Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ARI Prajanegara berlari-lari kecil mengikuti cahaya yang membentuk garis kotak di panggung. Ia bergerak searah jarum jam, lalu berhenti sejenak dan mengubah arahnya. Tak lama berselang, Irfan Setiawan, Alisa Soelaeman, dan Nudiandra Sarasvati masuk ke panggung. Mereka berjalan dengan arah yang berbeda-beda, tapi tetap berpedoman pada cahaya yang membentuk garis kotak dan dua garis diagonal yang menghubungkan sudut-sudut kotak. Di tengah itu, Ari berlari tanpa henti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sesaat kemudian, keempat penari menyetop aktivitasnya. Mereka membentuk formasi ketupat, lalu bersama-sama menari. Secara berbarengan mereka melompat dan meliuk-liukkan badan. Sebagian besar komposisi gerakan itu lekat dengan pakem balet. Sebagian yang lain memperlihatkan komposisi kontemporer dan modern. Para penari juga bergantian tampil solo: berlari, melompat, meliuk-liukkan badan, serta dengan lincah menggerakkan tangan dan kaki, meski kadang-kadang diam tersungkur. Gerakan mereka terlihat tidak menyatu dengan nada tak menentu dari musik elektronik yang mengiringi tarian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selama satu jam, Indonesian Dance Theatre menampilkan tarian berjudul Spasial itu di Teater Salihara, Jakarta Selatan, Sabtu dua pekan lalu. Lebih dari setengah pertunjukan dibawakan empat penari-yang terkadang tampil dengan format dua penari. Sisanya diisi oleh penampilan tunggal Josh Marcy, penari sekaligus koreografer tarian itu. Josh menutup pertunjukan dengan komposisi gerak yang mengeksplorasi semua bagian tubuh. Ia, misalnya, dengan luwes menggunakan tangan dan kaki untuk membuat gerakan yang melengkapi liuk tubuhnya.
Spasial adalah koreografi tari modern hasil pengembangan A Walk at Pedestrian, koreografi bikinan Josh yang pernah dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta pada Oktober tahun lalu. Dalam Spasial, Josh mempertajam sisi emosional koreografi A Walk at Pedestrian, seperti tersungkur dan terjatuh, dengan gerakan yang menampilkan interaksi antara ruang dan tubuh. "Melalui karya ini, saya dan para penari juga berproses untuk melihat ruang dalam tubuh itu sendiri," kata Josh.
Atas dasar ide itu, Josh membawa para penari menyelami sekaligus mendekonstruksi tubuh mereka, sambil juga berinteraksi dengan panggung sebagai ruang pertunjukan. Proses dekonstruksi tergambar melalui gerakan yang mencoba mengeksplorasi seluruh tubuh. Sedangkan interaksi antara ruang dan tubuh terlihat dalam gerakan yang bersinggungan dengan cahaya yang membentuk garis di panggung, termasuk garis silang yang terbentuk dari potongan lakban hitam. Hasil interaksi itu cukup terlihat dalam pertunjukan, meski kurang menonjol karena koreografi agaknya lebih menekankan eksplorasi gerak tubuh penari.
Josh melengkapi koreografi Spasial dengan iringan musik elektronik ciptaan komponis Muhammad Arham Aryadi. Bunyi musiknya tak beraturan: terkadang terdengar bising, terkadang menenangkan. Arham menyerap ide musik itu dari gamelan, instrumen musik yang telah lama ia dalami. Menurut Arham, dalam bunyi-terutama di gamelan-juga ada istilah "spasial" atau berkenaan dengan ruang. Karena itu, untuk mengiringi pertunjukan, ia mencoba mentransformasi gamelan ke musik elektronik. Bukannya sok-sokan, tapi bahasa musik untuk Spasial sulit diungkapkan dengan instrumen musik. "Untuk mencapai bunyi yang di luar kebiasaan, harus menggunakan musik elektronik," ujar Arham.
Saat pertunjukan, bunyi musik elektronik buatan Arham terkesan berdiri sendiri. Ia tak menciptakan harmoni dengan gerakan para penari dalam koreografi Spasial. Menurut Josh, sejak awal ia memang tidak mengejar keterpaduan antara irama musik dan komposisi gerak dalam koreografinya. Kendati begitu, irama musik elektronik itu tetap dianggap penting sebagai patokan untuk membawa para penari dari satu gerakan ke gerakan lain dalam Spasial. "Kesinambungannya ada di situ," ucap Josh.
Prihandoko
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo