Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Sang Laba-Laba yang Klise

Setelah 40 tahun, komik Spider-Man merayap ke layar perak. Langsung menjadi box office di Amerika. Memecahkan rekor penonton terbanyak.

2 Juni 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SPIDER-MAN
Sutradara :Sam Raimi
Skenario :Alvin Sargent, David Koepp
Pemain :Tobey Maguire, Kirsten Dunst, Willem Dafoe
Produksi :Columbia Pictures

setelah 10 menit pertama menatap layar, Anda sudah bisa menebak. Ini bukan sebuah kota antah berantah model Gotham City atau Metropolitan. Ini bukan sebuah rekaan dalam dunia Batman atau Superman. Yang tampil di layar adalah sebuah Kota New York yang biasa. Yang sibuk dan tak pernah mati. Sepuluh menit kedua, kita akan tahu film ini bakal dibumbui romantisme percintaan. Peter Parker, seorang pelajar SMA di Queen, Manhattan, secara kebetulan digigit laba-laba eksperimen radioaktif laboratorium. Anak muda yatim piatu yang terpincut tetangga sebelah bernama Mary Jane atau M.J. itu tiba-tiba memiliki kekuatan aneh.

Selebihnya bisa ditebak. Parker bisa menjelma menjadi Spider-Man, manusia laba-laba yang memiliki kekuatan gaib. Komik karya Stan Lee dan Steve Ditko ini meluncur pada 15 Agustus 1962 untuk pertama kalinya oleh Penerbit Marvel. Marvel ingin menekankan bahwa Spider-Man adalah sejarah baru dalam dunia superhero. Tokohnya berasal dari kalangan manusia biasa. Peter Parker bukan Clark Kent (Superman)—seorang manusia keturunan Planet Krypton. Parker juga bukan seorang Bruce Wayne (Batman), miliuner yang ingin jadi kelelawar. Parker hanya seorang pemuda pemalu yang datang dari keluarga biasa. Seorang remaja yang bingung dan sibuk mencari diri. Semua orang bisa mengidentifikasi Parker. Suatu hari, dia memiliki kekuatan lalu merancang sendiri kostum heronya.

Serial Spider-Man cukup akrab dengan pembaca komik kita. Itu lantaran komikus kita pernah menciptakan epigon-epigonnya. Kus Branina, komikus Bandung, misalnya, pernah menerbitkan serial Laba-Laba Merah atau Laba-Laba Mirah (perempuan). Adaptasi Sunda lain adalah Kawa Hijau dan Lamaut. Serial Spider-Man asli karya Stan Lee dan Steve Ditko sendiri, misalnya, pernah diterjemahkan dan dimuat bersambung di Suara Merdeka Minggu, Semarang, tahun 1980-an.

Dalam kisah-kisah epigon versi Indonesia itu, asal-usul kekuatan sang laba-laba tak jelas, tapi dalam film—seperti juga komik aslinya—kepada kita disodorkan bagaimana Peter Parker (Tobey Maguire) terkejut melihat tangannya yang mampu menarik benda-benda dari kejauhan. Yang akan terjadi, tangannya mengeluarkan semacam perekat yang membuatnya bisa merayap di dinding. Maka, dengan kemampuan seperti itu, film ini menampilkan adegan paling menarik saat Spider-Man bergelantungan di pencakar langit mengejar mobil.

Dalam versi komik, visualisasi seperti itu tak akan mampu muncul. (Apalagi laba-laba versi Indonesia yang memilih seting Bandung yang tidak memiliki gedung skycrapper setinggi gedung NewYork). Dalam film, tangan Spider-Man menyemprotkan jaring benang ke puncak-puncak gedung, lalu berayun-ayun bak Tarzan. Meskipun tak bisa terbang, dengan cara itu ia memiliki kecepatan luar biasa. Sayangnya, efek khusus dalam film ini menampilkan adegan tersebut bak adegan di video game. Lentingan sang laba-laba dari satu gedung ke gedung lain hanya sebagai permainan komputer. Efek khusus tak bisa mencapai efek seperti dalam film silat Crouching Tiger Hidden Dragon, yang menyajikan sebuah "adegan terbang" dan melenting yang alamiah seperti melawan gravitasi.

Selain itu, sutradara tak bisa mempertahankan segi realisme cerita. Penduduk Kota New York tak tampak terkejut saat Spider-Man bergelantungan membuat heboh kota. Munculnya Green Goblin, musuh Spider-Man, semakin menyebabkan semakin kartunik. Kostum sosok ini berbentuk reptil zirah besi. Ia terbang mengenakan piringan jet. Hanya anak-anak yang akan merasa takut dengan adegan ini, sementara penonton dewasa akan geli sendiri. Green Goblin (William Dafoe) adalah ilmuwan berkepribadian ganda ibarat sosok dual Dr. Jeckyl dan Mr. Hyde dalam novel karya Robert L. Stevenson itu. Ia hanya salah satu dari musuh Spider-Man. Musuh lainnya adalah Kingpin, Vulture, Electro, Sandman, Mysterio, Dr. Octopus, Kraven the Hunter, Scorpion, Rhino, Venom, dan Carnage. Mereka mungkin akan kita jumpai pada episode berikutnya, karena sukses komersial film ini pasti akan melahirkan sekuel.

Sesungguhnya Green Goblin baru muncul di komik dua tahun setelah kelahiran Spider-Man. M.J. baru muncul Juni 1965. Dalam film, semua itu digabung. Green Goblin adalah Norman Osborn, ayah Harry Osborn. Adapun M.J. (Kirsten Durst), perempuan yang dilirik Spider-Man, adalah pacar Harry Osborn. Sebuah rangkaian yang klise, karena sudah ketahuan akhirnya. Apalagi ketika M.J. ditampilkan hendak jatuh dari ketinggian, tapi kemudian diselamatkan Spider-Man. Aduh, Mak! Sebuah hiburan yang dangkal.

Lalu kenapa majalah terkemuka Time memberikan porsi begitu besar untuk film ini, bahkan menjadikannya sebagai sampul muka? Apalagi majalah ini juga tidak menyinggung Steve Ditko—kreator Spider-Man—yang konon tidak pernah menerima royalti Spider-Man, lantaran selama ini dianggap hanya ko-kreator dari Stan Lee.

Bila Spider-Man di adegan penutup dilihatkan termangu nongkrong di atas Empire State Building berpegang pada tiang bendera AS, itu bukan ingin merenungi nasib sial penciptanya. Seperti dalam film Superman, sang pembasmi kejahatan hanya ingin menunjukkan kebanggaan Star and Stripes. Klise, Bung!

Seno Joko Suyono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus