Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia memecah kebekuan, memberikan kehangatan, mengembalikan senyum, dan menciptakan perbincangan. Perjalanan Bobo Gajahmada ke tiga kota di tiga negara Eropa, yakni Amsterdam, Brussels, dan Paris, memberi warna tersendiri. Bobo tak lain adalah seekor anjing ras pemburu dengan kaki yang pendek berbulu putih dan cokelat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bobo adalah seekor anjing yang cerdas, juga mempunyai penciuman yang tajam. Telinganya panjang menjuntai dan matanya sayu. Ia binatang kesayangan keluarga Irma Lengkong Mikkonen yang tinggal di London, Inggris. "Biasanya kalau hanya saya dan suami yang jalan, ya biasa saja. Orang-orang cuek. Tapi begitu saya jalan dengan Bobo, ada yang berhenti menyapa, menyentuh, atau membelai Bobo," ujar Irma Lengkong kepada pers di Grand Kemang Hotel, Jumat lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Irma menuliskan perjalanannya bersama Bobo dalam buku berjudul Bobo: The Travelling Hound. Pelukis Hanafi kemudian mewarnai buku itu dengan lukisan berbagai ekspresi Bobo. Buku yang diterbitkan Afterhours Books tersebut diluncurkan bersamaan dengan pembukaan pameran lukisan Hanafi di Grand Kemang Hotel pada 25 Januari. Pamerannya sendiri berlangsung hingga 3 Februari 2019.
Gambaran sosok Bobo terlihat jelas dalam lukisan Hanafi di kanvas, kertas, dan mural. Pandangan mata Bobo mampu meluluhkan siapa saja yang melihatnya. Ada saat Hanafi membekukan Bobo dari belakang agak menyamping, menonjolkan moncong dan telinganya yang panjang. Ada pula sosok Bobo sedang berdiri tegak menatap ke depan dengan latar warna kehijauan.
Perjalanan Bobo dimulai dari mural di bidang dinding setelah pintu utama. Bidang dinding itu penuh dengan warna pastel. Pengunjung bisa menemukan bangunan-bangunan klasik khas Eropa. Bobo terlihat duduk dengan mata lurus ke depan, memandang bangunan megah itu. Hanafi memberi efek seperti cermin sehingga bangunan tersebut terpantulkan di lapangan yang basah bekas hujan atau es yang mencair. Ada leleran-leleran cat yang dibiarkan mengalir ke bawah, khas Hanafi.
Berbeda dengan mural yang seolah-olah memperlihatkan identitas lokasi perjalanan Bobo, pada lukisan di kanvas atau kertas tak muncul Bobo dengan latar yang memberi penanda saat dia di Paris, atau di Brussels, atau sedang berjalan-jalan di kanal-kanal di Amsterdam.
Hanafi tak hanya melukis Bobo secara utuh, dia juga mengambil angle atau perspektif tertentu. Ada sepasang kaki bercakar Bobo, ada tulang plastik yang tak disukai Bobo. Ada juga wajah Bobo, sketsa pembungkus moncong si Bobo, atau sekadar buntutnya yang panjang. Lihatlah ketika Hanafi membekukan momen Bobo menunggu di bawah jendela dengan tulisan "Menunggu Ibu", yang dilukis dalam sketsa dengan tinta dalam medium kertas.
Hanafi pun menyuguhkan instalasi tiga lukisan Bobo dengan mata sayunya dan penutup moncong yang dipajang di dinding. Di sela-sela puluhan penutup itu terdapat tulisan KISS. Pada instalasi lain, terdapat beberapa lukisan dan reproduksi lukisan paspor Bobo dalam ukuran kecil dan medium kertas yang berbeda. Sebagian karyanya dikerjakan di perjalanan bersama Irma dan Bobo, sebagian dikerjakan sepulang dari Eropa. Satu hal yang menarik, karya Hanafi yang biasanya abstrak menjadi cenderung realistis.
Irma memilih Hanafi untuk membuat lukisan Bobo dalam buku itu karena dia mengenal Hanafi dan karya-karyanya sejak 1999. "Saya fan berat dan senang sekali dengan gaya abstrak dan permainan warnanya," ujar Irma. Karena itulah dia ingin Hanafi terlibat lebih dalam lagi. "Saya ingin sekali Mas Hanafi mentransfer Bobo ke kanvas menggunakan style dan energinya," kata pebisnis dan pengajar di bidang finansial ini.
Irma seorang pencinta traveling. Ia semula bepergian bersama keluarganya. Namun kesibukan anak-anak dan suaminya membuat mereka susah bepergian bersama lagi. Hingga tebersitlah ide bepergian bersama Bobo, yang merupakan hadiah dari sang suami. Awalnya mereka hanya bepergian di sekitar London. Irma kemudian membawa Bobo menyusuri jalan yang lebih panjang ke beberapa negara Eropa. Ia pun sampai membuatkan paspor untuk Bobo.
Di tiga negara ini Irma mendapatkan pengalaman dan interaksi berbeda, menemukan artefak dan arsip bagaimana perkawanan anjing dan manusia sejak lampau hingga kini. Di tiga negara tersebut ditemukan anjing yang bersahabat erat dengan manusia. Contohnya di Belgia, ada kisah Tintin dan Snowy atau Milo. Di negara-negara itu seekor anjing mendapat tempat di angkutan publik, restoran, dan tempat lain. Fasilitas yang jarang ditemukan di negara-negara lain.
DIAN YULIASTUTI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo