Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - ArtSociates menggelar pameran karya seni grafis buatan sepuluh seniman residensi di Galeri Lawangwangi, Bandung. Seorang seniman lainnya berasal dari Prancis. Berjudul The Mirror of Print: Exploring Identity and Representation through Contemporary Printmaking, pameran berlangsung 17 Maret hingga 6 Mei 2023.
Seniman Buat Karya di Studio Seni Grafis di Bandung
Para seniman yang terpilih, mengikuti residensi atau membuat karya di studio grafis Habben Drucken di Kota Bandung dengan Roim sebagai ahli cetak atau master print. Sebagian lagi mencetak di Devfto Print Institut, Ubud-Bali bersama ahli cetak Devy Ferdianto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami mengirimkan satu seniman setiap bulan untuk mempelajari atau menyempurnakan berbagai teknik karya seni cetak grafis,” kata Andonowati, Direktur ArtSociates, Jumat, 17 Maret 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seniman peserta pameran yaitu Etza Meisyara, Yogie Ginanjar dan M. Akbar, Beatrix H. Kaswara, Chandra Rosselini, Deni Rahman, Maharani Mancanagara, Mujahidin Nurrahman, Nyoman Wijaya, Erik Rifky, serta Laurent Millet asal Prancis. Mereka mengerahkan berbagai teknik cetak grafis, seperti foto cetak dalam (photo intaglio), cetak saring (screenprint) atau sablon, cukil kayu (woodcut), cetak lino (linocut), dan cetak datar atau litografi.
Beatrix Hendriani Kaswara yang menyukai teknik etsa dan litografi, mengadopsi gaya dan teknik melukis yang biasa ia kerjakan, seperti menumpuk garis atau warna lapisan per lapisan. Dia menyukai faktor kejutan dari kesalahan atau kegagalan yang di luar perhitungan.
“Proses yang sangat mengasyikkan,” katanya. Konsep karyanya tentang kehidupan manusia yang tercipta dari berbagai lapisan.
Adapun Chandra Rosselini yang terbiasa menggambar dengan pensil dan arang atau charcoal, memilih teknik litografi. Ilustrator kelahiran Jakarta yang bermukim di Yogyakarta itu mengangkat tema yang terkait dengan pengalaman hidupnya sebagai seorang intersex atau Disorder of Sex Development, suatu gangguan perkembangan pada organ kelamin. “Fase saya tidak seperti kebanyakan orang, runyam dan membingungkan,” kata dia.
Seniman interdisipliner, Etza Meisyara saat residensi menggunakan media campuran untuk mewujudkan gagasannya soal transmutasi energi. Dengan metode seni grafis yang dipelajarinya, putri seniman Tisna Sanjaya itu berupaya memunculkan kekayaan tinta pada karyanya.
Menurut Devy Ferdianto, master print di Devfto Print Institut, proses residensi para seniman sangat menarik dan membuka kemungkinan tantangan baru di wilayah eksplorasi artistik juga teknik grafis tertentu. Adapun kurator pameran Sudjud Dartanto mengatakan, para seniman mengeksplorasi seni cetak grafis sebagai media representasi atas berbagai kompleksitas wacana identitas.
Pilihan Editor: Langkah Mutakhir Karya Seni Grafis di Bandung
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.