Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Because maybe,
you're gonna be the one that saves me,
and after all,
you're my wonderwall.
Dengan iringan gitar akustik, ribuan orang menyanyikan chorus lagu Wonderwall itu di Ecovention Hall, Ancol, Jakarta Utara, pada Ahad dua pekan lalu. Seketika mereka menggantikan suara Liam Gallagher, yang memang sengaja diam saat sedang bernyanyi. Mantan vokalis grup rock Oasis asal Manchester, Inggris, itu memberikan kesempatan kepada para penggemarnya untuk bersama-sama menyanyikan chorus Wonderwall. "Beautiful! Beauty!" kata Liam di atas panggung setelah mendengar penggemarnya kompak bernyanyi.
Lagu Wonderwall menjadi penutup sekaligus klimaks dalam konser tunggal Liam bertajuk "Liam Gallagher of Oasis, As You Were". Ini merupakan konser perdana penyanyi bernama lengkap William John Paul Gallagher itu di Indonesia. Semula konser Liam di Jakarta dijadwalkan berlangsung pada 8 Agustus tahun lalu. Tapi konser dalam rangkaian tur dunia itu ditunda karena ada kesalahan teknis dari manajemen Liam yang membuat jadwal lain pada tanggal yang sama.
Dalam konser sekaligus promosi album debut solonya, As You Were, malam itu, Liam seolah-olah sadar bahwa ia belum bisa sepenuhnya lepas dari Oasis. Meski sudah bubar pada 2009, band beraliran rock, Britpop, dan alternative rock yang berdiri pada 1991 itu kadung melekat pada dirinya. Di Oasis, Liam bersama kakaknya, Noel Gallagher, dan sejumlah personel yang silih berganti, meraih kesuksesan di tengah persaingan ketat dengan grup rock Inggris lainnya, Blur. Karena itu, barangkali, Liam tak luput membawakan sejumlah lagu Oasis selama satu jam penampilannya di Jakarta. Bahkan, dari total 16 lagu, setengahnya adalah lagu Oasis.
Liam memulai konsernya dengan menyanyikan Rock ‘N' Roll Star, salah satu lagu dari album pertama Oasis, Definitely Maybe (1994). Penyanyi kelahiran Manchester, 21 September 1972, itu kemudian melanjutkan dengan Morning Glory, lagu Oasis dari album kedua, (What's the Story) Morning Glory? (1995). Penonton menyambutnya dengan bernyanyi bersama, sambil merekam atau mengambil foto Liam menggunakan telepon seluler. Tepuk tangan dan teriakan ribuan penonton pun menggema setiap lagu selesai dibawakan Liam.
Setelah itu, Liam berturut-turut membawakan lima lagu dari album perdananya, As You Were, yakni Greedy Soul, Wall of Glass, Paper Crown, Bold, dan For What It's Worth. Tapi respons penonton terhadap lagu-lagu itu berbeda dengan dua lagu Oasis yang sebelumnya dinyanyikan. Tak terdengar suara penonton ikut bernyanyi bersama Liam. Kebanyakan dari mereka hanya mengangguk-anggukkan kepala atau sekadar meloncat-loncat mengikuti irama musik. Barangkali karena mereka belum terlalu familiar dengan lagu-lagu dari album solo Liam yang dirilis resmi pada 6 Oktober 2017 itu.
Lalu Liam membawakan Soul Love, salah satu lagu dari proyek band-nya setelah Oasis, Beady Eye. Setelah itu, ia menyanyikan dua lagu Oasis, yakni Some Might Say dan Slide Away. Penonton bersemangat lagi, tapi kemudian seperti kehilangan "gairah" ketika Liam menyanyikan dua lagu solonya, Come Back to Me dan You Better Run. Suasana kembali hidup saat Liam menyanyikan Be Here Now dan Live Forever. Keduanya lagu Oasis. Suara penonton bernyanyi pun terdengar menggema mengikuti suara Liam yang membawakan Live Forever dalam versi akustik.
Liam sempat meninggalkan panggung. Penonton lantas memanggil dia dengan meneriakkan namanya dan bersama-sama menyanyikan potongan lagu Oasis, Champagne Supernova. Tak lama berselang, Liam kembali dan berjanji membawakan lagu itu pada kesempatan lain ketika datang ke Indonesia. "Tapi kali ini saya akan menyanyikan Cigarettes and Alcohol," ujarnya. Liam membawakan lagu dari album Definitely Maybe itu. Disusul Wonderwall, lagu andalan Oasis dari album (What's the Story) Morning Glory?. Dua lagu yang mengakhiri konser Liam itu mendapat sambutan luar biasa dari penonton. Mereka larut dengan bernyanyi bersama sepanjang lagu.
Boleh dibilang penampilan Liam Gallagher di Ancol malam itu merupakan konser setengah Oasis. Selain banyak membawakan lagu Oasis-dengan sambutan penonton yang lebih "pecah" dibanding lagu-lagu dari album solonya-persona Liam di atas panggung tak bisa lepas dari band itu. Mengenakan jaket parka biru tua, Liam kerap menaruh kedua tangannya di belakang pinggang saat bernyanyi, persis seperti gayanya setiap manggung bersama Oasis. Energi bernyanyi Liam pun tak berbeda dengan saat masih di Oasis, meski ia sempat terlihat kewalahan menggapai nada-nada tinggi di sejumlah lagu.
Liam juga tetap tampil sebagai seorang yang angkuh, arogan, dan slengean. Beberapa kali ia mengucapkan sumpah serapah "f**k you" setelah lagu selesai. Tapi, yang berbeda, kali ini Liam mencoba lebih ramah kepada para penonton. Beberapa kali ia mengucapkan "thank you" seusai lagu. Beberapa kali pula Liam menyapa penonton. Bahkan ia sempat memberikan-dengan cara melemparkan-alat musik kecrek yang ia pegang kepada penonton. Namun upaya Liam itu terlihat kaku dan dingin. Sepertinya ia tak bisa meniru kakaknya, Noel Gallagher, yang lebih luwes "bergaul" dengan penonton.
Sejak awal, respons penonton yang meriah terhadap lagu-lagu Oasis dalam konser Liam memang sudah bisa dibaca. Sebelum konser dimulai, para penonton yang antre di depan pintu masuk Ecovention Hall telah berulang kali menyanyikan lagu-lagu hit Oasis, seperti Don't Look Back in Anger dan Champagne Supernova.
Tia, 30 tahun, misalnya, datang ke konser Liam lantaran sejak 1997 ngefans kepada Oasis. "Jujur, pas Liam berkarier solo, aku enggak ngikutin," ucap perempuan asal Bekasi, Jawa Barat, itu. Kedatangannya ke konser itu pun demi mendengarkan lagu-lagu Oasis dinyanyikan langsung oleh Liam. Salah satunya Wonderwall. Penggemar Oasis lainnya, Tyo, 29 tahun, juga datang ke konser Liam lantaran ingin sekali mendengarkan lagu-lagu band favoritnya itu dibawakan Liam secara langsung, terutama Wonderwall. "Tapi surprised juga sih ketika Liam bawain Live Forever." Kedua penggemar Oasis itu berharap band kesayangan mereka bisa melakukan reuni dan bersatu kembali.
Harapan fans atas reuni Oasis memang sempat membubung sebelum Liam menggelar konser di Jakarta. Dalam wawancara dengan majalah Fault, seperti dikutip The Independent pada 20 Desember tahun lalu, Liam menyatakan tidak ingin bernyanyi solo. "Saya tidak mau melakukannya sendiri. Saya bukan pemain gitar atau penulis lagu yang produktif," kata Liam. Pernyataan itu tentu merujuk pada kakaknya, Noel, yang menciptakan banyak lagu Oasis. Apalagi, dua bulan sebelumnya, Liam menyatakan kepada Sunday Mirror bahwa ia ingin berbaikan dengan Noel. "Bukan hanya untuk Oasis, tapi juga sebagai saudara."
Selama di Oasis, Liam dan Noel memang kerap tak akur. Berulang kali keduanya bertengkar karena berbagai masalah. Noel dan Liam sama-sama pernah meninggalkan konser lantaran keributan itu. Ujungnya terjadi pada 2009 ketika Noel memutuskan hengkang dari Oasis, yang kemudian membuat band itu bubar. Setelah itu, Liam membentuk Beady Eye, lalu berkarier solo. Sedangkan Noel melanjutkan karier musiknya bersama proyek band Noel Gallagher's High Flying Birds. Proyek Liam dan Noel itu seakan-akan menunjukkan persaingan mereka dalam bermusik.
Sayang, pernyataan Liam soal reuni dengan Noel seolah-olah mentah lagi. Sebab, belum satu bulan setelah menyatakan ingin bereuni, Liam justru menegaskan tertutupnya kemungkinan itu. Kepada majalah Q, seperti dikutip Express dan Sky News pada 12 Januari lalu, Liam mengklaim reuni itu dihalangi istri Noel, Sara MacDonald. "Istrinya tak mengizinkan. Tapi saya tahu, jauh di lubuk hatinya, dia ingin menggelar konser lagi di stadion (bersama Oasis)," ujar Liam.
Tapi, suatu saat nanti, jika Oasis benar-benar bereuni dan tampil di Ecovention Hall, ruangan seluas hampir 4.000 meter persegi itu tentu tak akan "selengang" konser tunggal Liam Gallagher. Ecovention tak akan lagi menyisakan ruang kosong di beberapa bagiannya.
Prihandoko, Thea Fathanah Arbar
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo