Ah, das ist Brecht V. effekt (Ah, itu pengaruh Brecht)," gumam seorang penonton.
Di panggung, sebuah layar besar terbentang. Bayang-bayang berkecamuk, susul-menyusul. Permainan bayang-bayang diikuti dengan permainan kembang-kempis layar. Teater Mandiri menggebrak Kampnagel, Hamburg, dengan pertunjukan Luka, sebuah adaptasi bebas dari
The Coffin is Too Big for the Hole karya dramawan Singapura, Kuo Pao Kun.
Sekitar 200 orang menikmati. Satu jam sebelum pertunjukan, penonton duduk-duduk di pelataran depan: merokok, minum bir, wine, dan memamah wurst (sosis). Inilah kehormatan bagi Teater Mandiri, yang membuka festival musim panas Lakoon tahun ini. Pada mulanya, Kampnagel adalah sebuah bangunan tua bekas gudang di permukiman kaum buruh Hamburg. Sepuluh tahun kemudian, atas inisiatif sekumpulan seniman—di antaranya Peter Brook— tempat ini kemudian difungsikan menjadi ajang festival. Nama Lakoon diambil dari legenda nama seorang pendeta Yunani yang dibunuh para dewa pada zaman Troya.
Festival kali ini bertema
"Geschichte und Gedächtnis im Zeitalter der Globalisierung" (Sejarah dan Memori di Era Globalisasi). Teater Mandiri menjadi pembuka acara. Menurut Hidenaga Otori, kurator festival yang juga pemimpin Kyoto Performing Arts Centre, ia memilih Teater Mandiri sebagai pembuka festival karena terpukau melihat pertunjukan Luka di Tokyo pada tahun 1998.
Naskah Kuo Pao Kun berkisah tentang seorang lelaki mati yang peti matinya begitu besar sehingga para birokrat melarang jenazah itu dikuburkan di pemakaman. Maklum, mereka memiliki peraturan yang menyatakan peti mati harus dengan panjang dan lebar tertentu. Alhasil, nasib peti mati itu terkatung-katung begitu lama dan meresahkan keluarga almarhum.
Putu Wijaya, yang lazim dengan pementasan yang kaya warna dan visual, kali ini menyajikan permainan bayang-bayang yang liar di layar. Aktor-aktor Putu berada di balik layar, berinteraksi, berseteru satu sama lain, dan dengan bantuan sebuah lampu sorot mereka menciptakan bayangan besar mengecil di layar. Musik synthesizer Harry Rusli merespons "wayang" itu. Adegan paling dramatis adalah tatkala sang peti mati dilempar, dan layar pun ditarik sedemikian rupa sehingga memberikan satu efek yang luar biasa. Seketika kita masuk dalam pusaran air dan gelombang laut, lalu terbang di atas awan dengan matahari memerah.
"Ist das eine performance? (Apakah itu sebuah pertunjukan?)" seorang penonton lain melenguh. Agaknya memang berat menjadi penonton malam itu. Terlebih bagi mereka yang tak menguasai bahasa Indonesia. Narasi yang dibacakan pada awal pertunjukan seakan tak pernah ada. "Saya hanya merasakan efek-efek," komentar Jurgens Schamans. Lelaki berusia 33 tahun ini mengaku belum pernah menonton teater Indonesia dan datang ke Kampnagel untuk menikmati sesuatu yang lain. Seperti juga laki-laki di atas, ia menganggap Putu terpengaruh konsep verfremdung effect (efek penjarakan)—sebuah konsep terkenal dari dramawan Marxis, Bertold Brecht. Padahal Putu sama sekali bukan bertolak dari hal itu, melainkan dari prinsip-prinsip wayang kulit Jawa.
Bisa jadi Teater Mandiri terlalu percaya diri bahwa tontonannya bisa meneror atau, istilah Putu, membangunkan mimpi buruk penonton di mana saja. Pengamat seni Ute Reichel mengatakan, pertunjukan Putu mempunyai informasi rangkap sehingga menyulitkan. Toh,
Hamburger Abendblaat edisi 24 Agustus 2002 membela Teater Mandiri. Tulisan ini mengkritik penonton yang datang ke Lakoon masih saja dengan arogansi Eurosentris dan perangkap eksotisme mereka tentang Timur. Koran paling berpengaruh di Kota Hamburg ini menyebutkan, penonton tampaknya hanya mau menangkap imaji-imaji yang mereka kenal yang, cilakanya, adalah imaji turistik: tari Legong dengan atmosfer matahari tropis di pantai-pantai Bali, atau wayang dengan eksotismenya yang memukau. Padahal, menurut artikel tersebut, Festival Lakoon dimaksudkan untuk memberikan pandangan agar orang Eropa mau keluar, terbebaskan dari bias Eurosentris mereka yang hanya mau melihat dunia melulu dengan kacamata Eropa.
Seno Joko Suyono dan Lea Pamungkas (Hamburg) Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini