Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Minus beras

Propinsi riau tercatat daerah kaya, tapi hasil pangannya belum memenuhi kebutuhan penduduknya. pemda menggalakkan sawah pasang surut, termasuk percobaan penanaman padi di pulau tujuh kepulauan riau. (dh)

26 Juni 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MESKI Riau tercatat sebagai propinsi nomer 2 tertinggi penghasilan kotor daerahnya -- dengan Regional Brutto Product Rp 90.450 per kapita -- ternyata belum terbilang daerah makmur. Sebab hasil pangannya bukan saja belum surplus, tapi juga baru 65% memenuhi kebutuhan penduduk yang 2 juta itu. Tak aneh bila dalam usianya yang sudah 18 tahun itu, propinsi Arifin Ahmad itu masih repot mengotak-atik perkara memenuhi kebutuhan beras. Dan tak malu-malu menggedor daerah tetangganya yang surplus agar mengirim kelebihan berasnya. Misalnya dari Sumatera Barat tak kurang 20.000 ton setahunnya . Yang paling penting tentulah usaha meningkatkan penghasilan sendiri. Ini amat kentara dilakukan sejak tahun 1973, ketika kekurangan beras tercatat lebih dari 80.000 ton. Di tahun 1974 kekurangan tersebut dapat ditekan jadi 64 ribu ton lebih. Lalu tahun berikutnya berhasil dikurangi lagi. jadi 6 ribu ton. Dan tahun 1976 ini yang sudah diketahui masyarakat Riau ialah rencana menggalakkan sawah pasang surut. Sampai akhir Pelita II nanti bakal mencapai 300 ribu ha. Tapi tampaknya tak cuma rencana. Sebab 88 excavator dan 9 kapal keruk tampak sudah dijejerkan di Teluk Kiambang, Reteh dan Siak Hilir. Upaya itu tentu saja tah melupakan angka pertambahan penduduk yang 2 setahun. Hingga dari rencana itu diperhitungkan di tahun 1978 mendatang kekurangan beras yang tinggal cuma sekitar 20 ribu ton saja. Memang lancar di atas kertas. Tapi agaknya ada yang terlupakan. Bahwa di samping daratan, Riau juga terdiri dari Kepulauan Riau. Wilayah ini mesti mendapat perhatian agar juga berkemampuan menghasilkan beras. Tak hanya dibiarkan sebagai bagian propinsi yang "tukang makan". Apalagi penduduknya, lebih separuh dari seluruh jumlah penduduk propinsi. Bagian propinsi yang terdiri dari kabupaten Bengkalis dan Kepulauan Riau itu, dengan uang Pelita Rp 20 juta untuk irigasi pernah dgadikan kawasan percobaan persawahan. Hasilnya, menurut pejabat-pejabat setempat, belum bisa dinilai, karena masih percobaan". Tapi menurut para pemuka masyarakat Pulau Tujuh, di zaman Jepang di Ramai (Bunguran Timur) pernah dijadikan daerah penanaman padi. Yang menurut seorang anggota DPRD Kepulauan Riau. Hasilnya bisa memenuhi kebutuhan Pulau Tujuh".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus