Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Kisah baker bersaudara pemain piano

Pemain : michelle pfeiffer, jeff bridges, sutradara : steve kloves. resensi oleh : putu wijaya.

21 April 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

THE FABULOUS BAKER BOYS Pemain: Michelle Pfeiffer, Jeff Bridges, Beau Bridges Musik: Dave Crusin Sutradara: Steve Kloves DUA bersaudara, Frank dan Jack Bridges, turun bintangnya sebagai pemain piano di dalam hotel. Atas inisiatif Frank, mereka menambah penampilannya dengan seorang biduan. Kehadiran Susie Diamond, yang semula mereka rasa agak meragukan, tiba -tiba mengubah nasib. Duet Baker Boys kembali dapat mengisi skedulnya dengan pesanan bermain di banyak tempat. Kehadiran Susie mulai menyulut rasa tertekan Jack, yang sebenarnya adalah pianis jempolan. Frank sudah memperingatkan agar Jack jangan terlibat lebih dari hubungan kerja dengan Susie. Tapi, dimulai pada pesta Tahun Baru yang tidak dihadiri Frank -- karena harus pulang mendadak -- Jack makin merasakan lagi bahwa ia benar-benar tidak cocok dengan dunia musik pengantar orang berdansa. Ia pianis jempolan yang memerlukan kesempatan lain. Adegan cinta Susie dan Jack -- yang sempat terulur-ulur -- ditampilkan dengan bagus oleh sutradara. Dalam sisa-sisa pesta Tahun Baru, Susie berceloteh makin menghampiri Jack yang tampak tenggelam ke dalam dunianya yang membeku. Tetapi, ketika wanita itu mengeluh tentang rasa pegal, Jack mulai cair, ia keluar dari kurungannya, lalu menyentuh. Hubungan seksual yang kemudian terjadi tidak hanya sekadar pelampiasan nafsu binatang. Tetapi, peristiwa yang secara emosional disokong oleh para penonton. Menarik. Tak lama kemudian, Susie memergoki Jack bersama beberapa musisi hitam bermain dengan intens di sebuah bar kecil. Ia pun berusaha menyadarkan Jack untuk melihat kenyataan bahwa selama itu Jack hanya mengikutkan kakaknya. Ia membohongi dirinya sendiri. Jack marah, lantas memaki Susie sebagai pelacur yang seharusnya tak pantas berfilsafat. Tapi, "Setidak -tidaknya kakak gue tidak pernah jadi germo gue sendiri," jawab Susie. Kemudian Susie pergi, tapi Jack dan Frank pun tak bisa lagi bersatu. Mereka berantam, lalu menempuh jalan sendiri. Selanjutnya dapat ditebak, Jack mengunjungi Susie yang juga hanya menyanyi untuk iklan untuk melewatkan waktunya. Tapi, ini bukan kisah cinta romantis yang berakhir dengan peluk dan cium. Kedua penghuni kota itu saling meneruskan perjalanan, kendati mereka yakin bahwa segera akan bertemu lagi. Film ini memberondong penonton dengan rasa humor yang getir. Kita melihat manusia-manusia kota yang tidak utuh lagi, namun nyata. Tidak banyak dijelaskan siapa Susie, yang tiba-tiba muncul dengan tingkahnya yang cuek dan pahit. Juga tak banyak ditampilkan masa lalu dua bersaudara Baker berikut lingkungan keluarga mereka kini. Kita hanya tahu dari omongan-omongan mereka bahwa Frank memiliki keluarga yang tinggal di sebuah real estate. Jack sudah berpisah dengan istrinya, dan anak perempuannya sekali-sekali nongol. Sedangkan Susie sudah banyak makan garam dunia showbis -- baca: lelaki. Tetapi, penampilan sosok-sosok, khususnya Susie oleh Michelle Pfeiffer dan Jack oleh Jeff Bridges membuat tokoh itu hadir lengkap. Skenario telah memaket cerita dengan efisien. Ini adalah sebuah balada kehidupan orang kota -- yang diceritakan oleh orang yang mengenal kehidupan manusia-manusia kota. Di balik sepak terjang yang keras dan kasar, diam-diam kita merasakan luka dan tangis dari penulisnya tentang manusia yang tak sempurna. Buat saya, ini adalah kisah pahit yang diceritakan dengan lucu oleh orang yang sudah jenuh pada kepahitan. Frank yang tak banyak omong, adalah wajah orang kota yang diam karena menahan luka. Ia bisa begitu sayang pada anjingnya, tapi bisa kalap terhadap anaknya sendiri di satu saat yang lain. Bukan karena tak cinta, tetapi justru karena kecewa pada diri sendiri, kenapa ia tak mampu merawat anaknya itu. Ternyata, hubungan kekerabatan bukannya hilang di hati manusia kota, tetapi memang menjadi menipis karena manusianya tak berdaya untuk memikulnya. Di balik kekasaran dan kekerasan kota, kita menemukan jiwa yang rapuh. Mengharukan sekali ketika Jack naik ke atap rumah, menemui putrinya yang habis ia semprot. Anak itu duduk termenung, tidak protes atau salah mengerti, sebagaimana biasanya anak -anak Amerika. Ia sadar pada keadaan keluarganya yang tak memungkinkan ia memberikan reaksi yang lengkap sebagai manusia yang normal. Ia hanya mengeras mencoba melentingkan kembali peristiwa yang tak enak itu. Bahkan, kemudian menegur ayahnya, "Kau pasti sedang mengalami peristiwa yang sulit Jack," yang membuat Jack trenyuh. Ia memegang tangan anaknya, kemudian berjanji akan mengajarinya main piano. Jeff Bridges telah memainkan 20okohnya dengan tekun dan intens. Michelle Pfeiffer juga memesonakan. Bintang cantik ini makin lama makin memukau, karena total dan matang. Kecantikan tidak lagi menjadi beban, sebagaimana umumnya para "bintang". Ia sudah mengendap. Kehadirannya di sini setaraf dengan permainan Jessica Lange di dalam Music Box. Kalau ia dikalahkan oleh Jessica Tandy di dalam Driving Miss Daisy, barangkali karena porsi perannya dan juga ketuaan alamiah Tandy yang amat membantu bintang tua itu muncul prima. The Fabolous Baker Boys tak meraih Oscar, tetapi mendapat hadiah Golden Globe. Hadiah yang pantas buat sketsa manusia kota yang memikat dan mengharukan. Putu Wijaya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus