Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Ikon Sang Pelindung

Sebuah buku tentang ikon koleksi adam malik diterbitkan. sejarah dan perkembangan ikon bertaut erat dengan perkembangan gereja-gereja timur, memamerkan kekuatan khas. (sr)

21 Agustus 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADAM Malik terpana, kctika pada suatu hari mengunjungi sebuah gereja di Moskow. Dinding gereja tersebut, dari bawah sampai atas, dihiasi gambar-gambar kecil, melukiskan Yesus, Maria, Yahya Sang Pembaptis, dan banyak aulia Kristen yang lain "yang memancarkan keagamaan dan ketuhanan". Sejak itulah Dubes Indonesia untuk Uni Soviet tahun 1959 itu tertarik dan mempelajari ikon -- demikian gambar-gambar itu dinamakan -- dan mencoba mengoleksinya. Seusai bertugas di Uni Soviet, Adam telah mempunyai sejumlah koleksi ikon yang dibelinya di toko-toko komisi di sana. Konon karya senirupa itu berasal dari abad XVIII sampai XX. Dan kini, sebuah buku semacam katalogus, koleksi ikonnya diterbitkan. Ditulis oleh Dr. Sudjoko, dosen Senirupa ITB, buku setebal 126 halaman itu menampilkan 52 ikon dari sekitar 70 ikon koleksi Wapres RI sekarang. Adam Malik, seorang muslim, dan ikon, karya senirupa bernapaskan Kristen, bagaimana bisa bersatu "Islam dan Kristen di Indonesia sudah lama bergaul akrab. Karya seni Kristen pun selayaknya kita hargai," kata Adam Malik, Rabu pekan lalu di kantornya dalam sebuah pertemuan sehubungan dengan terbitnya buku ikon tersebut. Memang, sejarah muncul dan berkembangnya ikon, yang bertaut erat dengan perkembangan Gereja-gereja Timur (mazhab Kristen yang berkembang di Timur Tengah dan Rusia, antara lain), agaknya memang memungkinkan karya senirupa ini menembus perbedaan agama. Pada abad IX Gereja Timur mengembangkan gaya arsitektur tersendiri. Karena membuat patung-patung merupakan tabu dalam paham Gereja Timur, maka hiasan gereja berupa gambar dua dimensi berkembang mulau zaman itu. Pada masa-masa bersemangatnya orang menghias gerejanya dengan gambar-gambar Yesus dan Maria dan para Santo itulah, Kristen masuk ke Rusia lewat buku-buku Bulgaria -- bahasa Slavik buku-buku itu dipahami orang Rusia juga. Akhirnya Gereja Timur di Rusia berkembang, dan tak lagi merupakan "murid" dari Bizantin, tapi merupakan "saingan". Juga karya Kristen Rusia berkembang sendiri, menampilkan kekhasannya -- termasuk ikon itu. Berkembang pesatnya ikon di Rusia didukung adanya anggapan bahwa melukiskan Kristus adalah salah satu cara menyatakan kesetiaan. Maka muncullah pelukis-pelukis ikon yang menjual karyanya kepada para petani, pedagang dan warga masyarakat yang lain. Ada anggapan pula waktu itu, bahwa si pelukis hanyalah perantara dari "yang di atas" untuk mewujudkan gambar suci itu. Itu sebabnya ikon-ikon tak bertanda tangan pelukisnya. Ikon pun dianggap mempunyai kekuatan melindungi pemiliknya. Maka karya ikon dibuat kecil-kecil, paling besar mungkin hanya sekitar 30 cm persegi, agar gampang dibawa-bawa, untuk melindungi pemiliknya di mana saja. Sesungguhnya sulit menyebut ikon sebagai karya lukis. Biasanya ikon terbuat dari selempeng kayu, dilapis dengan semacam campuran kapur atau gips. Pada lapisan inilah kemudian potret Yesus atau para Santo dilukis dengan cat tempera. Tapi masih ada tambahan lain: hiasan-hiasan kadang-kadang bukan hanya merupakan lukisan, tapi benar-benar permata, intan, atau logam yang ditempelkan. Buku ini merupakan katalogus ketiga dari koleksi karya seni Adam Malik. Yang pertama, katalogus lukisan (1979) dan yang kedua katalogus keramik (1980). Mungkin karena buku ini disebut katalogus (yang arti harfiahnya sebuah daftar), tentang ikon sendiri tak dibahas mendalam. Dr. Sudjoko lebih menampilkan komentar pendek terhadap masing-masing karya -- yang direproduksi dengan cukup baik, lengkap dengan ukuran karyanya. Tapi apa hubungan ikon dengan senirupa Indonesia khususnya? Adam Malik yang pernah memamerkan koleksi ikonnya tersebut di Taman Ismail Marzuki, 1977, mengatakan, bila hal-hal yang "gaib" tak lagi kita percaya, paling tidak kita bisa menghargai ikon "sebagai barang langka yang indah, yang mempesona oleh ketenangan, keanggunan, keyakinan, keteguhan serta keluhuran budi tokoh-tokoh yang terjelma." Lagi pula ikon, karya senirupa yang anggun dan tahan zaman itu, ternyata terjelma dari banyak unsur: seni lukis, kerajinan, seni patung, seni hias. Ada semangat demokratik di situ, tidak membeda-bedakan derajat kesenian, misalnya apakah seni lukis lebih unggul daripada kerajinan -- dan seterusnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus