Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Menggiring Hantu ke Hollywood

Larisnya film Jelangkung membuka pintu bagi Rizal Mantovani dan Jose Purnomo melangkah ke Hollywood. Mereka menandatangani kesepakatan menggarap film di Hollywood.

2 Juni 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"So what is jelangkung?"

Pertanyaan ini meluncur dari Hollywood kepada duo sutradara Rizal Mantovani dan Jose Purnomo. Harap maklum. Sekitar 1,3 juta penonton Indonesia yang sudah menonton film ini mungkin cukup paham tentang boneka pemanggil arwah orang mati ini. Tetapi para eksekutif dari studio film besar macam Miramax, Universal, Disney, dan 21 Century Fox tentu saja terpana dan sungguh ingin tahu. Maka, pertanyaan itu kontan disemprotkan bulan April lalu saat dua sutradara dan produser eksekutif Erwin Arnada terbang ke Hollywood, membicarakan kemungkinan pembuatan ulang (remake) Jelangkung versi Amerika.

Jawaban Rizal, Jose, dan Erwin tak cuma membuat Hollywood mengenal jelangkung. Rizal Mantovani dan Jose Purnomo bahkan mendapatkan kesepakatan memproduksi film baru di Hollywood. "Ini development deal, artinya kesepakatan untuk mengembangkan cerita untuk dibuat film," kata Rizal. Rencananya, mereka berdua yang diminta menyutradarai sebuah film horor yang sementara ini bertajuk The Well (sumur). Yang menarik, calon produser mereka adalah Michael Bay, sutradara dan produser film laris seperti The Rock (1996), Armageddon (1998), dan Pearl Harbour (2001).

"Sampai sekarang saya sering mencubit diri sendiri, memastikan saya tidak sedang bermimpi," kata Rizal. Kesepakatan kerja dengan Hollywood semacam ini memang jarang terjadi. Pada tahun 1980-an, sineas Indonesia kerap menggandeng Hollywood. Hasilnya adalah serangkaian film laga dengan bintang jago kungfu impor Cindy Rothrock. Ayu Azhari pernah ikutan main film Hollywood bersama Frank Zagarino. Adalah Rizal dan Jose yang pertama kali menjadi sutradara (Indonesia) dari sebuah produksi film Hollywood.

Ini berawal dari ketertarikan Roy Lee dari Dimensions, anak perusahaan Miramax, atas berita suksesnya Jelangkung. Terjalinlah kontak via telepon dan email. Awal Maret silam, Rizal, Jose, dan Erwin terbang ke AS untuk mengurus kontrak dengan manajer, pengacara, dan agensi setempat yang akan menjadi wakil mereka di sana, yaitu Brian Lutz dari Media Chase sebagai manajer, dan William Morris Agency sebagai agensi. William Morris Agency ini adalah agen yang menangani Harrison Ford dan Mel Gibson.

Setelah menentukan strategi komunikasi, Brian Lutz gencar mengirim skenario dan contoh film Jelangkung ke berbagai studio besar di Hollywood. Responsnya positif. Para wakil studio besar tertarik untuk mendengar langsung gagasan dua sineas ini. Brian Lutz menyiapkan jadwal dan meminta Erwin, Jose, dan Rizal datang lagi ke Amerika. "Dalam satu hari, kita bisa lima kali mengadakan pertemuan dengan pihak studio Hollywood," tutur Erwin Arnada, produser dan film publicist dari Winmark Film.

"Selama di sana, gue ngebacot aja. Nothing to lose, man!" kata Rizal tertawa. Bersama Jose dan Erwin, ia menjual konsep "horor eksotis asli Indonesia". Mereka sekaligus menjajakan ide-ide baru—namanya juga usaha. Ternyata ini justru membuat pihak Hollywood terkesan. "Mereka tampaknya paham betul apa yang mereka lakukan dan punya visi jelas tentang apa yang ingin dilakukan," kata Brian Lutz terkesan, mengingat mereka datang dari negara tanpa industri film.

Kebetulan tema horor remaja sedang panen di Hollywood. Lihat saja Scream dan I Know What You Did Last Summer berikut sekuelnya yang laku keras. Nah, eksotisnya hantu Suster Ngesot dan seramnya Angker Batu yang dibawa Jose dan Rizal klop dengan tren Hollywood sekarang.

Brian Lutz menilai konsep Jose dan Rizal menawarkan cara pandang baru. Selama ini, horor Hollywood dihiasi makhluk aneh (creature) yang membawa belati yang siap menyerang. Karena itu, genre horor macam ini dikenal juga sebagai slasher movies (film yang penuh adegan tebas-menebas). Menurut Brian Lutz, "Mereka menyempurnakannya ke tingkat yang lebih baik." Apa pasal? Dedemit ala Jelangkung tak jelas bentuk rupanya. Akibatnya, kengerian justru terasa sampai ke sumsum. Lucunya, Rizal sendiri mengaku, "Sebetulnya pendekatan seperti ini diambil dari Hollywood."

Jadi, kapan produksi film baru ini dimulai? "Januari atau Februari tahun depan," kata Brian Lutz. Rizal sendiri memilih menjawab hati-hati, "Belum pasti kapan, apa pun bisa terjadi." Toh, setidaknya Rizal, Jose, dan Erwin telah berkesempatan menilik isi perut pabrik film bernama Hollywood. "Minimal gue udah bersalaman sama Michael Bay," kata Rizal terbahak.

Gita Widya Laksmini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus