ADAKAH kembang yang berbunga di tanah tandus? Jawabannya adalah tergantung. Tergantung setinggi apa kita siap mendaki gunung, atau sejauh mana kita berani menyusuri padang pasir, untuk mencarinya. Inilah dilema yang puluhan tahun dihadapi wartawan foto Antara. Di beberapa media pers Jakarta, amplop cokelat Antara - berisi foto-foto pilihan - biasanya yang paling akhir dibuka dan dilihat redaksi. Ada 45 karya foto dipamerkan di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Pasar Baru, pekan ini. Mereka mencoba menyuguhkan wajah yang lain. Hasilnya mampu menghapus citra Antara sebagai kantor berita pegawai negeri. Tengok bidikan Ali Anwar. Fotografer senior Antara itu merekam Presiden Soeharto dan Perdana Menteri Australia yang baru, Paul Keating, mengawasi penandatanganan kerja-sama Menteri Luar Negeri Alatas dan Duta Besar Australia Phillip Flood. Sekilas, gambar ini tak jauh dari stereotip foto Antara. Tapi kehadiran PM Keating yang konon di luar kewajiban protokoler dan gayanya yang ikut-ikutan ngapu rancang -- berdiri sambil mengatup kedua belah tangan di depan seperti adat Jawa, sang tuan rumah -- sebenarnya menyimpan pesan penting dan lucu tentang realpolitik. Bukan mustahil seorang patriot akan menganggap foto ini bukti bahwa bangsa Indonesia adalah ''bangsa yang diakui''. Kejelian yang sama hadir dalam karya Audy Mirza Alwi. Memberi Makan -- tentang seorang ibu dan bayinya yang ikut protes di Balai Kota -- adalah pandangan segar tentang persoalan lama. Foto-foto tentang penggusuran belakangan ini semakin klise, tapi di mata fotojurnalis muda Antara itu penderitaan kembali memiliki wajah. Rakyat tertindas tak cuma tampil sebagai gerombolan orang-orang lugu yang ''ditunggangi''. Ia juga tampil dalam sosok ibu yang di tengah pertarungan masih sempat menyuapi bayinya. Nasi untuk sang anak adalah simbol perjuangan hari ini, sedangkan spanduk dengan kata-kata keras menjadi lambang perjuangan untuk hari esok. Soal takdir ini, wartawan Antara-lah yang paling hafal lika-likunya. Sejak pendiriannya, 1937, fotografer Antara selalu berada di garis terdepan perang kemerdekaan. Di Surabaya, misalnya, Abdul Wahab Saleh merekam peristiwa bersejarah perobekan bendera Belanda. Toh divisi foto mereka lebih banyak mengalami masa suram: ditutup pada tahun 1968 karena dianggap merugi, sebagian besar koleksi negatifnya dibakar habis oleh seorang letnan yang saat itu khusus ditugaskan membersihkan Antara dari PKI. Sejarah memang tidak ramah terhadap mereka yang kalah. Abdul Wahab sendiri terpaksa menjual hak cipta karyanya: di zaman revolusi dan kesulitan ekonomi, ini hal biasa. Sempat cuma menjadi penyalur foto kantor berita asing di awal Orde Baru, Antara kembali melakukan peliputan foto pada 1976. Saat itu ia sudah terlanjur identik dengan suara pemerintah. Tapi sejarah bukan cuma milik masa silam. Bagi angkatan muda Antara, sejarah adalah buku yang belum selesai ditulis. Dalam Menghalau si 'Bedes', misalnya, fotografer Oscar Motuloh menggambarkan besarnya risiko penghadangan kapal pesiar Lusitania yang menuju Timor Timur. Helikopter pengintai, kapal tempur, pasukan khusus: satu peluru nyasar sudah cukup menyeret Indonesia ke krisis internasional yang lebih besar daripada tragedi Dili. Mungkin karena itu pula tak ada adegan ''bunuh-membunuh'' dalam Serangan Fajar - eseifoto tentang latihan gabungan ABRI di Asembagus, Jawa Timur, November silam. Oscar lebih tertarik pada Marinir yang, usai latihan, menenteng tas Club Med bak seorang turis. Juga pada penjaja yang dagangannya habis diborong pasukan lapis baja yang lapar. Ketika meriam berhenti mengaum dan peleton tak lagi berlaga di depan kamera, orang berlaku seperti tak pernah terjadi apa-apa. Kehidupan, tutur gambar Oscar, selalu menang atas kematian. Maka pameran foto itu sendiri merupakan penegasan terhadap sebuah semangat hidup. Eseifoto Oscar dan pendirian satu-satunya galeri fotojurnalistik di Indonesia ini mencerminkan napas baru Antara. Bila lembaga berusia setengah abad itu ibarat gunung, maka Oscar dan kawan-kawan adalah Edelweiss yang tumbuh di atasnya. Yudhi Soerjoatmodjo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini