Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Ide Besar Melawan Banjir

Jakarta hampir tiap tahun dilanda banjir. Salah satu cara untuk mencegah banjir yaitu dengan membuat kanal lingkar dalam & luar dengan bentuk huruf U kanal akan bermulti guna bukan hanya menampung banjir.

17 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAMPIR tiap tahun Jakarta mengalami banjir. Perbedaannya cuma dalam volume dan kehebatan akibatnya. Memang secara alamiah, dilihat dari sudut letak Jakarta yang sebagian di bawah permukaan laut, adanya daerah rawa dan muara beberapa sungai, bisa dimengerti bila sejak dahulu kala Jakarta selalu kena banjir. Sebelum VOC datang, Jakarta sudah selalu tergenang. Penduduk membangun rumah menycsuaikan diri dan bersahabat dengan air yang melimpah. Genangan air dimanfaatkan sebagai sarana lalu lintas. Rumah dibangun bertiang tinggi -- rumah panggung. Air banjir terkadang dinikmati bisa memancing ikan langsung dari jendela. Portugis dan Belanda menyadari masalah banjir Jakarta. Mereka sempat juga berpengalaman pahit dengan genangan air. Mereka mengalami sendiri kerusakan barang dan persediaan di gudang serta bahaya penyakit karena pencemaran air dan lain-lain. VOC pun kemudian mulai membangun kanal yang kemudian diteruskan dalam pemerintahan kolonial Belanda. Mereka meniru pengalaman di negeri asalnya yang tak saja kaya dengan air, dan bahkan hampir seluruh daerah Negeri Belanda berada di bawah permukaan air laut. Hasilnya: selama penjajahan Belanda di Jakarta, tidak terdapat catatan akan bahaya banjir seperti sekarang ini. Yang ada ialah genangan air dan udara lembab, sehingga mereka memperluas kota Jakarta dari daerah Pasar Ikan ke daerah Menteng dan Jatinegara kemudian disusul dengan rencana Kebayoran Baru. Cerita Baru 1976 banjir besar. Januari 1979 banjir lebih besar dan agak aneh. Korban jiwa 20 orang. Ternyata dari tahun ke tahun bahaya makin mencekam Jakarta. Kerugian akibat banjir pasti sangat besar: mulai dari korban jiwa, harta benda, sampai ke kerusakan sarana jalan, kemacetan ekonomi, kehilangan jam kerja yang secara akumulatif pasti bermilyar rupiah. Belum lagi korban perasaan dan ketidak tenteraman. Banyak analisa tentang sebab banjir: mulai dari got dan alur sungai yang tidak mampu menampung air hujan sampah-sampah yang menyumpal got dan alur tinggi permukaan Jakarta yang anjlok 10 cm karena terlalu banyak menyedot air tanah dan ditambah beban berat bangunan ketidak-teraturan pembangunan yang mengakibatkan tanah tidak mampu meresap air dengan cepat. Banjir kiriman lain lagi: penggundulan di bukit-bukit, pembangunan yang kurang terkendali mengakibatkan air hujan segera tumpah ke kali dan dikirim ke Jakarta Naga-naganya masalah banjir Jakarta cukup rumit dan jalan keluar yang tambal sulam tidak menyelesaikan persoalannya. Perlu dipikirkan alternatif jalan keluar baru. Kanal Lingkar Luar dan Kanal Lingkar Dalam Ternyata peninggian Jalan Thamrin tidak mengurangi bahaya banjir. Banjir kanal dan got serta waduk yang ada ternyata belum mampu menyedot dan menjinakkan air hujan yang besar. Rencana pembuatan banjir kanal yang baru di Waduk Grogol sedang dipersiapkan. Namun kalau dihitung secara matematis, bahaya banjir Jakarta dengan kondisi dan kecenderungan yang ada sekarang ini akan tetap besar. Hujan pasti akan tetap datang. Pembangunan dengan pertambahan penduduk pasti akan menyita tanah dan tumbuhan. Tumpahan air dari hulu pasti juga akan tidak lebih sedikit dan bahkan pasti bertambah. Penyedotan air tanah jalan terus. Beban Jakarta dan sampahnya pasti bertambah banyak. Barangkali, di samping jalan keluar yang sekarang sedang dipikir dan dilaksanakan ada baiknya mengkaji pemikiran baru yang berdasar pendekatan alamiah: "Mari bersahabat dengan air dan memanfaatkan air seperti nenek moyang kita telah memanfaatkannya." Artinya, air jangan dilawan tetapi dijinakkan dan dimanfaatkan. Selama ini kita sangat terpesona akan pembangunan jalan raya, jalan lingkar luar (outer ring road) dan jalan lingkar dalam untuk mengatasi kemacetan lalu lintas. Jalan baru dibangun terus dengan biaya yang cukup tinggi. Tapi mungkin di tahun mendatang kita harus mengatur dan merencana Jakarta sebagai kota air seperti halnya Bangkok, Venesia, atau Amsterdam. Kali dan banjir kanal di Jakarta bisa dikembangkan dan ditingkatkan menjadi kanal baru yang multi guna: menampung banjir, tempat menanam ikan, sarana transportasi (barang dan penumpang), sarana turis (acara keliling kota lewat kanal seperti di Amsterdam). Pembangunan kanal lingkar dalam dan lingkar luar dapat direncanakan berbentuk huruf U, bermuara dengan pompa otomatis di pantai Teluk Jakarta. Pantai harus juga ditanggul dengan sempurna seperti halnya pantai di Negeri Belanda. Permukaan air laut dan air kanal diatur dengan pintu air (sluis). Apabila musim kering, air laut masuk kanal demi menjaga tinggi minimum debit air untuk keperluan pelayaran di kanal musim hujan air dipompa secara otomatis dari kanal ke laut. Rencana ini pasti hebat dan mahal. Tetapi dapat dikerjakan secara bertahap dan pada akhirnya pasti lebih murah daripada jalan keluar tambal sulam. Tetapi paling urgen lagi ialah menciptakan lapangan kerja baru bagi warga Jakarta mulai dengan penggalian kanal dan pemanfaatan kanal. Juga menolong mengatasi masalah transportasi yang mulai mencekik Jakarta. Ide ini lebih jelas lagi mengingat pengalaman Amsterdam dan Batavia. Penormalisasian kanal buatan Belanda di Jakarta Pusat pada akhir-akhir ini ternyata telah mengurangi bahaya banjir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus