TANPA banyak cing-cong, Margie Segers--lewat kasetnya yang
barusan beredar-- unjuk kebolehan lagi dalam mengolah suara. Dan
kembali cewek usia 31 tahun penggemar Sarah Vaughan, Nancy
Wilson dan George Benson itu berdiri di tengah atau malah di
depan barisan.
Di antara sejibun penyanyi kita, Margie ternyata hampir
merupakan satusatunya orang yang bisa pas membawakan lagu-lagu
berirama jazz, juga menampilkannya di pentas. Meskipun, menurut
salah seorang musikus jazz kita, Mus Mualim, "dia belum masuk
sebagai penyanyi jazz yang sebenarnya."
Untuk itu, kata Mus lagi, improvisasi harus kaya dan penguasaan
harmoni mesti jempolan. Itulah sebabnya, dalam pandangan Mus,
satu-satunya penyanyi jazz Indonesia ialah Bing Slamet almarhum.
Sedang Rien Djamain misalnya--yang sering menyanyi bersama
kelompok Abadi Soesman -- dianggapnya bukan penyanyi jazz. "Dia
cuma bervariasi dalam menyanyi." Rien sendiri mengaku hal itu,
meski mungkin saja untuk merendah. "Ah, saya memang bukan
penyanyi jazz," katanya.
Tapi apa sih sulitnya rnenyanyi jazz? "Jazz harus dihayati
benar-benar, sehingga ketika menyanyi kita seakan dalam keadaan
trance, kesurupan," kata Margie. Kecuali itu, tubuh harus sehat.
Ia misalnya, selama ini rajin melakukan jogging 30 menil tiap
pagi. "Sebab, kalau badan tidak segar, rasanya tidak ada mood
untuk improvisasi." Dua bungkus rokok kretek yang dihabitannya
dalam sehari, sama sekali tak diperhitungkannya sebagai
hambatan.
Yang paling penting adalah: "harus punya dasar". Dan cewek Ambon
yang bertemu dengan Jack Lesmana 1971 dan menjuarai Festial
Jazz 1979 itu menyebut, dasar yang dikuasainya sebelum memasuki
jazz adalah blues. Kedua jenis itu memang membutuhkan kemampuan
olah vokal yang tak sembarang. Dalam keleluasaan memainkannya,
justru terletak kunci harmoni.
Atau dalarn kalimat Rien Djamain, 24 tahun, "Jazz itu santai dan
bebas. Tinggal apakah penyanyinya bisa berimprovisasi atau
tidak." Lebih dari itu, penyanyi yang -- seperti Margie -- juga
menggemari Nancy Wilson dan mengenal Jazz lewat Jack Lesmana
(1975) itu tak bisa bilang apa-apa Yang persis diketahuinya
ialah bahwa dulu "saya sering melamun: kapan saya bisa menyanyi
Jazz"
Ternyata lamunan itu memang tak mudah diwujudkan "Jazz itu
selektif-baik pemain, penyanyi maupun publiknya," kata Mus
Mualim. Hanya bakat saja, seperti yang dimiliki Margie, kurang
cukup. "la seharusnya didukung oleh band yang kuat." Dan itu
juga berarti dibutuhkannya keakraban untuk terus menerus bergaul
dengan ritme.
Broery Pesolima misalnya, meski punya potensi suara yang jarang
dimiliki orang, karena ia angin-anginan, hasil yang dicapainya
tak kukuh benar. Margie juga memberi contoh lain. Lagu Citra
(Cornel Simanjuntak) yang dinyanyikan dalam kaset terbarunya,
dianggapnya sangat sulit. Alasannya: "belum kenal betul".
Padahal, secara teknis ia terbilang bersih.
Toh di samping ketiga penyanyi tersebut, belakangan beberapa
nama berani juga mencoba--antara lain Jackie, Nunung Wardiman
dan Dhenok Wahyudi. leberapa kelompok pun kini tengah mengarah
kepada jazz--dengan beberapa catatan yang masih perlu diusut:
Transs, Chaseiro. Namun kelompok yang sejak beberapa tahun ini
mengkhususkan diri pada jazz--di luar Jack Lesmana dan Bubby
Chen--hanya kelompok Ireng Maulana, Yopie Item dan Abadi
Soesman.
Yang paling menonjol--juga dalam hal seringnya mereka muncul di
berbagai kesempatan atau rekaman--kelompok Ireng itu. Dan musik
mereka jugalah yang terdengar dalam kaset Margie tadi.
Terlepas dari penilaian Mus bahwa banyak aransemen.musik jazz
Indonesia yang "masih kosong", lakunya jazz pribumi toh
menggembirakan. Setidak-tidaknya minat orang muda remaja untuk
memainkan atau mendengar jenis musik yang satu itu memang sedang
bertambah, kini.
Yang nampak tidak berkembang malah para pencipta lagunya. Hampir
tak ada nomor-nomor berarti yang diciptakan musisi jazz kita.
Selain Jack dan Indra Lesmana, baru Embong (jagoan saxophone dan
flute) yang terdengar mencipta. Ireng dan Yopie entah kenapa
hanya asyik memainkan komposisi orang atau paling banter
menyusun aransemen. Bahkan untuk lagu-lagu pop yang
cengeng--kalau tak lagu-lagu lama. Sehingga makin terasa, betapa
miskinnya dunia penciptaan musik di sini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini