ADAM Malik terpana, kctika pada suatu hari mengunjungi sebuah
gereja di Moskow. Dinding gereja tersebut, dari bawah sampai
atas, dihiasi gambar-gambar kecil, melukiskan Yesus, Maria,
Yahya Sang Pembaptis, dan banyak aulia Kristen yang lain "yang
memancarkan keagamaan dan ketuhanan". Sejak itulah Dubes
Indonesia untuk Uni Soviet tahun 1959 itu tertarik dan
mempelajari ikon -- demikian gambar-gambar itu dinamakan -- dan
mencoba mengoleksinya.
Seusai bertugas di Uni Soviet, Adam telah mempunyai sejumlah
koleksi ikon yang dibelinya di toko-toko komisi di sana. Konon
karya senirupa itu berasal dari abad XVIII sampai XX. Dan kini,
sebuah buku semacam katalogus, koleksi ikonnya diterbitkan.
Ditulis oleh Dr. Sudjoko, dosen Senirupa ITB, buku setebal 126
halaman itu menampilkan 52 ikon dari sekitar 70 ikon koleksi
Wapres RI sekarang.
Adam Malik, seorang muslim, dan ikon, karya senirupa bernapaskan
Kristen, bagaimana bisa bersatu "Islam dan Kristen di Indonesia
sudah lama bergaul akrab. Karya seni Kristen pun selayaknya kita
hargai," kata Adam Malik, Rabu pekan lalu di kantornya dalam
sebuah pertemuan sehubungan dengan terbitnya buku ikon tersebut.
Memang, sejarah muncul dan berkembangnya ikon, yang bertaut erat
dengan perkembangan Gereja-gereja Timur (mazhab Kristen yang
berkembang di Timur Tengah dan Rusia, antara lain), agaknya
memang memungkinkan karya senirupa ini menembus perbedaan agama.
Pada abad IX Gereja Timur mengembangkan gaya arsitektur
tersendiri. Karena membuat patung-patung merupakan tabu dalam
paham Gereja Timur, maka hiasan gereja berupa gambar dua dimensi
berkembang mulau zaman itu.
Pada masa-masa bersemangatnya orang menghias gerejanya dengan
gambar-gambar Yesus dan Maria dan para Santo itulah, Kristen
masuk ke Rusia lewat buku-buku Bulgaria -- bahasa Slavik
buku-buku itu dipahami orang Rusia juga. Akhirnya Gereja Timur
di Rusia berkembang, dan tak lagi merupakan "murid" dari
Bizantin, tapi merupakan "saingan". Juga karya Kristen Rusia
berkembang sendiri, menampilkan kekhasannya -- termasuk ikon
itu.
Berkembang pesatnya ikon di Rusia didukung adanya anggapan bahwa
melukiskan Kristus adalah salah satu cara menyatakan kesetiaan.
Maka muncullah pelukis-pelukis ikon yang menjual karyanya kepada
para petani, pedagang dan warga masyarakat yang lain. Ada
anggapan pula waktu itu, bahwa si pelukis hanyalah perantara
dari "yang di atas" untuk mewujudkan gambar suci itu. Itu
sebabnya ikon-ikon tak bertanda tangan pelukisnya.
Ikon pun dianggap mempunyai kekuatan melindungi pemiliknya. Maka
karya ikon dibuat kecil-kecil, paling besar mungkin hanya
sekitar 30 cm persegi, agar gampang dibawa-bawa, untuk
melindungi pemiliknya di mana saja.
Sesungguhnya sulit menyebut ikon sebagai karya lukis. Biasanya
ikon terbuat dari selempeng kayu, dilapis dengan semacam
campuran kapur atau gips. Pada lapisan inilah kemudian potret
Yesus atau para Santo dilukis dengan cat tempera. Tapi masih ada
tambahan lain: hiasan-hiasan kadang-kadang bukan hanya merupakan
lukisan, tapi benar-benar permata, intan, atau logam yang
ditempelkan.
Buku ini merupakan katalogus ketiga dari koleksi karya seni Adam
Malik. Yang pertama, katalogus lukisan (1979) dan yang kedua
katalogus keramik (1980). Mungkin karena buku ini disebut
katalogus (yang arti harfiahnya sebuah daftar), tentang ikon
sendiri tak dibahas mendalam. Dr. Sudjoko lebih menampilkan
komentar pendek terhadap masing-masing karya -- yang
direproduksi dengan cukup baik, lengkap dengan ukuran karyanya.
Tapi apa hubungan ikon dengan senirupa Indonesia khususnya? Adam
Malik yang pernah memamerkan koleksi ikonnya tersebut di Taman
Ismail Marzuki, 1977, mengatakan, bila hal-hal yang "gaib" tak
lagi kita percaya, paling tidak kita bisa menghargai ikon
"sebagai barang langka yang indah, yang mempesona oleh
ketenangan, keanggunan, keyakinan, keteguhan serta keluhuran
budi tokoh-tokoh yang terjelma." Lagi pula ikon, karya senirupa
yang anggun dan tahan zaman itu, ternyata terjelma dari banyak
unsur: seni lukis, kerajinan, seni patung, seni hias. Ada
semangat demokratik di situ, tidak membeda-bedakan derajat
kesenian, misalnya apakah seni lukis lebih unggul daripada
kerajinan -- dan seterusnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini