Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Ketika tina turner di jakarta

Tina Turner keliling dunia yang diberi nama "Break Every Rule World Tour". Manggung di Jakarta atas sponsor pepsi. Pertunjukan yang terakhir. Setelah itu pensiun dan bermeditasi dengan cara budhisme.

20 Februari 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAYA akan mendapatkan sejuta dolar, saya ingin tinggal di tepian laut. Mempunyai seorang suami dan beberapa anak,'- kata Tina Turner dalam Private Dancer. Lalu ia keliling dunia, "Break Every Rule World Tour" namanya. Dan pekan ini ia berjingkrak di Jakarta, didukung 25 personel. Ini pertunjukan tcrakhir. "Sesudahnya saya akan pensiun," katanya. Jakarta menjadi satu tempat ampirannya, dalam perjalanan antara Australia dan Singapura, atas kesepakatannya dengan Pepsi perusahaan minuman yang harus berjuang menaikkan pangsa pasar di sini (di bawah 5% selama ini) untuk ngos-ngosan menggapai saingan besarnya, Coca-Cola (mengisi 65% pasar minuman ringan Indonesia). Tina Turner adalah aset penting. Apalagi ia berhasil mengerek dirinya berkibar kembali di dunia musik rock. Itu delapan tahun sesudah perceraian dengan suaminya, Ike Turner. Melalui album Private Dancer, Tina, bekas penyanyi rhythm & blues (R & B), meraih kembali kejayaannya pertengahan 1984. Album bertuah ini tak serupa dengan R & B -- dan bukan pula rock & roll. Daiam corak yang sama, lahir pula Let's Stay Together, terjual sejuta copy di seantero dunia - tak termasuk yang bajakan -- dan bertahan jadi lima besar di Inggris. Menyusul keberhasilannya itu, para jagoan rock menyambutnya hangat. Di antaranya David Bowie dan gitaris The Rolling Stones, Keith Richard. David Bowie bahkan sempat menggandengnya untuk ikut dalam sebuah pertunjukan keliling. Tetapi keberhasilan Let's Stay Together di AS disusul kesibukan besar yang muncul mendadak, gara-gara Capitol Record sanggup menyediakan 150.000 dolar AS untuk sebuah album dengan nama itu, dan hanya memberi waktu dua pekan pada Tina untuk merampungkannya. Dengan bantuan orang-orang di dekatnya, bahkan gitaris andal Jeff Beck, yang memasukkan ke dalamnya nomor-nomor, antara lain, What's Love Got to Do With It dan Privat Dancer, album ini berhasil. Artinya, Tina tetap sah berkibar. Sejak itu Tina tampil lebih baik. Ia menyanyi kian piawai dan ia mengaku pula merasa hidup bahagia, bersama seorang teman pria yang usianya lebih muda, yang namanya disembunyikan. Hidup, katanya, dalam alam keseimbangan antara lelaki dan perempuan. Setelah menganut salah satu sekte Budhisme dari Jepang, ia akan memulai pagi harinya dengan meditasi dan menggumam: Nam-myo-horengekyo, nam-myo-horenge-kyo .... Sebuah ketenangan yang jauh dari rock, sangat berlainan dengan kondisi kehidupannya di bawah kekuasaan Ike dulu. Juga melampaui batas kenangan tentang The Club Manhattan, di St. Louis Timur kedai minum para Negro berpakaian necis dan perempuannya digelantungi pernik pernik perhiasan. Di sana adalah tempat Tina ketika ia masil menggunakan nama kelahirannya, Anna Mae Bullock, sembari naik ke panggung dengan canggung, untuk menyanyikan sebuah blues dari B.B. King. Ketika itu ia belum 20 tahun. Tapi kemudian ia berkenalan dengan pemain organ bernama Ike (nama asli Izear Luster Turner), bagian dari grup King of Rhythm. Tina -- ayah Bullock, seorang manajer kebun kapas, dan ibu Zelma keturunan Indian Chcrokee -- lahir pada 26 November 1939. Ia tumbuh dalam keluarga Negro kelas menengah, dan dekat dengan kehidupan gereja di kota kecil Nutbush, Tennessee. Belakangan, di bawah payung Budhisme, ia putuskan akan turun panggung pada usia 50 tahun. "Untuk mencurahkan perhatian dalam ajaran ini," katanya, empat tahun silam, pada majalah Rolling Stone. Tapi, nanti dulu. Sebelum keinginan luhur itu terlaksana, dana penopangnya jelas perlu. "I want to make a million dollars ...." Lalu ia pun berkeliling dunia, mengocok emosi dalam rock. Ia masih sempat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus