Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Obituari

Biarkanlah Bumi Berputar

Penyanyi Utha Likumahuwa wafat pada usia 66 tahun. Memulai karier dari pub dan bar.

19 September 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hei nona manis, biarkanlah bumi berputar, menurut kehendak Yang Kuasa.

DODO Zakaria (almarhum) sepertinya menuliskan lagu Esok kan Masih Ada itu khusus untuk Utha Likumahuwa, penyanyi stylish Indonesia yang mengembuskan napas terakhir pada Selasa, 13 September 2011, di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta. Lagu yang menyiratkan optimisme itu terlihat pada perilaku Utha Likumahuwa, yang dilahirkan 1 Agustus 1955 di Ambon, Maluku, dengan nama lengkap Doa Putra Ebal Johan Likumahuwa.

Kendati terserang stroke akibat komplikasi berbagai penyakit, di antaranya diabetes, Utha tetap optimistis. Dalam keadaan yang sangat memprihatinkan, didampingi istrinya, Debby Likumahuwa, Utha menggumamkan lagu Puncak Asmara karya Oddie Agam, yang dipopulerkannya pada 1987.

Seperti lazimnya penyanyi Maluku yang lain, mulai Bob Tutupoly hingga Broery Pesolima dan Harvey Malaiholo, Utha Likumahuwa termasuk penyanyi stylish yang memiliki karakter kuat. Mereka memiliki ekspresi serta phrasering yang powerful.

Setelah era Utha Likumahuwa, sosok penyanyi stylish itu terlihat pada Glenn Fredly. Lagu Esok kan Masih Ada sempat didaur ulang oleh Glenn dengan melisma yang menyihir penikmatnya. Utha memuji penafsiran Glenn pada lagu itu. "Saya yang menanam bibit lagu karya Dodo itu, tapi Glenn menyemaikannya menjadi tanaman yang luar biasa," kata Utha.

Utha sangat kagum pada gaya vokal Gino Vannelli serta Alex Ligertwood, penyanyi Skotlandia yang pernah mendukung Brian Auger’s Oblivion Express dan Santana, serta terinspirasi oleh keduanya. Gaya kedua penyanyi itu menyilang pada warna jazz rock yang ekspresif. Pengaruh Stevie Wonder atau James Ingram pun tertelusuri pada vokal Utha.

Suara tenor Utha Likumahuwa terdengar lentur mendaki hingga tiga oktaf. Namun suara Utha ternyata hirau pada aura pop yang lebih sederhana. Inilah kelebihan Utha, yang membuatnya bertahan dalam industri musik kita.

Utha Likumahuwa mulai diperbincangkan ketika menyanyikan lagu Tersiksa Lagi karya Christ Kayhatu (almarhum) dan Yongky Alamsyah, 1982. Lagu ini sempat menuai heboh karena ternyata hasil plagiat atas karya instrumental pianis jazz Ramsey Lewis, You’re the Reason, dengan introduksi yang diambil dari lagu Telluride dari kelompok fusion Spyrogyra. Tapi, apa boleh buat, lagu itu telanjur menjadi hit nasional. Bahkan penyanyi jazz Syaharani mendaur ulang lagu itu pada 2000.

Karier Utha tak sekejap mencuat dalam industri musik Indonesia. Dia malang melintang lebih dulu di dunia musik yang sarat perjuangan. Pada 1970-an, ketika bermukim di Bandung, Utha sempat bergabung dalam band rock bernama Big Brother sebagai penabuh drum. Dia juga mampu bermain piano. Tapi ternyata dia memilih sebagai penyanyi, yang mengantarkannya ke dunia klub malam hingga pub.

Pada awal 1980-an, Utha Likumahuwa menjadi vokalis kelompok jazz rock Jopie Item Combo, yang didukung Jopie Item (gitar), Rully Bachrie (drum), Christ Kayhatu (keyboard), dan Yance Manusama (bas). Mereka bermain di Captain Bar Mandarin Hotel, Jakarta.

Utha Likumahuwa tak terlalu lama menggeluti dunia musik di bar atau pub. Dia mulai melangkah ke bilik rekaman. Pada 1979, Utha membawakan dua lagu dari ajang Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors, yaitu Dara (Candra Darusman) dan Cinta Diri (Harry Dea), dalam album 10 Pencipta Lagu Remaja 1979, diiringi Prambors Band.

Setidaknya 20 album dirilis oleh Utha Likumahuwa. Ia menorehkan pula prestasi dalam beberapa ajang kompetisi, seperti Grand Prix Song’s The 6th ASEAN Festival di Manila, Filipina (1989), The 2nd in Asia Pacific Singing Contest di Hong Kong (1989), serta ABU World Song Festival di Malaysia (1990) ketika berduet dengan Trie Utami.

Pada pemakamannya di Bogor, Rabu, 14 September, beberapa stasiun radio dan televisi swasta seolah melepas kepergian Utha dengan lirik Esok kan Masih Ada yang menyentuh relung sanubari kita:

Tuhan pun tahu hidup ini sangat berat

Tapi takdir pun tak mungkin selalu sama

Coba-cobalah tinggalkan sejenak anganmu

Esok kan masih ada....

Denny Sakrie (pengamat musik)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus