Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BETTY La Fea berbicara dalam bahasa Melayu atau Indonesia. Indonesia sebenarnya negara kepulauan nun jauh di seberang lautan. Tapi Federico Gaitan, 43 tahun, si penulis skrip Betty La Fea, tahu: Betty telah menaklukkan hati pemirsa televisi di Indonesia.
Kini, berkat Betty, nama Gaitan melambung. Dia lebih dari sekadar penulis skrip telenovela. Orang membubuhkan predikat “pendobrak formula baku telenovela” di belakang namanya. Dia kerap diundang seminar di berbagai universitas di luar negeri. Media massa antre mewawancarainya, bahkan para feminis memujinya sebagai pengungkap masalah laten tentang kecantikan. “Saya yakin, dari 10 wanita hanya satu yang cantik dan percaya diri,” tutur penulis yang di Kolombia telah dinobatkan sebagai penulis skenario terbaik itu.
Gaitan sederhana, tapi besar jasanya. Karena Gaitan, telenovela Kolombia mulai dilirik dunia. Dia pernah belajar sinematografi di Rusia selama 14 tahun, dan kini mencetak beberapa sukses termasuk Betty dan Cafe Con Aroma de Mujer yang ditonton di lebih dari 60 negara. Sambil menghisap rokok Marlboro, Gaitan menerima wartawan TEMPO Endah W.S. di ruang kerjanya di RECN, Bogota. Berikut petikan wawancaranya.
Baik, kita awali ini dengan penggalan sejarah. Benarkah telenovela dimulai dari sandiwara radio?
Kurang lebih begitu. Di sini era televisi sendiri baru mulai pada 1953. Dan cerita drama bersambung memang awalnya tumbuh di radio. Lalu itu dibawa ke televisi oleh orang radio. Formatnya hampir sama. Karena di radio hanya bercerita di mikrofon, mereka lalu bekerja sama dengan orang teater. Kedua teknik digabungkan. Sebenarnya era itu kami belum bisa menyebutnya sebagai telenovela, karena lebih ke cerita drama yang ditayangkan secara langsung di televisi. Saya tidak ingat apa yang pertama, tapi cerita drama itu kalau tidak salah adalah adaptasi dari karya sastra Kafka, judulnya The Castle. Itu ditayangkan secara per satu seri, live. Bisa Anda bayangkan, itu semacam pentas teater yang ditayangkan langsung. Jadi, bila seseorang berbuat salah, semua penonton bisa melihatnya. Lainnya, pokoknya cerita-cerita klasik atau tales story.
Lalu bagaimana dia berkembang menjadi seperti sekarang?
Di Kolombia, hal itu berlangsung puluhan tahun, kurang lebih sampai akhir tahun 70-an. Sampai akhirnya di sini terjadi krisis, yang melanda juga pertelevisian. Ini berlangsung hingga awal 1990-an. Pada era itu banyak sineas yang mengambil pendidikan film di luar negeri. Ada yang ke Cile. Saya sendiri pada masa itu sekolah sinematografi di Rusia selama 14 tahun. Pemainnya banyak yang ke Kuba, ke San Antonio de Los Banos.
Setelah pendidikan itu, apa yang terjadi dengan telenovela di Kolombia?
Ilmu yang mereka peroleh bercampur dengan pengaruh telenevola negara Amerika Latin lainnya, yang saat itu jauh lebih maju. Ini memberikan identitas pada telenovela Kolombia. Anda bisa melihat sendiri, telenovela yang kami hasilkan agak sedikit berbeda dengan gaya Amerika Latin, sedikit unik. Itu semua saya pikir karena semua campuran tadi. Bahkan pada awal-awal pengembangan telenovela kami, pada awal tahun 90-an, beberapa penulis terkenal Kolombia seperti Gabriel Garcia Marquez membantu menulis skenario. (Marquez tahun 1990-an memberikan pelatihan penulisan skenario Latin di Sundance University, New York—Red.).
Apa tema dan judul telenovela yang ditulis Marquez?
Dia menulis skrip bertema La Magia de lo real (magic realism). Judulnya kurang lebih berarti “saat untuk mati”. Itu ditulis sekitar tahun 1993.
Apakah Marquez turut membentuk identitas telenovela Kolombia?
Marquez kurang lebih membuat telenovela di sini berkembang lebih kontemporer. Dia sendiri kan penggemar telenovela. Tapi begini, yang membedakan Kolombia adalah kita selalu mengangkat cerita dari keseharian kita. Telenovela kami yang pertama, Café con Aroma de Mujer (Wanita Beraroma Kopi). Ceritanya adalah tentang kehidupan kami di perkebunan kopi, yaitu tentang wanita pemetik kopi. Wanita ini diceritakan bisa melawan ketertindasannya, dengan berkelana ke Eropa. Dia berjuang bukan karena beruntung. Tentu saja tetap karena dengan mengangkat kebudayaan setempat. Sedangkan Meksiko atau Venezuela membuat telenovela yang ceritanya lebih berbicara tantang masalah teritori mereka saja. Kenyataanya, pada saat yang sama, saat kami jual ke luar Kolombia, Café justru diterima secara internasional. Mungkin karena bicara tentang perlawnan kelas proletar tadi. Terjual sangat lumayan, sekitar 60 negara yang menayangkannya.
Jadi, apa sebenarnya perbedaan telenovela Kolombia dengan Amerika Latin umumya?
Secara umum sebenarnya sama. Tapi, kalau kita mulai dengan melihat akar bagaimana telenovela Latin lahir, itu diawali dari Kuba. Semuanya berawal dari revolusi di Kuba tahun 1959. Banyak penulis opera sabun lari ke Meksiko dan Venezuela. Di sanalah sebenarnya telenovela Amerika Latin pertama kali berkembang. Kenapa di Kolombia begitu lambat, kami sendiri kan baru mulai pada akhir tahun 1980-an. Itu karena kondisi politik Kolombia yang tidak memungkinkan mereka lari ke sini.
Tapi kok temanya seperti seragam, tema Cinderella?
Itu sudah menjadi struktur dasar telenovela. Cerita-cerita telenovela sendiri kan sebenarnya secara konseptual bergerak ke populer klasik. Kita selalu menjual kemiskinan, kemalangan. Dan mereka selalu ingin jadi kaya, terkenal. Tapi satu hal yang menyamakan juga adalah cara mereka menuju ke sana itu selalu penuh romantika. Dalam cerita telenovela selalu ditekankan menjadi kaya tidak penting tanpa cinta. Itu sudah menjadi standar. Standar lainnya yang juga selalu muncul adalah tentang pertentangan kelas, masalah rasial. Sering digambarkan yang kaya berambut pirang. Sedangkan si malang, misalnya, kalau tidak berambut hitam, dia kaum minoritas, Negro, Indian.
Namun Anda kemudian melanggar tema itu dengan Betty La Fea. Anda jenuh?
Sebenarnya tidak. Resepnya sama. Bedanya, kita mengangkat polarisasi masalah sosial antara Cinderella dan Ugly Duckling. Dan masalah Betty itu masalah yang sangat kental di Bogota, yang ternyata itu sebuah isu global yang sebenarnya terjadi di mana-mana. Saat Betty mulai diputar, isu itu sempat menjadi bahan diskusi di universitas-universitas. Saya sendiri sempat kaget, karena itu membuat saya harus melakukan wawancara lokal dan internasional.
Bagaimana Anda mengolahnya menjadi telenovela yang menggigit dan penuh komedi?
Pertama karakter utamanya haruslah perempuan. Sebagai tokoh utama dia harus teridentifikasi berbeda dengan perempuan lainnya. Ini resep telenovela baku, sebenarnya. Kalau tidak miskin, menderita, yang mimpinya naik ke derajat yang lebih tinggi. Tapi biasanya tokoh utama telenovela itu kan cantik, seperti ratu kecantikan. Tapi, di Betty La Fea, saya balik semua itu. Keharusan untuk cantik itu kan mutlak. Apalagi Anda tahu sendiri di Kolombia, wanitanya cantik-cantik sekali. Diet ketat, operasi plastik, pergi ke spa, ke gym, manicure, semua dijalani. Karena apa? Penampilan fisik yang menarik di sini adalah syarat utama untuk mendapat pekerjaan bagus, juga pergaulan. Di sini, hal itu berada di atas segalanya, mengalahkan inteligensia. Itu fakta di Kolombia. Contoh paling nyata begini. Di negara lain, saat kita melamar pekerjaan, pas foto hanya untuk melengkapi daftar riwayat hidup. Tapi di sini daftar itu tidak penting. Orang dapat dengan mudah diterima bila di pas foto dia kelihatan cantik dan menarik. Master lulusan Harvard sekalipun, jika dia tidak menarik, akan dibuang. Saya melihat celah itu, dan ternyata berhasil.
Tema yang Anda angkat itu kan sebenarnya sederhana. Apakah semua alur cerita sudah didapat sebelum telenovela dibuat, atau dibuat kejar tayang?
Idenya dibangun lengkap sebelum telenovela ini dibuat. Semuanya sudah selesai sebelum casting. Saya sudah membuat ending-nya bahwa Betty pada akhirnya akan berubah cantik. Naskah detailnya sendiri dibuat selama penayangan berlangsung (kejar tayang—Red.). Itu semua dilakukan hanya untuk menunggu reaksi masyarakat. Karena ceritanya sendiri kan melawan arus, dengan tokoh utamanya jelek. Saya menunggu saat yang tepat kapan mengganti penampilan Betty sesuai dengan yang diinginkan masyarakat, cantik dan pintar. Saya dihadapkan pada kenyataan, ada semacam penolakan dari masyarakat, karena mereka sudah jatuh hati pada Betty yang malang. Jadi saya harus menunggu agak lama untuk mengubah penampilan Betty.
Seberapa sukses Betty saat itu?
Ya, selain ditayangkan di Eropa, bahkan menjadi bahan diskusi di Amerika, kini memasuki tahun ketiga, Betty akan diproduksi lagi dengan tema yang sama. Sony Pictures, yang idenya pada saya, membuat sinematografi komedi tentang soal ini. Ini untuk dijual di India kalau tidak salah. Kami sendiri sangat diuntungkan oleh Betty, karena setelah Café boleh dikatakan kami tidak terlalu bisa menembus pasar dunia. Apalagi kalau kita mengingat Betty diproduksi dengan anggaran yang sangat murah. Sembilan puluh persen pengambilan gambar Betty, karena setingnya tentang dunia kerja, dibuat di studio, yang notabene kantor kita sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo