Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sepanjang tujuh tahun, Alexander dan pasukannya menjelajahi seluruh kekuasaan Kerajaan Persia. Mereka berhasil menguasai pantai Laut Tengah Mesir, Babilonia, hingga ke wilayah Pakistan dan India Utara sekarang. Mimpinya benar-benar terwujud: menaklukkan Persia dan menyebarkan budaya Yunani ke seluruh dunia.
Pertempuran di Sungai Granicus, 334 SM Pertempuran pertama yang menandai invasi Alexander ke Persia. Alasan utamanya: membebaskan kota-kota Yunani yang beberapa tahun sebelumnya dijajah Persia. Berangkat dari Makedonia, pasukan Alexander berkekuatan 5.000 tentara berkuda dan 26 ribu pasukan infanteri yang berasal dari gabungan prajurit Makedonia, Illyria, Thracia, dan negara-negara kecil di Yunani.
Dari Troya, pasukan Alexander menuju Ilium. Di bantaran Sungai Granicus, pasukan Persia mengepung mereka. Pasukan berkuda Alexander terlalu kuat. Lini pertahanan Persia porak-poranda, dan prajurit yang tersisa melarikan diri. Kemenangan ini membuat kawasan barat Asia Kecil kembali ke pangkuan Makedonia.
Perang Issus, 333 SM Pasukan Persia terdiri dari 30 ribu anggota pasukan berkuda, 60 ribu infanteri, dan 30 ribu tentara bayaran asal Yunani. Dipimpin Raja Darius III, mereka mencegat Alexander di Issus (kini Kota Iskandarun, Turki). Perang hebat terjadi. Karena kalah, Darius III melarikan diri, meninggalkan istri dan anak-anaknya.
Ketika masuk ke kemah Darius III, Alexander terheran-heran melihat bak mandi emas, karpet sutra, dan segala fasilitas mewah lainnya. Juga ditemukan 3.000 talent emas (1 talent setara dengan 27 kilogram) dan puluhan gundik-gundiknya. Secara berseloroh, ia berkomentar, "Jadi, begini jika seseorang menjadi raja."
Ini memang kontras dengan sifat Alexander yang tak gila kuasa dan kemewahan. Ketika Sisygambisistri Darius IIIsalah bersujud ke Hephaestion yang tinggi-besar, Alexander berkata, "Jangan takut, Ibu, dia juga Alexander." Anak dan istri Darius III pun tetap diperlakukan layaknya ratu dan kerabat kerajaan.
Perburuan Darius terus berlangsung hingga perang hebat terjadi lagi pada 1 Oktober 331 SM di kawasan Gaugamela. Wilayah ini terletak di antara Kota Nineveh dan Arbela, dulu Assyria atau Irak bagian utara sekarang. Pasukan Persia cerai-berai, dan Darius melarikan diri ke Bactria.
Pengepungan di Tirus (Cyprus), 332 SM Pasukan Alexander merangsek ke selatan menuju Syria dan Phoenicia. Kota-kota di Phoenicia macam Marathus, Aradus, Byblos, dan Sidon menyerah tanpa syarat. Tapi di Tirus, terjadi perlawanan sengit. Serdadu Tirus bertahan di benteng-benteng yang mengelilingi pulau kecil mereka. Setelah melalui pertempuran laut yang sangat brutal selama tujuh bulan, Tirus takluk.
Setelah itu, terjadi pertempuran di wilayah Gaza. Alexander terluka parah di bahu, yang memaksanya beristirahat selama dua bulan intensif. Toh, perlawanan orang-orang Syria dan Palestina dapat diakhiri.
Di saat yang bersamaan, Darius melakukan korespondensi dengan Alexander. Darius menawarkan pembagian wilayah kerajaan dan menjanjikan tebusan 10 ribu talent bagi pembebasan keluarganya. Tapi ia minta kekuasaan di wilayah barat Sungai Eufrat. Menanggapi surat ini, Parmenio, perwira perang senior, mengatakan, "Aku akan menerima jika aku adalah Alexander." Sebaliknya, sang Raja Agung menyindir, "Aku juga, jika aku adalah Parmenio."
Anak Zeus, 332 SM November 332 SM, ia mencapai Mesir. Penduduk Mesir menerima Alexander sebagai "sang pembebas". Para peramal menjulukinya "anak Dewa Zeus/Ammon". Alexander meminta arsitek Deinocrates membangun Kota Alexandria, yang didirikan di tepian Sungai Nil, sebelah selatan Kairo (sekarang).
Dari Mesir, Alexander menuju Assyria dan belok selatan ke Babilon. Dari situ, ia menuju Persepolis. Alexander membakar Istana Xerxes sebagai lambang kemenangan Yunani atas Persia. Ini simbol balas dendam pemusnahan kuil-kuil di Yunani saat dikuasai Persia.
Darius Meninggal, 330 SM Bessus menampung Darius di Bactria (sekarang Afganistan). Tapi para pengikut Darius yang sakit hati memberontak dan membunuhnya. Mayatnya digeletakkan di daerah Skirmish (sekarang Shahrud, dekat Laut Kaspia). Alexander memperlakukan mayat Darius sangat layak, dengan memberinya upacara pemakaman bak raja-raja Persia di Persepolis. Sedangkan Bessus ditangkap dan dieksekusi.
Tewasnya Darius tak membuat Alexander menghentikan ekspedisi. Dia dan pasukannya terus menjelajahi hampir seluruh wilayah Afganistan, Iran, Bukhara, Samarkand, Leninabad, dan Pegunungan Hindu Kush.
Pasukan Gajah Porus, 326 SM Perang hebat melawan Raja Porus, salah seorang raja terkuat di India, terjadi pada bulan Juni. Pasukan Porus jauh lebih besar, termasuk 200 pasukan gajah. Binatang besar ini mengurangi daya tempur pasukan Alexander karena kuda-kuda mereka tak berani mendekat. Dengan berkali-kali pura-pura menyerang dan akhirnya menyerang dari sudut yang tak pernah diduga, mereka berhasil mengalahkan Porus.
Bukefalos, kuda perang kesayangan Alexander, tewas terbantai. Untuk mengenangnya, Alexander menamai kota itu "Bukefala". Seperti biasa, Alexander membiarkan Raja Porus tetap hidup dan bertakhta di singgasananya.
Dalam pertempuran di Malli (Pakistan) pada 325 SM, Alexander luka parah. Yang paling serius, anak panah menembus baju besi dan menancap di tulang rusuknya. Ia sempat sekarat, tapi para perwira Yunani segera menyelamatkannya. Akhirnya, suku-suku di kawasan Pakistan ini takluk juga.
Konsolidasi, 324 SM Alexander dan pasukannya kembali ke Babilon dengan melalui Gurun Balukhistanyang dikenal memiliki badai gurun terdahsyatMulla Pass, Quetta, Kandahar, Persis, dan Susa. Babilon menjadi persinggahan terakhir raja agung ini.
Rommy Fibri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo