FILIPINA adalah sumber berita yang tak pernah kering. Kejutan muncul silih berganti. Terakhir, Agustus lalu. kejutan dilakukan oleh Kolonel Gregorio "Gringo" Honasan, 39 tahun, perwira muda yang mengambil peran penting pada penggulingan Presiden Ferdinand Marcos. Ia melakukan percobaan kudeta terhadap Presiden Cory Aquino. Tapi gagal. Pekan lalu, setelah menghilang selama hampir empat bulan, ia telah ditangkap pasukan khusus Filipina, dan akan segera dihadapkan ke pengadilan militer. Tapi itu tidak berarti ancaman terhadap Cory ikut berakhir. Barisan oposisi maupun pendukungnya masih terlihat tidak puas dengan kebijaksanaannya. Maka, para pengamat politik memperkirakan, kudeta senantiasa mengancam kedudukan Cory. Semula terbetik berita, Gringo akan menggunakan pentas penyelenggaraan KTT ASEAN di Manila, pekan ini, sebagai panggung untuk melakukan berbagai kekacauan. Ternyata, malah ia yang terjerat. Kini, kelompok yang santer diisukan akan membuat onar adalah NPA (New People's Army), kesatuan bersenjata Partai Komnis Filipina. Menurut laporan intelijen, NPA, yang terkenal militan, telah mempersiapkan diri di 18 distrik Manila, dan siap untuk beraksi pada saat KTT berlangsung. Kabarnya, mereka dibantu oleh Tentara Merah Jepang. Tak cuma masalah gangguan keamanan dalam negeri Filipina yang kini banyak digunjingkan orang. Soal dua pangkalan militer Amerika Serikat, di Subic dan Clark, tiba-tiba juga ramai dikaitkan dengan konteks keamanan Asia Tenggara. Lalu muncul demonstrasi antipangkalan militer asing, yang juga minta korban nyawa. Rusuhkah Filipina? Menurut laporan dua wartawan TEMPO, Ahmed Kurnia Soeriawidjaja dan Didi Prambadi, yang berada di Manila untuk meliput KTT ASEAN, ternyata roda kehidupan rakyat berputar seperti biasanya. Bahkan di daerah-daerah pedalaman, yang dikabarkan hampir setiap hari dibakar api mesiu, ternyata rakyat masih bergulat mencari sesuap nasi, seperti hari-hari sebelumnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini