AKHIRNYA datang juga di Jakarta grup tari modern Inggris yang bergigi: Diversions. Grup tari ini menarik karena khas, cerdas, dan nakal. Simak, misalnya, cara mereka memberi nama grupnya: "Cwmni Dawns DIVERSIONS". Maksudnya, Company Dans Diversions. Dan memang penampilannya lain. Pertunjukan tiga hari yang berakhir Ahad pekan lalu itu, di Gedung Kesenian Jakarta, menyajikan tiga nomor tari: Straight Jacket, Vernacular Rhythms, dan Collecting Gravity. Nomor pertama, Straight Jacket (25 menit), ditata oleh Roy Campbell-Moore, direktur artistik grup ini. Diiringi permainan selo tunggal yang digesek oleh Kathryn Locke, secara jenaka dan imajinatif, Campbell-Moore menjelajahi laku sehari-hari dengan lewat atau jas. Ketujuh penari (empat wanita, tiga pria) secara apik dan rapi mengenakan setelan jas warna kalem. Mereka masuk dari samping kanan, berjalan dengan gerakan khas masing-masing menyilang datar ke samping kiri. Sementara itu, puluhan (mungkin bahkan ratusan) jaket kusam digantung acak memenuhi layar belakang. Kemudian sendiri-sendiri, berpasangan, atau berkelompok, para penari bermain dengan busana mereka: melepas jas, celana luar, kaos oblong, memakai satu jas untuk berdua, mengenakannya terbalik sehingga tampak warna-warni lapis dalamnya yang cerah. Sedangkan gesekan selo Kathryn Looke memadu gaya klasik, jes, dan country. Campbell-Moore seakan ingin memperlihatkan yang sesungguhnya ada di balik pakaian formal sehari-hari yang rapi: kepribadian dan watak khas para pemakainya yang beragam dan aneh-aneh. Memang, bagi penonton yang tak akrab dengan keseharian Eropa dan datang dengan harapan menikmati tontonan yang elegan, charming, dan penuh decorum, nomor pembuka ini boleh jadi terlampau lama. Sajian berikutnya, Vernacular Rhythms (15 menit) karya Jerry Pearson, pun terasa nakal dan cerdik. Dengan terampil dan cermat Pearson mengolah irama gerak dan bunyi saling mengisi antara dua penari atau lebih lewat tepukan tangan, tepukan paha, derap kaki, geleng kepala, dan liukan badan mirip dalam tari saman dan seudati dari Aceh. Bedanya, Vernacular Rhythms lebih efisien, variatif, populer, dan tuntas. Sementara tari saman yang tradisional memerlukan setidaknya 15 penari, beberapa segmen karya Pearson cukup dilakukan dua penari. Posisi penari Pearson tak hanya duduk berderet dalam satu barisan tapi juga berhadapan membentuk huruf "V". Penjelajahan gerak Vernacular Rhythms mencakup gerak Michael Jackson dengan iringan Chaikovsky dan musik klasik Swan Lake. Dalam beberapa adegan, sejumlah penari pria tidak hanya duduk di kursi tapi juga berdiri di atasnya sambil bekerja sama mengangkat seorang penari wanita yang menari di lantai pentas. Hasilnya: ruang menjadi lebih luas dan tinggi secara imajinatif. Di Aceh tarian sejenis hanya menggunakan gerakan serempak dan berselang-seling, Pearson menggunakan juga gerakan simetri. Frase-frase gerak sederhana yang dilakukan perlahan di awal berkembang rumit dan cepat di bagian tengah, untuk berhenti mendadak dalam pose mematung sebagai akhir, sama-sama menjadi esensi koreografi Pearson dan tari tradisi Aceh. Tak dapat dipastikan kemiripan ini kebetulan atau peminjaman yang dikembangkan dengan cerdas, jenaka, dan menghibur. Satu hal pasti, Pearson bermain gerak dengan cerdik. Ia melakukan pengembangan dan pencarian gerak tanpa batas. Dua puluh menit setelah jeda, tampil nomor terakhir Collecting Gravity (sekitar 45 menit), karya Terry Beck, penata tari modern Amerika yang pernah memenangkan Emmy Award. Ketujuh penari Diversions mengenakan seragam hitam-hitam: jas dan celana panjang untuk pria, dan gaun panjang tanpa lengan untuk wanita. Kecuali seorang penari pria, semua penari membawa payung, yang di awal adegan dipegang rendah menutup separuh wajah. Gagasan dan gerak memegang peran penting dalam karya ini. Secara imajinatif Terry Beck memanfaatkan payung untuk menggambarkan perlindungan dan rasa nyaman. Buah-buah apel yang dibawa ke pentas oleh seorang penari wanita terbungkus gaun dan kemudian dijatuhkan bertebaran di tengah pentas, mewujudkan nafsu diri dan ketamakan. Sebuah adegan menggambarkan sepasang penari pria-wanita berebut payung. Akhirnya penari pria berhasil menukar payung si wanita dengan apel. Penari pria merasa aman karena memperoleh perlindungan penari wanita terpuaskan karena boleh melahap apel. Setelah payung dan apel, kedua penari bergulat berbalut dua lembar kertas cokelat yang lebar panjang. Keduanya menari sambil bergulung dalam balutan kertas. Ketika dengan kepala mendongak, tangan kanan menjulur ke atas penari wanita diangkat tinggi oleh penari pria yang bersembunyi di balik kertas, terciptalah patung indah yang memadu jiwa dan benda. Gelap serta-merta menyudahi 45 menit puisi gerak yang menawan. Diversions adalah grup tari kontemporer yang dibentuk 10 tahun lalu, dan berhasil. Dalam tari yang disuguhkan rata-rata ada ide dan aksi, kecerdasan dan keterampilan. Jumlah anggota grup yang hanya tujuh orang bukan hanya praktis tapi juga ekonomis. Grup-grup kecil semacam inilah yang kini menjamur di Eropa. Sebuah bandingan yang pantas disimak oleh penari dan penata tari Indonesia yang sering sarat gagasan tapi minus dalam teknik. Ide-ide sederhana yang dijalajahi dengan keterampilan tinggi lebih menarik ditonton.Sal Murgiyanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini