Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Karel dokati di sini

Gitaris karel dokati, aslinya, r soekadjat. permainan nya memancarkan dasar gitas spanis. sejaman dengan kartolo dan ismail marzuki. ia mempelajari metode eddy lang dan ilmu harmoni.

4 Juni 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA bulan sekali, Karel Dokati membawa gitarnya ke studio RRI Nusantara II Yogyakarta. Dua bulan sekali radio lokal yang amat royal dengan siaran ketoprak dan wayang itu mengudarakan suara gitar solo. Kesempatan yang cukup pelit bukan? Tapi masih mending seniman 3 zaman yang pernah jadi mata-mata ini memperoleh kesempatan tampil dalam bidangnya. Ia pensiunan jawatan sosial yang rendah hati. Uang pensiun tentu saja tak cukup. Dia pun memberi les privat di rumahnya. "Sebenarnya ada permintaan untuk jadi guru musik di sekolah Yamaha Jakarta, tapi saya merasa cukup di rumah saja, karena pula usia saya. Sebaiknya yang muda-muda tampil dan waktunya bagi yang tua-tua istirahat dan pensiun", katanya kepada Budoyo A.B. di Yogya yang mengirim laporan ini. Karel memang dedengkot gitar. Permainannya memancarkan dasar-dasar gitar Spanis. Semua itu dikejarnya sendiri dengan berjuang setiap kali dengan dawai-dawai instrumen kesayangan itu. Kini ia memiliki beberapa orang murid. Termasuk beberapa orang yang kini jadi instruktur gitar pada sekolah musik seperti Yamaha atau Asmi. Nama aslinya R. Soekadjat. Lahir di zaman Belanda. Kenapa sampai bernama Karel, ini memang perlu diusut. Jangan lupa pada zaman Belanda, pribumi sulit sekali maju dalam berbagai bidang. Soekadjat muda yang terkenal di kalangan kawan-kawannya sebagai solois gitar tentu saja tak kehilangan akal: ia tukar saja nama jadi keren - Karel Dokati. Berkat nama itu ia bisa main dipanggung terbuka. "Izin semacam itu untuk orang dengan nama pribumi tak mungkin diberikan oleh Pemerintah Belanda", kata Karel. Waktu ia muda, muda pula pribumi-pribumi seperti Kartolo (ayah Rakhmat Kartolo) dan Ismail Marzuki. Karel bergabung dengan mereka dalam perkumpulan besar masa itu yang bernama Lief Java. Juga berhimpun dalam kumpulan Hawaian Synopatora - di samping memiliki klab yang bernama Miss Deenita and her Classic Swingers. Klabnya yang lain bernama Kay Flower and her Flaming String - di mana isterinya Dkut tergabung. Karel mempelajari teknik gitar Spanis dari buku-buku plus metode Eddy Lang. Ia juga mempelajari Ilmu Harmoni. Tatkala perang pecah dia terus main musik. Jepang menyuruhnya jadi petugas sensor sandiwara. Kemudian diharuskan menjadi anggota Barisan Propaganda atau Zenden. Di sini diberikan pelajaran tertentu - semacam kerja matamata. Tetapi menjelang Kemerdekaan ia sempat juga masuk pasukan bambu runcing. Sementara kegiatan musiknya berjalan terus seperti biasa. Demikianlah orang semacam Karel ini masih banyak yang bersembunyi di sudut-sudut kecil.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus