Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Konspirasi Da Vinci

22 Mei 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Franz Magnis-Suseno SJ

  • Rohaniwan, guru besar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara

    Sebentar lagi film The Da Vinci Code akan masuk ke bioskop-bioskop. Tak mengheran-kan kalau di umat Katolik ada yang menjadi bi-ngung: mengajukan protes dengan suara keras atau cuek saja? Hanya umat Islamkah yang boleh memprotes apabila agama mereka dihina? Apa-kah orang kristiani mau diam saja di hadapan akumu-lasi bohong dalam The Da Vinci Code?

    Bohong? Itulah kelicikan Dan Brown, penulis buku The Da Vinci Code: ia tidak bohong. Ia menegaskan bah-wa ceritanya adalah fiksi. Tetapi sekaligus pembaca, dan sebentar lagi penonton, mesti mendapat ke-san- bahwa semua fantasi itu ”a matter of historical record” (fakta sejarah)!

    Dan fiksi yang diceritakan sebagai ”fakta” itu memang tidak tanggung-tanggung. The holy grail, cawan yang menurut legenda pernah menampung darah dari luka-luka Yesus di salib, sebenarnya tak lain rahim Maria Magdalena sendiri, murid perempuan yang paling dekat dengan Yesus! Wow! Dan ada sebuah Priory of Sion yang menjaga ”bukti-bukti rahasia” itu, yang kalau ditemukan, akan ”membongkar dasar-dasar teologi Kristen tentang Yesus” (Adian Husaini dalam Republika)! ”Bukti-bukti” itu akan memperlihatkan bahwa agama kristiani berdasarkan ”the greatest cover-up in human history” (penipuan terbesar dalam sejarah umat manusia). Kita membaca bahwa sejak seribu tahun Gereja mencoba membunuh para keturunan Yesus, dan sekian cerita horor lain lagi yang entah isapan jempol Brown, entah distorsi kasar fakta sejarah yang sebenarnya.

    Yang kurang sedap betul adalah tuduhan—yang pa-da akhir bukunya memang ditarik kembali, tetapi- a-pakah pembaca memperhatikannya?—bahwa Opus De-i (sebuah organisasi orang-orang Katolik bia-sa yang berusaha untuk membawa semangat Yesus ke- tempat kerja mereka masing-masing) bersedia melakukan pembunuhan untuk memperoleh bukti-buk-ti itu.

    ”Fakta-fakta” fiksi Dan Brown itu sekarang sudah banyak dibongkar—baca misalnya ”Secrets of the Code. The Unauthorised Guide to the Mysteries Behind The Da Vinci Code”, yang diedit oleh Dan Burstein (London, Weidenfels & Nicolson, 2004). Misalnya:

    • ”Dokumen” tentang The Priory of Sion ternyata ketikan mesin ketik yang diperkirakan ditulis 1956 (!) oleh Pierre Plantard yang mengangkat diri sen-diri menjadi grand-master-nya dan yang tidak pernah mengklaim bahwa priory itu ada kaitan apa pun de-ngan the holy grail.
    • Begitu pula tak ada hubungan antara tarekat Templar, di abad ke-12 dan ke-13, dan the holy grail.
    • Bahwa Maria Magdalena adalah istri atau selir Yesus tak mempunyai bukti historis apa pun dan juga tidak dikatakan dalam ”injil Maria Magdalena”. Dan kisah bahwa Magdalena kemudian pergi ke Prancis Selatan baru muncul sebagai legenda di abad ke-11, jadi seribu tahun sesudah wafatnya.
    • Tak pernah ada legenda bahwa Maria Magdalena mem-punyai anak dari Yesus dan raja-raja Merowing pun tak pernah mengklaim diri sebagai keturunan-nya-.
    • Perjanjian Baru tak punya kaitan apa pun dengan kaisar Konstantin dan Yesus sudah dipercayai sebagai Tuhan dan Putera Allah jauh sebelum Konsili Nikea.
    • ”Injil-injil” yang disebut Dan Brown, ”Injil Philipus” dan ”Injil Maria Magdalena”, bukan injil dalam arti kisah hidup Yesus, melainkan kumpulan ajaran esoteris Gnosis, sebuah aliran di abad kedua dan ketiga Masehi yang menyangkal bahwa Yesus menebus para pendosa; menurut mereka, Yesus membawa gnosis, pengetahuan rahasia, yang hanya bagi mereka yang terpilih. Gereja purba memang menolak ajaran itu dan dengan cukup alasan.
    • Dalam ”injil-injil” gnostik itu tak ada sepatah kata tentang the holy grail maupun bahwa Yesus mempunyai anak. Kalau dalam ”injil Philipus” ditu-lis bahwa Yesus ”mencintai Maria Magdalena lebih daripada semua murid lain dan suka mencium mulutnya,” maksudnya bukan seksual—gnosis justru menolak seksualitas—melainkan untuk merelatifkan Gereja dan para rasul Yesus dan mengangkat Magdalena menjadi tokoh gnosis.
    • Juga spekulasi beberapa teolog feminis, yang diangkat Brown, bahwa bangsa Israel pernah me-nyem-bah Allah perempuan, Shekinah, di samping Yahweh, Allah laki-laki, tidak mempunyai dasar historis dalam Perjanjian Lama.

    Lalu kami umat kristiani harus bagaimana? Ma-rah-marah, unjuk rasa besar-besaran, membakar bioskop, memfatwa mati Dan Brown dan memboikot Hollywood?

    Uskup-uskup El Salvator baru saja mengajak umat agar memboikot film The Da Vinci Code. Saya kira, wajar itu. Dan Brown memang kurang ajar. Dan numpang tanya: apa dia akan berani menulis ”fiksi” senada tentang Nabi Muhammad atau Sang Buddha?

    Tetapi di lain tempat umat dan uskup-uskup te-nangtenang saja. Termasuk di Indonesia. Bahkan Opus Dei, daripada mengamuk, memanfaatkan The Da Vinci Code untuk memperkenalkan cita-cita me-reka yang sebenarnya. Gereja kiranya tidak akan runtuh karena kekurangajaran seorang Dan Brown.

    Saya sendiri jelas mau nonton The Da Vinci Code. Bukan hanya supaya dapat menjawab kalau orang tanya, melainkan karena saya mengantisipasi nikmat-nya menonton thriller itu. Saya kira, umat saya juga sudah keluar dari masa puber (atau dari masa badak: begitu ada sesuatu yang membuat marah, tanduk turun, buntut naik, mata kecil tapi tajam meng-ambil fokus, lalu tanpa terganggu oleh pikiran, menyerang lurus ke depan). Mereka bisa menikmati film yang bagus, sambil sedikit misuh-misuh (sehat bagi jiwa, lho!). Have a pleasant evening at your cinema!

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus