DALAM Lomba Karya Ilmu Pengetahuan Remaja tahun pertama, 1977,
pemenang I dan II memang dari bidang kimia: tentang penyimpangan
gas graham, dan tentang nikotin. Tapi pemenang III meneliti
perihal ulat matahari, bidang biologi.
Tahun-tahun berikutnya, muncul kepik, kupang (binatang laut
kecil-kecil yang di Surabaya dijadikan lauk lontong), bunga
sepatu, tali putri, ikan gurami, cacing, ulat sagu, sebagai
obyek penelitian remaja yang menang lomba. Baru tahun lalu,
1981, bidang elektronika muncul. Pemenang pertama, menyodorkan
alat buatannya sendiri: sebuah instrumen untuk mencegah tabrakan
mobil.
Tahun ini ketiga pemenang sama sekali dari bidang biologi.
"Mungkin karena biaya penelitian bidang biologi tidak besar,"
ujar Prof. Dr. Andi Hakim Nasution.
Untuk meneliti bidang elektronika misalnya, memang bahan yang
harus diadakan tidak murah. Seperti dialami Alexander, pelajar
SMAN I Jambi, yang meneliti kemungkinan serbuk gergaji sebagai
bahan bakar pembangkit listrik. Ia masuk final tahun ini, dengan
karya yang "saya sendiri kurang puas." Mengapa? Karena kurangnya
biaya, ia harus memakai bahan bekas, bahkan batu baterai bekas
pun dipakainya. Dan "alat-alat laboratorium sekolah juga kurang
lengkap," keluhnya.
Agaknya dari 12 bidang yang dilombakan (biologi,
elektronika/fisika, mesin, matematika, sosiologi, kesusastraan
sejarah/kebudayaan, dan lain sebagainya) dalam bidang biologilah
para remaja itu paling mempunyai bekal. Dengan kata lain,
pelajaran biologi di sekolah menengah agaknya cukup guna modal
penelitian.
Adapun bidang sosial-budaya untuk penelitian agaknya paling
sulit bagi para remaja yang masih duduk di sekolah menengah itu.
Enam kali lomba selama ini, hanya beberapa karya yang menyangkut
sos-bud. Misalnya tentang membangun desa (1978), tentang
bangunan tempat abu jenazah suku Dayak (1981), tentang tanah
Irian Jaya (1982), dan tentang pasar sebagai alat perjuangan
ekonomi lemah (1982).
Nilainya? Hampir semua penelitian sosial-budaya "mengambil
kesimpulan yang sangat subyektif tanpa didasari satu
penelitian," tutur salah seorang juri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini