Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Biologi yang laris

Diantara 12 bidang yang dilombakan lomba karya ilmu pengetahuan remaja '82. dari bidang biologi para remaja paling banyak bekal, dan tanpa biaya yang besar, 3 pemenang dari bidang biologi. (pdk)

21 Agustus 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM Lomba Karya Ilmu Pengetahuan Remaja tahun pertama, 1977, pemenang I dan II memang dari bidang kimia: tentang penyimpangan gas graham, dan tentang nikotin. Tapi pemenang III meneliti perihal ulat matahari, bidang biologi. Tahun-tahun berikutnya, muncul kepik, kupang (binatang laut kecil-kecil yang di Surabaya dijadikan lauk lontong), bunga sepatu, tali putri, ikan gurami, cacing, ulat sagu, sebagai obyek penelitian remaja yang menang lomba. Baru tahun lalu, 1981, bidang elektronika muncul. Pemenang pertama, menyodorkan alat buatannya sendiri: sebuah instrumen untuk mencegah tabrakan mobil. Tahun ini ketiga pemenang sama sekali dari bidang biologi. "Mungkin karena biaya penelitian bidang biologi tidak besar," ujar Prof. Dr. Andi Hakim Nasution. Untuk meneliti bidang elektronika misalnya, memang bahan yang harus diadakan tidak murah. Seperti dialami Alexander, pelajar SMAN I Jambi, yang meneliti kemungkinan serbuk gergaji sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Ia masuk final tahun ini, dengan karya yang "saya sendiri kurang puas." Mengapa? Karena kurangnya biaya, ia harus memakai bahan bekas, bahkan batu baterai bekas pun dipakainya. Dan "alat-alat laboratorium sekolah juga kurang lengkap," keluhnya. Agaknya dari 12 bidang yang dilombakan (biologi, elektronika/fisika, mesin, matematika, sosiologi, kesusastraan sejarah/kebudayaan, dan lain sebagainya) dalam bidang biologilah para remaja itu paling mempunyai bekal. Dengan kata lain, pelajaran biologi di sekolah menengah agaknya cukup guna modal penelitian. Adapun bidang sosial-budaya untuk penelitian agaknya paling sulit bagi para remaja yang masih duduk di sekolah menengah itu. Enam kali lomba selama ini, hanya beberapa karya yang menyangkut sos-bud. Misalnya tentang membangun desa (1978), tentang bangunan tempat abu jenazah suku Dayak (1981), tentang tanah Irian Jaya (1982), dan tentang pasar sebagai alat perjuangan ekonomi lemah (1982). Nilainya? Hampir semua penelitian sosial-budaya "mengambil kesimpulan yang sangat subyektif tanpa didasari satu penelitian," tutur salah seorang juri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus