Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BASIC INSTINC 2: RISK ADDICTION Skenario: Leora Barish, Henry Bean Sutradara: Michael Caton Jones Pemain: Sharon Stone, David Morrissey, David Thewlis, Charlotte Rampling Produksi: Metro Goldwyn Meyer & United Artists
SEBUAH mobil mewah mem-belah Kota London pada malam hari. Sang pria sedang terbang ke nir-wana. Sang perempuan me-me-gang kemudi sembari menik-mati fantasi seksual. Jembatan diterabas. Byuur. Mobil nyemplung di sungai. -Ba-bak baru dibuka.
Inilah sekuel film Basic Instinc, sebuah film yang 14 tahun silam meng-ge-gerkan dunia dengan segala daya kejut-nya. Bukan hanya karena adegan Sha-ron Stone buka tutup selangkang-an tanpa mengenakan celana dalam, atau isu lesbianisme atau adegan-adegan seks yang tak berkesudahan saja, tetapi inilah thriller yang kemudian melahirkan ratusan epigon sesudah-nya.
Kenapa sampai mereka butuh 14 ta-hun- untuk membuat sebuah sekuel? Ba-nyak penyebab. Pergantian sutradara. Sulit mencari pemain pria sekelas Michael Douglas (dari Pierce Brosnan, Kurt Russel, Robert Downey Jr, hingga Benyamin Bratt yang semula dipi-lih kemudian batal dengan berbagai alasan). Kesuksesan film Basic Instinct memberikan otoritas Stone memi-lih lawan main.
Syahdan, novelis asal Amerika, Ca-therine Tramell, dituduh sebagai pe-nyebab kematian pemain bola Inggris-. Karya Tramell mengenai kisah pembunuhan sama persis dengan kejadian. Sementara bukti masih belum pasti atas peristiwa ini, jatuh beberapa korban dari lingkaran dekat ahli te-rapinya, Dr Michael Glass (Jim Morrisey).
Belum lagi tuntas, penulis majalah- gosip Adam Towers (Hugh Dancy) melayang tewas. Tudingan diarahkan kepada mantan istri Glass, Denise (Indira Varma), yang belakangan ikutan tewas. Pembuktian polisi mencari tersangka sebetulnya bukan topik utama film ini. Karakter Glass sebagai ahli te-rapi Tramell mencari tahu kondisi- psikologis pasien, berbeda dengan yang dilakukan Nick Currant (Michael Douglas), detektif San Francisco, mantan pecandu alkohol dalam sekuel sebelumnya. Di sini lagi-lagi Tramell sungguh mampu menjadi dalang peng-gerak pikiran orang lain, sekalipun Glass, ahli terapi jiwa yang sudah diperingatkan mentornya, Dr Milena Gardosh (Charlotte Rampling).
Berbeda dengan film sebelumnya, korban melayang dengan alat peme-cah- es, Basic Instinc 2 menampilkan korban-korban yang dihabisi dengan di-cekik dan disayat.
Casting memang menjadi problem- -be-sar. Pertama, Sharon Stone dianggap- tak tergantikan karena sudah iden-tik dengan Catherine Trammel. Pada usianya yang sudah menanjak 42 tahun, dia tampak menjadi aneh (entah- karena operasi atau botoks) karena kemulusan wajahnya tampak tidak alamiah. Aktingnya menjadi sebuah repetisi kejayaan masa lalu. Basi.
Problem kedua adalah Morrisey, yang tak mampu menyaingi kejalang-an Michael Douglas, seorang polisi yang toh akhirnya terjebak oleh tersangka.
Yang terakhir dan terpenting ada-lah ja-lan cerita. Sinergi Leora- Ba-rish (pe-nulis Desperately Seeking- Susan, 1985) dengan Henry Bean (Internal Af-fair) mungkin tak menghasilkan reaksi- sama dengan skenario Joe Eszterhas (Music Box, Bertrayed, dan Flashdance). Sebuah sekuel memang memiliki beban berat masa lalu. Karena- itu se-kuel lazimnya memang harus direnca-nakan, seperti The Godfather 1 dan 2.
Meski Caton-Jones dan Paul Ver-hoev-en mengandalkan lokasi elegan dan mewah Inggris dengan kostum bintang yang sangat gaya dengan so-rotan bangunan posmo yang eklektik, su-tradara ini tetap gagal menghadirkan suasana mencekam. Alurnya lambat dan jauh dari brutal, dan akhirnya lebih terasa sebagai film drama. Film Basic Instinct 1 menggebrak dengan alur cepat dan menghasilkan adegan-adegan yang mendebarkan.
Toh pada akhir cerita Caton me-nyisakan daya kejut. Tetapi itu semua tak banyak arti, setelah upaya me-ngejar kejayaan masa lalu yang serba ter-engah-engah.
Evieta Fadjar P.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo