Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Di tangan maestro

Profil pemain cello kenamaan, lim kek beng, kelahiran banjarmasin, warga negara belanda. lim matang di orkes concertgebouw, salah satu kelas dunia. lim boleh dibilang maestro di bidangnya.

19 Desember 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH cello tua membuat Lim Kek Beng hanyut bersama alunan musik 60 pemain orkes simfoni Institut Seni Indonesia, Yogya. Sebuah simfoni yang sukses di hadapan sekitar 430 penonton yang memadati Gedung Kesenian Jakarta, Jumat dan Sabtu malam lalu. Hujan yang mengguyur Jakarta tak mengurangi minat penonton merogoh kocek Rp 25 ribu untuk pertunjukan yang jarang ini. Penyelenggara (dengan sponsor utama Bank Niaga) berhasil menghimpun sekitar 25 juta rupiah. "Semuanya akan kita serahkan kepada PMI," ujar Robby Djohan, dirut bank itu, yang jadi ketua pelaksana. "Sejak Pak Roesman meninggal, sekitar tiga tahun lalu, ISI tak lagi punya guru cello," kata Prof. But Muchtar, Rektor ISI.. Tetapi Lim Kek Beng, meski berstatus warga negara Belanda, ingin sekali menyumbangkan keahliannya di ISI Yogya. Lim, yang kini menderita kencing manis, tak minta banyak. "Saya cuma berharap hidup layak dengan gaji sekitar 600 gulden, sebuah rumah, dan kendaraan," katanya. Perannya di Radio Hilversum, Belanda, 8 ribu gulden sebulan. Lim matang di Orkes Concertgebouw, salah satu kelas dunia. Hampir sepuluh tahun dia menggesek cello sendirian di sana. Lim boleh dibilang maestro di bidangnya. Dilahirkan di Banjarmasin, 1930, Lim belajar biola dari ayahnya sejak usia 6 tahun. Menginjak akilbalig, Lim memilih cello. Pada 1946 Lim belajar di Konservatorium Musik Amsterdam, lalu main di Simfoni Maartrich. Ketika masih berusia dua puluh, Lim dan sanak famili diboyong ke RRC dan sang ayah memilih warga negara Cina. Kemudian ia hijrah ke Belanda dan ia menjadi besar. Ia pernah bermain khusus untuk Ratu Elizabeth dari Belgia. Pada 1951. Dan ia kembali ke Indonesia dan main cello solo di orkes RRI Jakarta. Pernah mengajar di Kanservatorium Musik Beijing, ia bertemu dengan Lisa, pemain piano yang sering mengiringinya, lalu menjadi istrinya. Lim punya 2 anak, Dokter Linda Lim dan Andi Lim, yang kini guru cello di Koln, Jerman Barat. Syafiq Basri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus