Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Film animasi Raya and the Last Dragon berkisah tentang kesatria perempuan Asia.
Raya berusaha menemukan naga terakhir untuk menghalau wabah.
Film ini juga bicara tentang harapan dan kepercayaan.
Naga Sisu mendekati Namaari yang sedang membidikkan senapan beranak panah ke arahnya. Mata Raya tak lepas dari jari-jari Namaari dan bersiap mencegah bidikan itu. Namun anak panah telanjur melesat dan menancap di tubuh Sisu. Naga itu terjungkal ke sungai dan air mendadak bergolak, menyusut, seperti tersedot ke bumi. Saat itulah wabah penyakit Druun mulai menyerang Negeri Kumandra.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Harapan menyatukan kembali rakyat Kumandra yang berkonflik dan terpecah sejak lama pun musnah seiring dengan lenyapnya Sisu (Awkwafina). Kemarahan Raya (Kelly Marie Tran) memuncak. Perempuan muda ini tak terima atas ulah Namaari (Gemma Chan) dan menantangnya berduel. Sementara itu, kawan-kawan Raya berusaha menyelamatkan rakyat sambil menghalau Druun dengan pecahan bola permata ajaib.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kisah Raya dan kawan-kawannya dalam film animasi Raya and the Last Dragon itu sejak awal tahun diperbincangkan dan kini bisa disaksikan di Disney+ Hotstar. Film yang diproduksi Walt Disney ini disutradarai Don Hall dan Carlos Lopez Estrada dari naskah yang ditulis Qui Nguyen dan Adele Lim.
Raya adalah seorang kesatria perempuan dari Asia Tenggara. Ia berusaha mencari cara untuk menghalau Druun yang mampu membuat manusia menjadi batu sekaligus menyatukan kembali Kumandra yang telah pecah menjadi empat wilayah, yakni Heart, Fang, Spine, Talon, dan Tail. Sang ayah, Benja (Daniel Dae Kim), pemimpin Negeri Heart, memang sempat mengumpulkan para pemimpin wilayah itu agar kembali bersatu di bawah Kumandra.
Tapi upaya itu gagal karena di tengah pertemuan terjadi perebutan bola permata ajaib, yang menyebabkannya pecah. Masing-masing pecahannya diambil oleh suku-suku itu untuk menyelamatkan wilayah mereka dari wabah Druun. Raya pun bergerak untuk menyatukan kembali bola ajaib itu dengan bantuan naga agar bisa menghalau Druun sekaligus menghidupkan kembali orang yang telah menjadi batu, termasuk ayahnya.
Film Raya And The Last Dragon. Disney
Film ini menampilkan kegigihan perempuan. Tidak hanya tokoh Raya, kesatria yang mandiri, cekatan, dan terampil membela diri. Ada juga ratu Negeri Fang (Taring), Virana (Sandra Oh), dan Namaari yang dididik menjadi pemimpin yang cerdas, perkasa, serta didampingi seorang jenderal perempuan bernama Atitaya.
Selain itu, film ini mengajarkan tentang harapan dan kepercayaan. Ayah Raya terus memberi pemahaman kepada putrinya tentang pentingnya percaya kepada orang lain, termasuk para pemimpin dari negara yang dulu bagian dari Kumandra. Hal serupa didengungkan Sisu, yang meminta Raya mempercayai Namaari, teman kecil yang mengkhianatinya dan membangunkan lagi Druun. “Aku dikhianati oleh orang yang memberiku hadiah,” ujar Raya, ketika berbincang dengan Sisu.
Raya mengingatkan Sisu agar tak mudah percaya kepada siapa pun karena dunia sudah rusak. Sementara itu, bagi Sisu, seseorang bisa memperbaiki sesuatu dengan lebih dulu mempercayai seseorang. Namun Raya telanjur tak bisa mempercayai seseorang atau sesuatu karena pengalaman buruknya. Ayahnya percaya dan penuh harapan mengajak para pemimpin empat negeri yang dulu bagian dari Kumandra itu untuk bersatu, tapi malah dikhianati.
Raya and the Last Dragon merepresentasikan nilai-nilai dan budaya Asia Tenggara. Beberapa elemen budaya dari negara-negara di Asia Tenggara yang muncul seperti salakot, caping lebar yang dikenakan Raya, mengingatkan pada salakot, caping tradisional dari Filipina. Gerakan bela diri Raya dan Namaari terinspirasi dari pencak silat, muay Thai, dan arnis. Senjata Raya berlekuk seperti keris besar.
Adapun busana dengan beragam ornamen dan aksesori mirip busana tradisional Laos. Juga tunggangan Raya, seekor binatang berkulit keras yang bergerak menggelinding bernama Tuk Tuk, mengingatkan pada nama kendaraan tradisional Thailand.
Hal lain adalah suasana tempat jajanan jalanan, area makanan, jajanan rakyat pada malam hari, atau makanan yang dijajakan di tepi sungai, seperti gambaran yang banyak ditemui di negara-negara Asia Tenggara. Makanan menjadi bagian diplomasi dan menyentuh emosi perjalanan Raya. Ada sup yang penuh bumbu dan rempah, seperti terasi, daun jeruk, dan serai, yang tampaknya terinspirasi dari tomyam. Ada bubur udang, dendeng, dan sebagainya.
Tim film ini mengklaim menurunkan sejumlah ilmuwan, koreografer, seniman, dan kru ke negara-negara di Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, Vietnam, Thailand, Laos, Filipina, dan Kamboja. Mereka melakukan riset tentang khazanah lokal di negara-negara itu.
Film Raya And The Last Dragon. Disney
Ikon paling menonjol dari elemen Asia adalah naga, hewan mitologi yang dipercaya sebagai roh pembawa air kebaikan dan pelindung. Para nagalah yang dengan kekuatan magisnya menjaga Kumandra dari serangan wabah Druun. Hanya, yang dimunculkan adalah naga imut, jauh dari kesan seram—dengan tubuh berwarna-warni cerah, seperti Sisu yang berwarna magenta dengan rambut keunguan.
Sisu adalah naga air yang lihai berenang, kocak, serta berhati lembut dan hangat. Bahkan, saat ia menakuti Namaari, tak terlihat kesan seram. Padahal, dalam banyak mitologi, seekor naga digambarkan sangat perkasa, dengan taring, semburan api dari hidung dan mulut, mata yang marah, serta cakar yang tajam.
DIAN YULIASTUTI
Raya and the Last Dragon
Sutradara: Don Hall, Carlos Lopez Estrada
Penulis naskah: Qui Nguyen, Adele Lim
Pemain, pengisi suara: Kelly Marie Tran, Awkwafina, Gemma Chan, Izaac Wang, Sandra Oh, Benedict Wong, Daniel Dae Kim
Produksi: Walt Disney Animation Studios-Walt Disney Pictures
Durasi: 107 menit (1 jam 47 menit) di Disney+ Hotstar
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo