Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Gary Oldman dalam Tubuh Churchill

Sekali lagi, Winston Churchill ditampilkan pada detik-detik keputusan untuk melawan atau bernegosiasi dengan Nazi. Gary Oldman tampil seperti singa yang mengaum.

21 Januari 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Gary Oldman dalam Tubuh Churchill

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

WE Shall Never Surrender". Kalimat yang kini menjadi sebuah kalimat historis, yang membakar anak-anak muda yang bergabung dengan Inggris melawan Nazi Jerman. Saat itu, tentu saja mereka tak tahu Nazi akan menemukan nasib buruknya. Pasukan militan yang mengerikan itu sudah mengalahkan negara-negara penting di Eropa. Belgia sudah rontok dan Nazi menguasai sebagian Prancis. Italia sudah menyodor-nyodorkan diri untuk menjadi penengah bagi Inggris dan Jerman. Pada Mei 1940, Sekutu tampak di tepi kekalahan.

Adalah Winston Churchill yang mengucapkan kalimat itu. Di dalam film terbaru sutradara Joe Wright ini, kalimat tersebut tampaknya bukan hanya untuk perlawanan terhadap Nazi, tapi justru untuk para penentang Churchill di dalam lingkaran politik Inggris. Peperangan dalam film ini ternyata lebih menggambarkan peperangan intrik di dalam politik internal Inggris yang berisik itu untuk memutuskan bagaimana caranya menghadapi orang edan bernama Adolf Hitler yang sudah merangsek seluruh Eropa.

Sosok besar Perdana Menteri Churchill sudah puluhan kali ditampilkan melalui berbagai aktor (antara lain Brian Cox dalam film Churchill dan yang masih ditayangkan adalah Churchill versi John Lithgow dalam serial Netflix, The Crown), dan kali ini Gary Oldman memangku tugas berat itu.

Churchill dalam film Darkest Hour menyorot dengan intens saat-saat Churchill terpilih menjadi perdana menteri sebagai "pilihan terpaksa". Di dalam partainya, dia dibenci karena lidahnya yang terkenal tajam. Meski insting Churchill tentang Adolf Hitler memang tepat-bahwa dia adalah binatang buas yang mengancam kemanusiaan-tapi pimpinan Churchill yang menggantikan Neville Chamberlain diterima dengan gerutuan dan ketidakrelaan.

Seperti film Lincoln, yang betul-betul menyorot hari-hari Lincoln memperjuangkan undang-undang anti-perbudakan, film Darkest Hour juga hanya berfokus pada bagaimana Churchill harus menangkis dan melawan "musuh-musuh" dalam negerinya sendiri serta beberapa peragu dan pembencinya di beberapa negara lain di Eropa. Setiap hari berganti, dengan menunjukkan perubahan tanggal, kita melihat Gary Oldman dalam jubah dan riasan prosthetic yang telah menyulapnya menjadi perdana menteri tambun yang kita kenal. Musuh di dalam lingkarannya adalah Menteri Luar Negeri Lord Halifax (Stephen Dillane) dan bekas perdana menteri Neville Chamberlain (Ronald Pickup). Keduanya yakin Sekutu sudah kalah, dan satu-satunya jalan keluar adalah negosiasi dengan Jerman melalui makelar Italia.

Sutradara Joe Wright sengaja tak memvisualkan adegan legendaris Dunkirk. Bukan hanya karena sudah digambarkan dengan luar biasa oleh Christopher Nolan dalam film Dunkirk (2017), tapi karena Wright sendiri sudah menampilkan adegan panjang itu dalam karyanya sendiri, film Atonement (2007). Yang penting bagi Wright adalah menunjukkan bagaimana Churchill harus berdebat keras untuk menyelamatkan 350 ribu anggota pasukan yang terdampar dengan mengorbankan pasukan lain di Calais. Bagaimana dia mendapatkan ide agar mengirim kapal-kapal kecil milik warga sipil untuk menjemput pasukannya.

Namun yang paling penting di sini bukan lagi plot karena sejarah sudah menunjukkan Sekutu akhirnya memenangi perang besar ini, melainkan bagaimana Gary Oldman menyandang dan membawa cerita ini sejak awal hingga akhir. Pada tubuh aktor lain, Churchill lebih kita kenal sebagai pemimpin yang galak, penuh gerutu, dan agak manipulatif (ingat bagaimana dia menyembunyikan penyakitnya). Tapi tampaknya sutradara Joe Wright ingin memotret sisi lain Churchill. Pada 30 menit pertama, film ini nyaris tak berjarak dengan komedi karena Churchill selalu menyemprot kalimat yang cergas, lucu, dan menggelikan. Oldman membawa kompleksitas karakter itu dengan luar biasa.

Churchill digambarkan penuh kasih terhadap istri dan anak-anaknya (dia selalu merayu istrinya jika Clemmy-demikian dia memanggilnya-sudah mulai jengkel), memahami sekretarisnya, membentak lawan politiknya, dan berpura-pura memberikan izin kepada Halifax untuk bernegosiasi dengan Jerman melalui Italia hanya untuk mengulur waktu belaka.

Dalam film ini, ada sebuah adegan fiktif ketika Churchill mengendarai kendaraan metro bawah tanah untuk mencari tahu perasaan warga sipil tentang ancaman Nazi yang sudah di hadapan gerbang mereka. Jawaban mereka adalah sebuah dorongan yang dibutuhkan (sebuah film) agar dia bisa berdiri dengan gagah perkasa di hadapan parlemen membela keputusannya untuk melawan Jerman.

Pada dasarnya, meski di permukaan Churchill memperlihatkan keraguan, sesungguhnya dia adalah perwujudan dari kalimat "we shall never surrender". Pidatonya pada akhir film kemudian menjadi salah satu pidato paling legendaris dan paling sering dikutip. "I have nothing to offer but blood, toil, tears, and sweat," demikian Churchill menggelegar di hadapan parlemen. Demikian juga ketika Churchill mengucapkan, "Kita akan bertempur di Prancis, di samudra, lautan. Kita akan bertempur dan membela pulau-pulau milik kita. Kita akan bertempur di pantai di daratan…." Tak ada lagi yang mencoba menggusur sang Perdana Menteri karena pada saat yang kritis memang dialah yang dibutuhkan.

Gary Oldman pantas memperoleh penghargaan Golden Globe sebagai Aktor Terbaik dan tampaknya jalan sudah terbuka untuk Academy Award bulan Maret nanti.

Leila S. Chudori


Darkest Hour
Sutradara: Joe Wright
Skenario: Anthony McCarten
Pemain: Gary Oldman, Kristin Scott Thomas, Lily James

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus