Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Hardiman Radjab: Biografi Koper

1 Januari 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Koper bermerek President itu ditemukannya dalam kondisi rusak di pasar loak. Tergores, robek di sana-sini. Ia lalu dengan sabar menjahit, menambal memperbaikinya sendiri.

Dalam bayangannya ia seperti menghidupkan orang sekarat. Ia rawat. Ia kompres luka-lukanya. Ia pompakan harapan hidup untuknya, meski fisiknya tak berdaya.

Dan dalam pameran, kita kemudian menyaksikan ada sebuah koper tergantung. Di badannya ada tisikan-tisikan rapi. Lalu ada tempelan berbentuk mata yang terbuat dari dempul mobil dan lem bakar. Dari mata itu menetes air. Seluruh tubuh koper itu basah, seolah penuh genangan. Koper itu menitikkan air mata...

Itulah salah satu kerja tangan memukau dari Hardiman Radjab. Dalam pamerannya bertema Riwayat Koper di Galeri Lontar tahun ini, lelaki yang sehari-harinya adalah dosen jurusan Kriya Institut Kesenian Jakarta menyajikan seolah koper punya biografinya sendiri.

Bagai pemulung, ia mengumpulkan koper-koper bekas mulai koper zaman Belanda sampai koper modern trendi merek Ecolac. Aneka koper itu terbuat dari kayu, seng, kulit, fiber sampai aluminium. Ia juga memburu barang-barang yang berfungsi sebagai koper seperti kotak bekas amunisi, brankas, peti kemas kecil. Lalu dengan keterampilannya, magic hand-nya, ia menatah, melubangi, membedah; ia menghidupkan koper-koper itu menjadi sebuah imaji.

Dan yang membuat kami makin mengunggulkan Hardiman adalah tingkat kecanggihan eksplorasinya. Antara satu karya dan karya lainnya hampir sama sekali tidak ada perulangan gagasan. Jarang kita melihat sebuah pameran dengan tingkat keberagaman yang tinggi seperti ini. Setiap koper seolah mengemukakan satu ide yang mandiri .

Di tangan Hardiman koper mampu mendorong kita tersenyum-senyum kecil, juga merenung. Dalam Halte, sebuah koper tua secara perlahan dapat membuka dan menutup sendiri. Koper itu seolah bernapas untuk terakhir kalinya. Sebuah koper lain dibuat sedemikian rupa mengingatkan kita akan detektor bagasi di bandar udara. Tapi bukan bayangan keimigrasian yang muncul, sebab di "detektor" itu ia meletakkan boneka bayi di satu sisi, dan peti mati di sisi lain.

Inspirasi Hardiman terlihat banyak berasal dari teater. Lihatlah Curtain Call. Sebuah koper dikerowaki bagian pinggirnya. Bila kita melongok di dalamnya tampak "sebuah ruangan teater lengkap plus lampu antiknya". Dan di pentas ada set sebuah "pohon" meranggas. "Saya terinspirasi set Waiting for Godot," katanya, menyebut karya Samuel Beckett .

Dari mana awalnya gagasan mengolah koper muncul? Suatu ketika Hardiman berada di sebuah stasiun kota di Prancis. Ia menyaksikan koper-koper tua yang ditumpuk-tumpuk menjadi monumen setinggi 14 meter. Semuanya adalah koper-koper tertinggal para penumpang. Ia terkesima.

Dan ia kemudian seperti memposisikan dirinya sebagai tukang sulap. Setiap koper dibuka "simsalabim", harus menyajikan kejutan. Yang menarik, dalam setiap karyanya Hardiman tampak berusaha keras untuk membuat kening pengunjung tak berkerut. Ia tak ingin kejutan-kejutannya itu bersifat abstrak. Sedapat mungkin karyanya harus mampu menjalin komunikasi dengan pengunjung..

Tengok Traveling Bag. Sebuah koper-bila dibuka terdapat kloset duduk. Lengkap dengan gulungan kertas tisu. Seorang pengunjung cekikan saat menonton. "Wah, kalau ada WC begini, kebelet buang air besar di mana pun gampang."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus