Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Dari Kesaksian Anwar Ibrahim

Buku berisi surat-surat dan artikel yang ditulis Dr Anwar Ibrahim selama di penjara. Akibat dunia politik yang berubah.

3 Oktober 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Warkah Anwar: Surat-surat dari Penjara (1998-2004) Pengarang: Dr Anwar Ibrahim Penerbit: Prima Sdn. Bhd., Kuala Lumpur, 2005 Tebal: 334 halaman.

Di dalam penjara Sungai Buloh, dia menulis. Dari buku terakhirnya, Warkah Anwar: Surat-surat dari Penjara (1998-2004), mungkin kita bisa bayangkan bagaimana dia melakukan hal itu: ada keterasingan yang selalu harus diseberangi, banyak keterbatasan yang mesti ditaklukkan, suasana yang beku, statis, dan kerinduan akan dunia luar.

Cerita tentang Dr Anwar Ibrahim, mantan Deputi Perdana Menteri Malaysia, memang cerita perjalanan antara dua titik ekstrem. Dari posisi sangat berkuasa menjadi tak berdaya, dari bebas menjadi tak bebas—semua dalam kurun yang singkat, dan berangkat dari satu titik: pertarungan politik tingkat tinggi. Tapi inilah Anwar Ibrahim. Enam tahun di penjara, Anwar Ibrahim melawan keterbatasannya, menghasilkan 81 artikel yang akhirnya dibukukan dalam Warkah Anwar: Surat-surat dari Penjara (1998-2004).

Dalam The Asian Renaissance, bukunya yang terdahulu, terbit 1996, Anwar Ibrahim berbicara tentang hal-hal besar: nilai dan peradaban Asia. Asia pra-Krisis Moneter, sukses secara ekonomi, dan sibuk merekonstruksi peradabannya, serta mencari definisi baru tentang dirinya. Renaisans Asia adalah Asia yang maju pesat, baik dalam ekonomi maupun seni, arsitektur, sastra, bahkan sains. Namun, nasibnya tidak sama dengan renaisans Eropa. Enam abad silam, Eropa yang maju meluncur maju sendirian, tanpa gangguan peradaban lain. Kini, Asia melangkah maju, di bawah pengawasan Eropa yang punya tendensi membuat Asia seperti dirinya, sesuai dengan kehendaknya.

Ada jarak waktu yang terbentang antara Anwar: Surat-surat dari Penjara (1998-2004) dan The Asian Renaissance. Memang, dalam Warkah Anwar: Surat-surat dari Penjara (1998-2004), kita bisa mendapati satu kontinuasi pikiran-pikiran yang termuat dalam buku sebelumnya. Tapi ada faktor kondisional yang tak mungkin disangkal: Warkah Anwar ditulis manakala si penulis sudah tergelincir. Dan itu membuat perhatiannya terpaku pada hal-hal yang lebih sempit, personal, tapi juga lebih nyata.

Warkah Anwar adalah catatan kesaksian Anwar Ibrahim tentang peristiwa-peristiwa getir yang pernah dialaminya sejak ditangkap pada 20 September 1998 hingga dibebaskan pada 2 September 2004. Sebelum dibukukan, sejumlah artikel pernah muncul—tentu, dengan by line, nama samaran—di beberapa media partai oposisi, seperti Harakah, Memo, Berita Keadilan, dan Suara Keadilan. Terhadap berbagai peristiwa pahit yang dialaminya, Anwar menyimpulkan: semua itu konspirasi tingkat tinggi yang melibatkan pemimpin negara yang menyalahgunakan kekuasaan, polisi, kehakiman, dan media.

Seperti The Asian Renaissance, dalam Warkah Anwar dia juga menyebut perlunya bangsa Melayu melakukan kritik diri. Anwar kesal terhadap citra buruk yang dibentuk oleh media arus perdana Malaysia tentang tenaga kerja Indonesia ilegal di Malaysia. Dia mengecam istilah tendensius ”pendatang haram”, ”pendatang asing tanpa izin” (PATI), dan lain-lain. Dia menentang stereotip PATI sebagai penyebab meningkatnya kejahatan, praktek maksiat, obat terlarang, serta penyebaran penyakit.

”Menyorot liputan media yang terus menyerang dengan maksud membongkar emosi dan kemarahan rakyat, pasti mereka mempunyai agenda tersembunyi…. Maka, kita masygul terhadap penguasa sekarang yang menjadikan isu pekerja ilegal sebagai isu politik nasional, dengan maksud mengalihkan perhatian rakyat mengenai kepincangan rasuah dan penyalahgunaan kekuasaan” (hlm. 148).

Semua orang tahu, Warkah Anwar terbit setelah dunia yang dihadapi Anwar berbalik seratus delapan puluh derajat. Agustus lalu, Kepala Polisi Malaysia Abdul Rahim Noor, yang pernah mencederainya, menulis permohonan maaf kepada Anwar dan keluarganya. Pengadilan tinggi juga memutuskan: kesaksian seseorang yang pernah memberatkannya dulu adalah fitnah belaka.

Warkah Anwar adalah sebuah buku tentang dunia yang terbalik akibat pertarungan politik tingkat tinggi, dan suksesi kepemimpinan.

Nasrullah Ali Fauzi, Mahasiswa pascasarjana pada Institut Kajian Malaysia dan Antarabangsa, Universiti Kebangsaan Malaysia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus