Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Kepongahan Gaya Paman Sam

Russel Crowe dan Meg Ryan dipertemukan dalam film Proof of Life. Sebuah potret tentang digdayanya kulit putih.

11 Maret 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PROOF OF LIFE Sutradara : Taylor Hackford Skenario : Tony Gilroy Pemain : Meg Ryan, Russell Crowe, David Morse Produksi : Warner Brothers HIDUP Peter Bowman (David Morse) berada di ujung tanduk. Berbulan-bulan lamanya ia hidup nelangsa di hutan Tecala, Amerika Latin, bersama gerombolan milisi yang menculiknya. Tak ada kepastian kapan penderitaan itu akan berakhir. Dan harapan itu pun musnah setelah Qualcom, perusahaan tempatnya bekerja, tiba-tiba bangkrut. Apa boleh buat, upaya pembebasan Bowman, yang semula akan dikerjakan Terry Thorne (Russel Crowe), negosiator ulung Luthan Risk International yang dikontrak perusahaan Bowman, urung dilakukan. Tak ada uang, kontrak pun melayang. Thorne kembali ke Inggris dan nasib Bowman terkatung-katung. Sebuah pertanyaan yang tidak terlalu sulit dijawab. Lazimnya film bikinan Hollywood, selalu ada jalan keluar yang memuaskan. Nasib Peter Bowman tidaklah menjadi buruk seperti yang digambarkan dari cerita awal yang dibangun. Keajaiban terjadi. Thorne, sang negosiator itu, kembali ke Tecala. Dia menyanggupi untuk menemukan Peter meski tanpa dibayar. Semestinya, Proof of Life bisa menjadi sesuatu. Film garapan Taylor Hackford ini, yang sukses lewat Devil's Advocate, mengetengahkan bisnis negosiasi pembebasan penculikan, modus yang berkembang setelah era Perang Dingin. Hackford tahu betul tema macam begini akan menjadi kemasan tontonan yang mengasyikkan. Apalagi, dalam beberapa tahun belakangan, hal macam ini amat dekat dengan emosi masyarakat Amerika, yang sering menjadi sasaran terorisme di seluruh penjuru dunia. Ini memang resep yang enak digoreng. Film Proof of Life memiliki persyaratan untuk itu. Film yang terinspirasi oleh sebuah artikel di majalah Vanity Fair, "Adventures in the Ransom Trade", yang ditulis William Prochnau, dan buku karya Thomas Har- grove, Long March to Freedom, itu menggabungkan drama psikologi, thriller, romansa, dan laga. Ramuan yang pas untuk penonton yang tidak ingin pusing. Cuma, banyaknya persoalan yang ditampilkan ternyata malah membuat film ini terasa bertele-tele, monoton, dan nyaris tanpa kejutan. Hackford terlalu asyik memilin berbagai hal itu secara detail, termasuk hal-hal yang begitu predictable alias mudah ditebak: terjadi pertautan asmara antara Terry Thorne dan Alice Bowman (Meg Ryan), istri Peter Bowman. Apalagi, suspens yang terbangun berkali-kali terasa jatuh-bangun dan dingin. Film ini dibuka dengan adegan Thorne, yang seorang diri berhasil menyelamatkan pria Prancis yang disandera oleh gerilyawan Chechnya. Bahkan, sebelumnya dia sempat mengecoh tentara Rusia. Terry Thorne adalah campuran antara James Bond dan Rambo. Dia lihai dan piawai memikat hati wanita, tapi di saat lain dia berubah menjadi pria garang dan bisa menghabisi musuh. Dialah sang hero. Baginya, tak ada kasus penculikan yang tidak bisa diselesaikan. Asal ada uang cukup dan pintar tawar-menawar, semua sandera dapat dibebaskan. Keyakinan itu didasari oleh pemahamannya bahwa semua penculikan itu, apa pun dalihnya, pada akhirnya toh cuma bertujuan mencari uang. Soal uang itulah yang kemudian membuat film ini bergulir terlalu jauh. Proof of Life adalah sinisme masyarakat kulit putih (Barat) terhadap perubahan yang terjadi di dunia. Dalam kacamata itu, akibatnya, potret wajah dunia ketiga digambarkan secara berlebihan. Kaum milisi sayap kiri ELT digambarkan sebagai gerombolan kriminal yang dibiayai oleh penjualan narkotik. Mereka juga digambarkan sebagai orang-orang pemalas yang bodoh dan kejam. Di lain pihak, mereka dianggap tidak tahu diri karena menjadikan orang Amerika, yang mempunyai itikad baik untuk masyarakat sekitar, sebagai sandera cuma untuk memperoleh tambahan dana perjuangan mereka. Kepongahan itu tak berhenti di situ. Alice Bowman (Meg Ryan) suatu kali bertengkar hebat dengan suaminya. Pertengkaran itu kemudian mempersoalkan pengalaman Alice, yang mengalami keguguran di Afrika. Alice menyatakan, ia tidak lagi ingin hamil di negara dunia ketiga. Afrika merupakan simbol tempat yang hanya akan mendatangkan kesusahan bagi mereka, orang kulit putih. Bila film ini menjadi perhatian, mungkin semata karena bintang yang bermain di dalamnya tengah diguncang gosip. Memang konyol, karena tingkah laku di luar layar sebaiknya tak mempengaruhi penilaian kita terhadap pemainnya. Namun, seperti dipertanyakan Richard Corliss dalam majalah Time edisi pekan ini, apakah bakat Crowe yang begitu luar biasa itu bisa mengatasi citranya sebagai perayu wanita yang kurang ajar, itu menjadi "problem". (Maklum, kemenangan Piala Oscar adalah berdasarkan 5.500 anggota perfilman AS.) Tapi, jika kita ingin obyektif tanpa memusingkan tetek-bengek di luar film, sesungguhnya film ini memang milik Crowe, meskipun penampilan Crowe jauh di bawah penampilan terbaiknya saat bermain gemilang dalam The Insider atau The Gladiator (film yang belakangan ini mengangkatnya sebagai nominee untuk aktor terbaik). Penampilannya kali ini tak lain untuk menaikkan kelasnya, yakni sebagai salah satu anggota deretan aktor papan atas yang akan mengancam posisi aktor berkelas lainnya, seperti Tom Hanks. Di luar itu, film ini nyaris tidak banyak bicara selain semata mempertontonkan kedigdayaan kaum kulit putih. Irfan Budiman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus