Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Berita Tempo Plus

Nonton Jazz di Cikini

Pianis Bubi Chen dan Indra Lesmana menggelar 2 Love Jazz, the Art of Duo. Konser keempat setelah duet mereka pada 1987, 1998, dan Jazz for Aceh barusan.

21 Februari 2005 | 00.00 WIB

Nonton Jazz di Cikini
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Sekonyong-konyong musik meloncat surut lima abad silam. Autumn Leaves sebenarnya sebuah nomor standar. Lagu yang liriknya berbicara tentang sebuah panorama di luar jendela: daun-daun di musim gugur, merah dan keemasan, dan sebentuk memori yang selalu hadir di musim itu. Tapi kedua seniman dari generasi berbeda itu sejenak melupakan jazz, muncul dalam suasana barok: repetisi terjadi, nada-nada mengalir seperti mengikuti rumus matematika, juga permainan kontrabas yang dominan.

Jazz bisa berarti apa saja. Tapi dari konser dua pianis, Bubi Chen dan Indra Lesmana, di panggung Graha Bhakti Budaya, Jakarta, Rabu malam pekan lalu, jazz mirip satu rekaman percakapan dua sahabat lama. Ya, mereka membawakan nomor-nomor standar: There Is No Greater Love, Blue Bossa, Autumn Leaves, Body and Soul, dan banyak lagi. Dan pertemuan mereka adalah pertemuan yang seakan-akan mengenang kembali pengalaman bersama. Masing-masing punya komentar, ingatan, dan tafsir khusus terhadap kejadian-kejadian yang mereka lewati.

Kita semua tahu, Bubi dan Indra dipisahkan oleh perbedaan generasi. Bubi Chen bagian dari Jack Lesmana All Stars—grup jazz di bawah pimpinan Jack Lesmana, ayah Indra Lesmana, pada 1970-an. Tapi, di atas panggung, mereka "mengobrol" layaknya dua kawan. Mulanya Bubi Chen menyeret Blue Bossa keluar dari bangunan akor-akor minor, seraya membubuhkan satu "pelesetan" pendek. Musik dalam bahasa mayor yang cerah. Lantas, Indra muncul dengan komentar yang lebih cerah. Tak pelak lagi, dalam sekejap terbanglah kesenduan Blue Bossa. Dengan piano 6 feet-nya, mereka terlibat dalam suatu aksi-reaksi, tanya-jawab pendek yang menggiring musik kembali ke titik awal, ke melodi asal.

Ya, konser jazz bu-kan konser musik kla-sik. Dalam klasik, se-orang pemain bisa me-nafsirkan karya se-orang komponis dalam koridor yang sempit: sebagian besar ruang ditujukan untuk menghadirkan "roh" sang komponis, sisanya untuk si pemain.

Bagaimana dengan jazz? Nomor-nomor jazz diciptakan, kemudian ditinggal pergi oleh komponisnya. Komponis hanya inspirator, di luar itu jazz adalah kebebasan. Pemain bebas menampilkan diri, bahkan perubahan mood-nya. Blue Bossa diciptakan Kenny Dorham, komponis dan pemain trompet hebat dengan karier tak begitu mencorong. Ia berkreasi ketika bintang-bintang besar seperti Dizzy Gillespie, Fats Navarro, atau Miles Davis menghiasi langit jazz waktu itu. Dan malam itu, di panggung Graha Bhakti Budaya, Cikini, Blue Bossa telah menjadi milik Bubi dan Indra, dua orang dengan suasana hati cerah.

Jazz adalah kebebasan. Komponis menyediakan kerangka, namun setiap musisi bisa memainkan instrumen secara akrobatik di sekitar kerangka itu. Mereka bebas meluncurkan improvisasi: menciptakan lompatan-lompatan tak terduga, menciptakan lingkaran-lingkaran kecil, bahkan menjungkirbalikkan nada-nada. Semua bergerak sendiri, tapi tak saling merusak.

Ada masanya ketika bunyi instrumen terdengar begitu kacau, tapi itu tidak berarti lepas kendali. Melalui permainan Bubi dan Indra, mungkin kita bisa menyimpulkan: jazz adalah arena para musisi yang sudah mencapai kesempurnaan teknik untuk mempermainkan ketertiban dan bercanda dengan peraturan-peraturan musik. Itulah 2 Love Jazz, the Art of Duo.

Idrus F. Shahab, L.N. Idayanie, Agus Rahardjo (Surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus