Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apakah Skyscraper itu? Menurut saya, itu bukan soal berapa jumlah lantai sebuah gedung, tapi soal seberapa tinggi. Skyscraper adalah apa pun yang membuat Anda berhenti, berdiri, memutar leher dan mendongak.” —T.J. Gottesdiener
Definisi Gottesdiener, salah satu arsitek pembangunan kembali kawasan World Trade Center, Amerika Serikat, mengenai skyscraper alias gedung pencakar langit di atas mungkin terlalu longgar. Tapi memang tidak ada kriteria yang pasti suatu gedung layak disebut pencakar langit.
Ensiklopedi Britannica hanya menyebutnya bangunan sangat tinggi dan banyak lantai. Emporis, perusahaan data properti dunia, membatasi bangunan dengan ketinggian minimal 100 meter—tidak peduli berapa jumlah lantainya—maka dia pantas menyandang sebutan pencakar langit.
Bila kriteria Gottesdiener dan Emporis yang dipakai, berarti Menara Karya bisa disebut sebagai gedung pencakar langit. Tinggi Menara Karya di Jalan H.R. Rasuna Said, Jakarta Selatan, 110 meter terdiri atas 29 lantai. Tapi bukan soal tinggi yang membuat gedung pencakar langit ini menonjol.
Di antara kerumunan gedung tinggi di kawasan Kuningan yang rata-rata monoton, berbentuk kotak menjulang, Menara Karya agak nyeleneh. Dari arah muka, dia tampak seperti berlian asimetris: sempit di dasar, menggelembung di bagian tengah, meruncing ke arah puncak.
Mendekati puncak Menara Karya, tepatnya di lantai 24 dan 25, pada sisi selatan menonjol kantilever sehingga bangunan tidak tampak ”polos”. Garis-garis vertikal aluminium pada sisi kiri-kanan memberi efek gedung ini lebih tinggi dari sebenarnya.
Pada sore hari, ketika lampu dalam gedung mulai dinyalakan, garis-garis mendatar pada bagian muka dan belakang tampak menonjol, menghapus kesan ”kosong” pada fasad Menara Karya. Indah dipandang. Pemilihan material kaca pada seluruh fasad bangunan juga semakin menonjolkan desain modern Menara Karya.
Menurut Cynthia Sulistyo, Manajer Pemasaran PT Karyadeka Pancamurni, pemilik Menara Karya, pada sisi selatan, dindingnya miring 13 derajat, sedangkan sisi utara miring 7 derajat. ”Perancangnya menyebut desain ini berlian abstrak,” katanya. Pencakar langit ini dirancang oleh Arquitectonica International Corporation, kantor arsitek asal Miami, Amerika Serikat.
Juru bicara Arquitectonica, Chris Sullivan, mengatakan, desain Menara Karya sengaja dirancang berbeda untuk menonjolkan identitas bangunan itu di tengah maraknya pembangunan gedung baru di Jakarta. ”Sehingga tidak tenggelam di tengah kerumunan gedung,” katanya.
Sentuhan Arquitectonica tampak betul pada Menara Karya seperti halnya pada karya mereka sebelum ini, yakni AIG International Finance Center di Seoul, Korea Selatan. Bentuk-bentuk asimetris dengan garis-garis lurus dan sudut tajam dibungkus fasad kaca.
Begitu pula karya Arquitectonica berikutnya, yaitu Menara Satrio di Jalan Prof. Dr. Satrio, Jakarta. Seperti Menara Karya, gedung 31 lantai yang masih digarap pembangunannya ini tampak kontras dibanding gedung-gedung sekitarnya yang rata-rata masih didominasi bangunan kotak dengan material batu atau beton pada muka bangunan. Seluruh fasad Menara Satrio terbuat dari kaca.
Sekilas, Menara Satrio seperti kotak yang terpotong pada beberapa bagian sudutnya. Hasilnya adalah efek garis zigzag pada masing-masing sisi bangunan. Potongan pada sudut-sudut bangunan justru memberi keuntungan, yakni pandangan ke arah sudut menjadi terbuka. Suatu hal yang tidak didapat pada bangunan empat sisi.
Kemunculan Menara Karya dan Menara Satrio tak pelak membuat wajah kota Jakarta lebih berwarna, tidak monoton dan membosankan. Selama ini bisa dihitung dengan sebelah jari tangan, gedung di Jakarta yang memiliki arsitektur unik. Contohnya Menara Dharmala, Menara BNI, dan Menara Regatta. Selebihnya cuma gedung kotak yang melulu ingin optimal dalam memanfaatkan bahan dan lahan.
Sapto Pradityo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo