Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Brick Mansions
Sutradara: Camille Delamarre
Skenario: Luc Besson, Bibi Naceri
Pemain: Paul Walker, David Belle, RZA, Gouchy Boy, Catalina Denis, Ayisha Issa, Richard Zeman
Produksi: EuropaCorp, Canal+
Kepergian bintang Fast and Furious, Paul Walker, masih menyisakan duka mendalam bagi para kerabat dan penggemarnya. Walker tewas setelah Porsche Carrera GT 2005 yang ditumpanginya meledak dan terbakar di Santa Clarita, California, Amerika Serikat, 30 November 2013. Kematian Walker membuat syuting film Fast and Furious 7, yang baru berjalan separuh jalan, terpaksa ditunda.
Penundaan itu sekaligus menyisakan pertanyaan: bagaimanakah nasib Brian O'Conner, tokoh dalam Fast and Furious yang selama ini begitu lekat dengan sosok aktor yang juga penggila balap mobil itu. Ternyata, di luar sekuel Fast and Furious, Walker meninggalkan satu warisan terakhir bagi para penggemarnya.
Ya, sebelum meninggal, Walker sempat menyelesaikan film laga berjudul Brick Mansions. Dalam film ini, dia menjadi detektif Damien Collier yang ditugasi menyelusup ke Brick Mansions, markas gembong narkoba Tremaine Alexander.
Brick Mansions merupakan daerah kumuh di Detroit, Amerika Serikat, yang sekelilingnya diberi benteng kokoh oleh pemerintah karena angka kriminalitasnya tinggi. Collier menyandang satu misi penting, yakni melumpuhkan senjata nuklir NAD milik pemerintah Detroit yang dibajak dan dikuasai Tremaine Alexander (diperankan rapper RZA). Agar misi berjalan mulus, Collier harus bekerja sama dengan seorang tahanan bernama Lino (diperankan aktor laga Prancis, David Belle), yang mengenali seluk-beluk di dalam Brick Mansions, tempat kelahirannya.
Disutradarai Camille Delamarre, yang sebelumnya menggarap Transporter 3 (2008) dan Taken 2 (2012), ramuan cerita yang disuguhkan Brick Mansions, sayangnya, tergolong biasa. Ada geng narkoba, aparat korup, polisi yang ingin membalas dendam, dan perempuan seksi sebagai bumbu penyedap. Selain punya "misi resmi", Collier ingin membalas dendam atas kematian ayahnya.
Sebagai film bergenre laga, tentu saja aksi adu jotos, kejar-kejaran mobil di jalan raya, ledakan, dan tembak-tembakan jadi santapan utama. Jangan bayangkan aksi kejar-kejaran mobil ala Fast and Furious. Di sini penonton bahkan bisa santai melahap popcorn tanpa tersedak. Tak mendebarkan sama sekali. Bahkan, meskipun berkali-kali menabrak, jatuh-bangun dihajar anggota geng, dan jadi sasaran tembak, kulit Paul Walker tetap bersih dan mulus.
Brick Mansions sesungguhnya daur ulang alias remake film Prancis, District 13, yang sempat mencetak hit pada 2004. Dari segi plot, setting, dan penokohan, film ini tak terlampau berbeda dengan film aslinya. Sayangnya, sebagai sutradara, Delamarre pun tak bisa berbicara banyak untuk memoles filmnya agar lebih berbobot daripada District 13. Ia lebih sibuk menampilkan adegan laga ketimbang mengawal plot agar tak berantakan dan mengabaikan logika.
Persoalan sosial, termasuk kehidupan warga Brick Mansions yang didominasi warga kulit hitam di luar geng narkoba, yang semestinya bisa digali, pun lewat begitu saja. Bahkan semua persoalan yang awalnya kelihatan rumit diselesaikan dengan begitu entengnya di menit-menit terakhir.
Mungkin satu-satunya yang menarik dari film ini adalah duet Paul Walker dan David Belle. Adegan pertarungan seni bela diri parkour yang sering dipamerkan Belle cukup segar. Para pencinta parkour pasti suka. Tapi Brick Mansions sama sekali tidak bisa menjadi pengobat rindu yang setara dengan Fast and Furious.
Nunuy Nurhayati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo