Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Cantik tanpa gincu

Pagelaran musik "the academy of ancient music" dari inggris di gereja emanuel menghidupkan kembali karya awal abad ke 17. penampilan musik didukung kondisi akustik yang baik. (ms)

11 Desember 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TANPA upacara protokolar. Tanpa pengeras suara. Juga tanpa pemberitaan yang luas sehingga tak banyak yang sempat menggubris penampilan itu. Tapi kelima pemusik Inggeris dari "The Academy of Ancient Music" tersebut telah membawakan musik-musik yang luar biasa bagusnya. Selama 2 hari berturut-turut - Saptu dan Minggu terakhir bulan Nopember yang lalu mereka membuat gereja Emanuel di mana pergelaran itu dilangsungkan -menghidupkan kembali karya awal abad 17 dari tangan Monteverdi, Cavalli, Buonamente, Purcell, Couperin, Scarlatti dan Handel. Ngomong-ngomong, kita sebetulnya tidak perlu mengeluh karena kehausan mendengarkan musik barat yang bagus dengan penampilan yang mampu menjawab tuntutan-tuntutan teknik maupun estetik. Sebab hitung-hitung cukup banyak musikus-musikus besar yang lewat di sini. Hanya saja malangnya hampir tidak ada yang rajin menyinggahkan mereka untuk main di Tanah Air kita ini. Sementara itu banyak hal-hal yang tidak perlu justru terjadi. Misalnya ada sebuah Lembaga Kebudayaan Asing di Jakarta ini yang tidak malu-malu mendatangkan seorang pianis yang hanya mengiringi film bisu "200 tahun". Intim Memang kalau dibandingkan dengan penonton wayang, pendengar-pendengar musik di Jakarta sekalipun - pada umumnya masih dalam taraf baru mulai keranjingan. Dengan bahasa yang agak kasar, katakanlah kwalitas mendengar pada umumnya masih mentah. Kita misalnya belum trampil untuk membedakan lagu anak-anak yang segar dengan nyanyian anak-anak bikinan orang dewasa. Ini kalau tidak segera dibina, daya tangkap pendengar lama-lama bisa menjadi bosok, seperti buah yang tidak pernah matang. Itulah sebabnya kenapa konser orang-orang Inggeris itu boleh dianggap sebuah kejadian yang penting bagi kehidupan musik kita. Sama sekali bukan karena mereka datang dari barat. Semata-mata karena mereka membuktikan bahwa musik masih dapat didengarkan secara intim . Dalam penampilannya mereka tidak pernah ngotot untuk bisa meyakinkan. Kekuatannya sudah ada dalam musiknya sendiri, di samping penguasaan diri yang terus-menerus walaupun sampai pada saat-saat yang paling kritis. Barangkali ini salah satu sebab yang menghasilkan adanya hubungan mesra pendengar dengan yang didengar. Umpama ucapan-ucapan lembut yang mempunyai pesona yang lebih besar ketimbang iklan-iklan keras yang tak meyakinkan. Planetarium Keadaan akuistik gereja Emanuel di Gambir memang sangat membantu konser tersebut. Tidak diperlukan sama sekali pengeras suara, sehingga kita menangkap bunyi-bunyi dari tangan pertama. Para musisi Inggeris itu sendiri menyatakan kekagumannya bahwa itulah tempat terbaik akuistiknya selama mereka mengembara di Timur Tengah. Orgel yang lama terlantar dalam gereja itu, terdengar suaranya lagi. Orang boleh teringat bahwa instrumen itu dibangun pada tahun 1929 dan baru akhir-akhir ini dimulai kembali usaha-usaha untuk merawatnya. Sebagai salah satu kekayaan musik di Indonesia, hal ini tentunya menggembirakan para pencinta musik, karena kekayaan itu mulai tidak disia-siakan lagi. Sebagaimana diketahui dari bermacam-macam instrumen yang ada pada masa ini, orgel tetap dapat menunjukkan cirinya yang khas karena ia tidak melahirkan suara-suara sintetis yang murahan. Barangkali ada baiknya juga bahwa penampilan musik sekarang banyak memanfaatkan gedung-gedung yang mempunyai kondisi akuistik yang baik. Jadi tidak hanya bolak-balik di TIM dengan kondisi gedung yang seringkali belum mcluenuhi tuntutan musik itu sendiri. Gereja Emanuel adalah salah satu tempat yang ideal. Di samping itu mungkin banyak orang tidak tahu - gedung planetarium -- masih dalam kawasan TIM, mempunyai kondisi yang musikal sekali. Slamet A. Syukur

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus