Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Sinyal Pasar: Musibah Bursa dan Sentimen Pasar

AMBRUKNYA koridor gantung lantai dua di Bursa Efek Indonesia, yang melukai 77 pengunjung, sempat menghentikan perdagangan saham pada Senin pekan lalu.

21 Januari 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AMBRUKNYA koridor gantung lantai dua di Bursa Efek Indonesia, yang melukai 77 pengunjung, sempat menghentikan perdagangan saham pada Senin pekan lalu. Namun gangguan ini hanya bersifat sementara. Sentimen positif pasar cepat pulih kembali. Ini terlihat dari tren indeks harga saham gabungan (IHSG) yang terus menanjak sejak akhir tahun lalu, dan pada hari yang nahas itu ditutup di level 6.382. Indeks terus naik ke tingkat 6.430 keesokan harinya.

Di luar perkiraan, aliran dana asing, yang tadinya diperkirakan hengkang dari pasar kita dengan naiknya suku bunga dolar Amerika Serikat, malah sebaliknya lebih deras masuk mengangkat pasar modal kita. Akibatnya, nilai rupiah, yang pada akhir 2017 berada di tingkat 13.600 per dolar Amerika Serikat, saat ini menguat ke level 13.300.

Pelaku pasar mensinyalir melemahnya dolar Amerika Serikat terhadap beberapa mata uang dunia sebagai alasan menguatnya nilai rupiah. Mereka memperkirakan Bank Sentral Eropa, Bank of Japan, dan Bank of China akan secara perlahan menaikkan suku bunga masing-masing. Ini akan mendorong orang menukar dolar Amerika Serikat ke mata uang euro, yen, atau yuan. Di sisi lain, nilai saham di bursa Amerika Serikat sudah dianggap mahal sehingga potensi harga saham naik menjadi terbatas.

Alasan lain adalah antisipasi beberapa pemain pasar bahwa lembaga pemeringkat asing, seperti Moody's dan S&P, sebentar lagi akan menaikkan peringkat Indonesia mengikuti langkah Fitch yang menaikkan peringkat Indonesia satu tingkat ke BBB, akhir tahun lalu. Dengan menguatnya rupiah, pembayaran impor bahan bakar minyak pemerintah menjadi lebih ringan. Apalagi mengingat harga minyak dunia yang cenderung naik tahun ini.

Arus dan jumlah dana asing yang masuk ternyata cukup deras. Pada lelang obligasi pemerintah awal tahun ini ternyata penawaran yang masuk mencapai Rp 86 triliun untuk obligasi konvensional dan Rp 32 triliun untuk obligasi syariah. Ini hampir dua kali dari biasanya. Pemerintah mengambil kesempatan yang bagus ini untuk menerbitkan obligasi sebanyak mungkin di awal tahun (front-loading). Sampai pekan lalu, pemerintah sudah berhasil memperoleh Rp 92,7 triliun atau 22 persen dari kebutuhan pinjaman tahun ini. Dengan minat investor asing yang cukup tinggi, tingkat kepemilikan asing dari obligasi pemerintah naik ke angka 40,6 persen.

Perusahaan badan usaha milik negara juga cukup aktif mencari pendanaan awal tahun. Wijaya Karya sedang sibuk melakukan road show untuk mencari pembeli dari penerbitan obligasi dalam mata uang rupiah (Komodo Bond), senilai US$ 400 juta, yang akan dicatat di bursa London. Selain itu, ada lima BUMN yang sedang antre melakukan penawaran umum perdana (IPO) saham tahun ini, yaitu PT PP Energi, PT Adhi Persada Gedung, PT Wijaya Karya Realty, PT Indonesia Kendaraan Terminal, dan PT Pelabuhan Tanjung Priok.

Ada dua hal yang bisa dipetik. Musibah di Bursa Efek Indonesia mengingatkan kita akan pentingnya monitoring berkala untuk menjaga kelayakan dan keamanan operasional gedung serta infrastruktur vital. Adapun menguatnya IHSG dan rupiah seharusnya juga mengingatkan kita bahwa tren yang membaik ini bisa saja berbalik arah. Memang kebanyakan analis menilai penguatan rupiah sekarang sebagai tren sementara. Mereka memperkirakan nilai rupiah tahun ini akan melemah di tingkat 13.500-13.600 per dolar Amerika Serikat, tidak jauh dari penutupan nilai tahun sebelumnya.

Manggi Habir - Kontributor Tempo

Kurs
Pembukaan 12 Januari 201813.362
Rp per US$ 13.331
12 Januari 2017

IHSG
Pembukaan 12Januari 2018 6.391
6.483
Pembukaan 19 Januari 2018

Inflasi
Bulan sebelumnya3,3%
3,61%
Desember 2017 YoY

BI 7-Day Repo Rate
4,25%
14 November 2017

Cadangan Devisa
30 November 2017 US$ 125,967 miliar
Miliar US$130,196
29 Desember 2017

Pertumbuhan PDB
20175,05%
5,4%
Target 2018

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus