Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Film Perburuan: Nyanyi Sunyi Tentara Peta Menjelang Kemerdekaan

Film Perburuan menitikberatkan gulat pikir Hardo yang begitu idealis dan punya komitmen besar terhadap kemerdekaan harus rela kehilangan banyak hal

14 Agustus 2019 | 17.48 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Hardo (Adipati Dolken) seorang shodancho mampu membuat seorang shoko shidokan (diperankan Michael Kho)—perwira Jepang yang bertugas sebagai pengawas dan penasihat teknis kemiliteran—bertekuk lutut kala ia kalahkan saat bertanding kendo. Peristiwa itu membuat kawannya, Dipo (Ernest Samudera) menahan tawa. Selepas pertandingan, Dipo memuji kemenangan Hardo. Kesenangan Dipo tak lama, begitu beberapa tentara Jepang lewat, mereka kudu berdiri tegak, memberi hormat. Ia pun misah-misuh, kenapa meski jabatan mereka lebih tinggi, mereka kudu memberi hormat kepada para tentara Jepang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tak lama, Kartiman salah satu kawan mereka datang. Membagi kabar, sinyal melakukan pemberontakan sudah didengungkan shodancho Supriyadi—salah satu tokoh sejarah yang hilang. Hardo turut menegaskan, pemberontakan Peta (Pembela Tanah Air) akan dijalankan. Di antara kawanannya, rupanya Karmin (Khiva Ishak) masih ragu. Ia satu-satunya orang yang rupanya tak begitu menaruh semangat untuk turut serta. Sikap Karmin otomatis dianggap kawannya yang lain sebagai pengkhianatan. Meski di satu sisi, Hardo masih menunda untuk turut menuding hal serupa. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dan Karmin memang berkhianat. Pemberontakan gagal dan membuat Hardo beserta beberapa kawannya jadi korban perburuan pihak Jepang. Mereka menjadi buron.

Film Perburuan diangkat dari novel karya Pramoedya Ananta Toer, merupakan kisah yang menunjukkan perjuangan kemerdekaan yang kudu dibayar mahal. Perjuangan yang diwarnai pemberontakan, pengkhianatan, kesewenangan kekuasaan. Perjuangan yang menuntut sosok semacam Hardo dan kawannya jauh dari rumah, jauh dari kenyamanan, hidup terasing, berpindah, dan bersembunyi.

Richard Oh selaku sutradara film Perburuan menyajikan kisah Hardo yang diburu begitu puitis nan liris. Penonton diajak menyaksikan Hardo dengan segala kesunyiannya. Selama masa perburuan, Hardo tak punya pilihan selain berpindah dari goa ke gubug di ladang sawah. Untuk makan pun ia hanya memanfaatkan apa yang ada di alam, selaras dengan idealismenya.

Lewat film berdurasi 98 menit, Richard menyuguhkan sebuah kondisi tak ada lagi yang berharga dari segala yang bernyawa di tanah air. Perburuan terhadap Hardo, membuat ia bahkan diburu orang-orang terdekat: ayahnya sendiri—yang lantas kehilangan jabatan, serta kepala desa yang merupakan ayah kekasihnya. Berulang kali kepercayaan Hardo terkikis. Semua itu tercitra dalam penggambaran suasana film yang cenderung gelap dan sepi dilengkapi penyampaian pesan secara semiotik juga latar musik yang tepat.

Perburuan menggiring penonton untuk mengikuti alur pikiran dan gagasan seorang Hardo. Film ini menitikberatkan gulat pikir Hardo yang begitu idealis dan punya komitmen besar terhadap kemerdekaan harus rela kehilangan banyak hal: keluarga, kawan, juga kekasihnya, Ningsih (Ayushita).

Film Perburuan setia dengan gaya tutur yang digunakan Pramoedya. Richard Oh menuturkan sempat tak tega memangkas kata-kata Pramoedya Ananta Toer dalam novel Perburuan. Ia melibatkan pihak lain untuk membantunya memangkas beberapa bagian lebih halus. Agar semangat utama Pram tetap hadir namun dapat lebih mudah disajikan sebagai tontonan dalam medium film. Para aktor yang terlibat dalam produksi ini bermain peran dengan baik. Adipati sebagai Hardo, Ayushita sebagai Ningsih, juga Ernest Samudra, Khiva Iskak, dan Rizky Mocil sebagai tentara Peta. Tak lupa Michael Kho yang meyakinkan menunjukkan diri sebagai seorang shidokan. Aktor senior Egy Fedly (kuwu atau ayahnya Ningsih) dan Otig Pakis (ayahnya Hardo) pun berperan dengan apik.

Sebagai sebuah fiksi, film ini turut menyajikan cuplikan sejarah nyata menjelang kemerdekaan. Perlawanan Peta terhadap Jepang, serta hilangnya sosok Supriyadi, sebagai salah satu penggagas pemberontakan. Ada pihak berkeyakinan begitu pemberontakan berhasil dipadamkan, Supriyadi sesungguhnya telah ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Ada pula yang berkeyakinan Supriyadi sengaja menghilangkan diri dan mengaburkan identitasnya.

Perburuan merupakan film kelima Richard Oh. Sebelumnya sutradara yang juga penulis ini menyutradari beberapa film di antaranya Koper (2006), Melancholy is a Movement (2015), Terpana (2016) dan Love is a Bird (2018).

Mulai tayang pada 15 Agustus mendatang, film Perburuan dibintangi Adipati Dolken, Ayushita Nugraha, Ernest Samudra, Khiva Iskak, Michael Kho, Egy Fedli, Nobuyuki Suzuki, Kevin Andrean, Emil Kusumo, Otig Pakis, dan Rizky Mocil.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus