Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Galeri Orbital Dago, Bandung, Jawa Barat, menggelar pameran seni rupa yang bertajuk “I Finally Use My Own Hands”. Pameran ini menampilkan karya-karya cetak saring atau populer disebut cetak sablon (printmaking), dari perupa belia Mahesa Damar Sakti. Mahesa yang berusia 13 tahun adalah seorang anak dengan autisme.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada 36 karya yang ditampilkan, dibuat sejak 2018 hingga yang terbaru di tahun 2022 ini. Setiap gambar yang rata-rata berukuran 21x29cm dan 29x 42cm itu bertutur mewakili proses perjalanan berkarya sang seniman. Mahesa yang non-verbal dapat bercerita mengenai dirinya dan kehidupannya melalui medium cetak saring.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Awalnya imajinasi Mahesa bertumbuh pada bentuk-bentuk abstrak non figuratif. Karya-karya yang dibuat tahun 2018 seperti: 'Ikan di Kolam', 'Earth' dan 'Galaxy' mewakili gagasan itu. Sementara bentuk stilasi sederhana diwujudkan seperti pada seri karya berjudul 'Pizza' dan 'Untitled'. Meski tak berjudul namun jelas menyerupai es krim dan burger.
Pada karya-karya selanjutnya, Mahesa yang lahir di Bandung 15 Juni 2009, banyak melakukan eksplorasi terhadap bagian tubuhnya terutama tangan. Selain itu unsur-unsur alam di sekitar seperti daun dan tangkai, ia susun menjadi komposisi berserak atau bertumpuk. Di bagian lain Mahesa tampak asyik dengan tarikan garis berulang yang menghasilkan irama bentuk dengan barik yang kuat.
Ada cerita menarik dari obyek tangan ini. Awalnya Mahesa tak mau menggunakan tangannya sendiri sebagai medium gambar, karena oversensitivitas taktil yang diidapnya. Sehingga ia harus meminjam tangan gurunya untuk dicetak.
salah satu karya Mahesa Damar Sakti, anak berusia 13 tahun penyandang autisme, yang menggelar pameran grafis cetak saring di Galeri Orbital, Bandung.
Seiring dengan perjalanan waktu dan intensitas berkarya grafis, sedikit demi sedikit Mahesa bisa mengurangi kecenderungan obsessive compulsif disorder (OCD). Sampai pada titik ia berani melumuri telapak tangannya sendiri untuk dicetak. "Printmaking membantu Mahesa belajar kesabaran, meningkatkan kepercayaan diri dan mengekspresikan apa yang dia suka", ujar Rini Sunarini, ibu kandung Mahesa.
Sebagai anak dengan autisme, upaya Mahesa berkenalan dengan proses berkarya seni rupa penuh dengan tantangan. Awal-awal belajar didominasi dengan penolakan terus menerus. Beruntung ia mendapatkan guru pembimbing yang kreatif dan penuh kesabaran, Fajar Nurhadi.
Sang guru bisa mengubah pendekatan belajar menjadi aktivitas bermain yang menyenangkan. Mahesa lama-lama tak keberatan untuk bermain 'kotor' dengan cat dan alat-alat baru. Ia semakin termotivasi karena setiap pergi ke 'sekolah' selalu menumpangi bus yang sangat ia sukai.
Pameran tunggal ini diselenggarakan sebagai bentuk rasa syukur atas pencapaian Mahesa. Juga suatu penanda dari proses perjalanan berkarya. Dimana melalui seni, Mahesa yang non-verbal bisa bercerita mengenai dirinya melalui medium visual. Manajer Pameran S.A. Riswan mengatakan, mungkin pameran ini bisa mewakili kawan-kawan Mahesa, sesama anak berkebutuhan khusus, yang ingin bercerita tentang dirinya, namun belum menemukan media yang tepat.
Pameran berlangsung sejak hari Sabtu, 16 April hingga 8 Mei 2022. Galeri Orbital Dago buka setiap hari dari pukul 09.00-20.00 WIB, dan beralamat di Jl. Rancakendal Luhur no. 7, Bandung.