Mayawati Direja dan Dahri Uhun Nasution. Kecuali bahwa kedua pemain ini telah berusaha bicara dengan jelas dan berhasil tidak ngotot, selebihnya kita hanya dapat meraba-raba apa sebenarnya yang dikehendaki oleh lakon ini. Tidak menarik, tidak intens, lakon ini sibuk dengan persoalan-persoalan dan pernyataan-pernyataan pribadi yang belum diolah apalagi diendapkan. Wayang lebih atraktif. Terapi ia sibuk sendiri. Misalnya dengan ucapan langsun dari pengarang untuk penonton, yang meragukan soal kritik drama yang ada sekarang. Ada juga usaha untuk bermain-main dengan "ilmu peran," karena narator dan pemain, kadangkala ditumpuk jadi satu. Misalnya seorang pemain mengabarkan dulu apa yang akan dikerjakannya, kemudian baru dilaksanakan. Ini lucu dan cukup menarik, tetapi kalau berlangsung sampai dua jam tanpa ada demensi yang hendak dikejar, akhirnya hanya menjadi semacam keasyikan diri sendiri. Di sini sebenarnya penonton tidak dibutuhkan. Teater Keliling kemudian lebih terasa sebagai usaha untuk menghibur tanpa memikirkan mutu ekspresi. Kadangkala ia terasa menggampangkan soal dengan kepura-puraannya yang sangat kentara. Tidak ada toralitas, tidak ada kesegaran. Bahkan bila tontonan ini dibandingkan dengan pertunjukan pada Festival Teater Remaja beberapa waktu yang lalu. Dari produksi Teater Keliling yang di TIM ini, tak banyak yang bisa dicatat. Kurang jelas apakah pementasan-pementasan yang dibawa berkeliling juga tidak jauh dari ini mutunya. Mudah-mudahan lebih baik. Di daerah, mereka tentu saja lidak hanya dianggap hiburan, tetapi juga bandingan mutu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus